16 Perguruan Tinggi Negeri Hadiri Munas II KMNU

1

Bandung, UPI

Sebanyak 300 orang peserta dari 16 Perguruan Tinggi Negeri, menghadiri Musyawarah Nasional II Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) di Auditorium JICA FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Jumat (15/01/2016). Kegiatan ini dihadiri oleh sejumlah tokoh Nahdlatul Ulama, salah satunya Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, M.A., Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung Prof. Dr. H. Mahmud M.Si., serta unsur pemerintah yang diwakili oleh Kabiro Pelayanan Dasar Setda Prov. Jabar Drs. H. Dudi Iskandar, MM.

Rektor UPI Prof. H. Furqon, Ph.D., didampingi Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UPI Prof. Dr. H. R. Asep Kadarohman, M.Si., mengatakan,” kegiatan ini diharapkan dapat membantu membangun bangsa, mewujudkan Islam wathaniyah. UPI merupakan satu-satunya universitas yang memiliki jati diri pendidikan, jadi pendidikan merupakan leading sector untuk kemajuan bangsa. UPI memiliki delapan fakultas, satu sekolah pascasarjana, dan 127 prodi.”

2

Sementara itu, Dr. H. Mupid Hidayat,M.A., menambahkan sejalan dengan motto kampus UPI sebagai kampus yang ilmiah, edukatif dan religius, nilai religius yang harus rahmatan lil alamin, maka kami bersedia untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan munas ini, dan ini merupakan bagian dari pengabdian pada masyarakat.

“KMNU selama ini belum banyak diketahui khalayak, maka dengan adanya munas ini diharapkan animo mahasiswa terhadap KMNU semakin bertambah. Seluruh peserta diharapkan dapat menunjukan jati diri sebagai NU yang berperan dalam menjawab persoalan pemahan Islam yang sempit, radikal, dan menyalahkan dengan pendekatan konsep tawasuth. KMNU berada di tengah masyarakat tampil untuk memberikan nuansa ahlussunnah wal jamaah, juga sebagai forum silaturahmi,” ujarnya.

Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, M.A., dalam kesempatan tersebut memaparkan tentang optimalisasi peran mahasiswa NU untuk akselerasi pembangunan bangsa. Dia mengatakan,”Di Arab tidak ada ulama yang nasionalis, maka gagal untuk mengembalikan khilafah. Cara pemimpin nasionalis di Arab tidak cocok di adaptasi oleh Indonesia. Seperti kita ketahui pendiri NU KH. Mohammad Hasyim Asy’ari adalah pemimpin yang ulama sekaligus nasionalis, mampu mensinergikan Ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan Islam, dengan Ukhuwah wathaniyah atau budaya/adat istiadat, yang hasilnya berupa ukhuwah insaniah atau persatuan insan/perdamaian dunia.”

4

Ditegaskannya, sebagai mahasiswa harus bisa membawa perubahan, menjadi pembaharu, jadilah orang bermanfaat, mampu mengenal lingkungan sekitar, orang yang memahami kemajuan/perubahan jaman, juga memahami diri sendiri. Mahasiswa harus memiliki semangat, semangat Islam nusantara yang wathani, jaga budaya leluhur, jadilah ulama Islam nusantara yang berlevel internasional melalui pendekatan budaya/transformasi budaya.

Dalam kesempatan yang sama, Panitia Munas Fendi Imam Fatoni mengatakan,”Munas merupakan agenda tahunan untuk menetapkan pengurus nasional (MPO), program kerja (AD/ART), serta menetapkan kaderisasi. Munas II ini menandai kepengurusan nasional, memiliki tema Bersama KMNU Membangun Indonesia, diselenggarakan selama tiga hari, di UPI, Ponpes Nurul Huda, dan PWNU Jabar, dihadiri sebanyak 300 orang peserta dari 16 PTN dan 12 PTN diantaranya adalah pencetus. KMNU diharapkan bisa membangun semangat dan militansi NU. Membangun kader yang berorientasi pada apapun, dan ini juga bentuk keseriusan garda terdepan ahlussunnah wal jamaah.

Tujuan KMNU adalah social culture untuk menumbuhkan atmosfir budaya NU, karena ini merupakan perkumpulan mahasiswa tanpa menonjolkan kedaerahan. Harapannya KMNU dapat menjadi agent of change, agama menjadi rahmatan lil alamin, serta mewujudkan nilai Islam yang mampu bersinkronisasi dan menciptakan masyarakat madani. KMNU anti politik, lebih pada penguatan spiritual dan soft skill. (DAN)

3