Kasus Kehamilan Usia Remaja Masih Terjadi di Isola, Risiko dan Cara Mencegahnya

Bandung – Dewasa ini masih dijumpai kasus kelahiran pada usia remaja, terlebih di desa-desa yang umumnya memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah. Namun tidak jarang pula dijumpai kasus tersebut di kota, bahkan kota besar sekalipun. Dilansir dari TheAsianparent, Dr. dr. Ali Sungkar, SpOG (K), selaku dokter Obstetri dan Ginekologi, menyebutkan kehamilan usia remaja dapat memicu stres dan kondisi buruk lain. Meskipun organ reproduksi para remaja tersebut telah siap untuk hamil tetapi belum memiliki organ yang matang. Wanita juga perlu fisik dan mental yang baik untuk menghadapi proses kehamilan, tambah Ali. Berbagai alasan melatarbelakangi kasus ini sehingga masih ada hingga sekarang. Terlepas dari hal itu, partisipasi masyarakat dan pihak terkait diperlukan untuk mencegah hal ini terjadi kembali di lingkungannya mengingat risiko yang mungkin terjadi.

Perwakilan kelompok telah berkunjung ke Puskesmas Ledeng untuk menanyakan data kasus kelahiran pada usia remaja. Seperti yang dituliskan di atas, kasus ini tidak hanya ditemukan di desa-desa saja melainkan di pinggiran kota besar seperti Bandung pun ditemui kasus ini. Tepatnya di Kelurahan Isola, Kec. Sukasari, Kota Bandung (dan wilayah sekitarnya). Data yang diperoleh dari Puskesmas Ledeng menunjukkan bahwa kasus ini masih terus terjadi hingga tahun ini. Berikut bagan angka kasus kelahiran pada usia remaja pada tiga tahun terakhir per 22 Juli 2022.

Data di atas merupakan jumlah kasus kelahiran usia remaja yang terekam oleh puskesmas Ledeng. Dari data tersebut memberikan sedikit gambaran bahwa kasus ini masih terjadi di wilayah Kelurahan Isola. Akan tetapi, kasusnya semakin menurun tiap tahunnya. Kedepannya diharapkan kasus ini bisa tidak terjadi di kelurahan Isola dengan masyarakat yang semakin sadar dengan dampak buruk yang mungkin terjadi baik pada si ibu maupun si anak.

Risiko Kehamilan Usia Remaja

Dikutip dari Genbest, WHO memberitahukan bahwa sekitar 12 juta wanita mengalami kasus kehamilan usia remaja (15-19 tahun) setiap tahunnya. Dengan angka yang masih cukup banyak tersebut, perlu adanya peningkatan kepedulian setiap lapisan masyarakat atas hal ini untuk mendukung tercapainya salah satu poin dari SDGs Desa (Sustainable Development Goals), yaitu Keterlibatan Perempuan Desa.

Seperti yang diberitahukan oleh bidan Rina Hendar Aryanti S.Tr.Keb, kelahiran pada remaja usia 15-19 tahun memiliki banyak risiko, banyak hal-hal yang perlu diwaspadai oleh ibu dan anak diantaranya:

  • terjadinya komplikasi pada kehamilan,
  • risiko kematian yang lebih tinggi,
  • kurangnya perawatan prenatal,
  • tekanan darah tinggi (hipertensi),
  • anemia,
  • penyakit menular seksual,
  • depresi pasca persalinan (postpartum syndrome),
  • menjadi penyendiri,
  • bayi lahir prematur, hingga
  • berat badan lahir rendah.

Cara Mengurangi Angka Kasus Kelahiran Usia Remaja

Dengan adanya berbagai risiko yang perlu diwaspadai tersebut, perlu dilakukan beberapa hal agar angka kelahiran usia remaja semakin berkurang, lanjut Rina. Diantara hal-hal yang disampaikannya adalah sebagai berikut:

  • Mencegah terjadinya pernikahan dini.
  • Meningkatkan edukasi dan pemberdayaan perempuan terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi.
  • Pengetahuan bahwa perempuan bisa hamil dengan 1 kali hubungan seksual.
  • Penularan HIV/AIDS dapat dikurangi jika berhubungan seksual dengan satu pasangan yang tidak memiliki pasangan dan menggunakan kondom.
  • Memiliki pengetahuan komprehensif seputar HIV/AIDS.
  • Mengetahui satu atau lebih gejala PMS pada laki-laki dan perempuan.
  • Mengetahui tempat penyedia layanan informasi dan konseling kesehatan reproduksi remaja.

Rina menambahkan, hal yang perlu diperhatikan supaya ibu dan anak tetap sehat ialah dengan menjaga pola makan dan hidup sehat, istirahat yang cukup, dukungan keluarga sangatlah penting serta berkolaborasi dengan tenaga kesehatan. Apabila ada keluhan kesehatan segeralah berkonsultasi ke fasilitas kesehatan terdekat.(Khamidah Ahmad Syauqi)