400 Peserta Ikuti Kuliah Umum di UPI Kampus Purwakarta

IraPurwakarta, UPI

Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Purwakarta menggelar kuliah umum bertema, “Percikan Semangat Mahasiswa untuk Garis Depan Pendidikan Indonesia”,  Rabu (7/9/2016).  Kuliah umum yang diikuti 479 peserta mahasiswa dan umum menghadirkan tiga motivator. Mereka tampil sangat luar biasa dan berhasil memberikan suntikan semangat berkarya untuk mahasiswa muda Indonesia.

Kuliah umum ini merupakan rangkaian acara dari BEM UPI Kampus Purwakarta. Hal ini dapat mengantarkan mahasiswa untuk paham akan peranannya sebagai mahasiswa agar dapat memberikan energi positif bagi dunia pendidikan dalam rangka memajukan pendidikan Indonesia khususnya di daerah terdepan Indonesia dalam bentuk karya yang nyata.

Pemateri pertama adalah Abdu Yakan Rosadi bersama rekannya Dede Miftah. Keduanya merupakan mahasiswa berprestasi Universitas Pendidikan Indonesia dengan hasil penemuannya yang luar biasa ‘Inventor of Water Fuel Stove’. Bukan sebuah perjuangan yang mudah sehingga mereka dapat menghasilkan karya yang luar biasa. Beberapa tahap percobaan telah mereka lalui hingga akhirnya karya tersebut dapat dipublikasikan dan didanai Ditjen Dikti. Abdu Yakan dan Dede Miftah telah membuktikan bahwa mahasiswa bukanlah sekadar aksi di jalanan untuk menegakkan keadilan, tapi harus dapat menjadi pioner serta memberikan karya nyata untuk bangsa.

Hadir pula Butet Manurung selaku founder Sokola Rimba dalam kuliah umum ini. Ia menceritakan pengalamannya dalam mengabdi di daerah pedalaman. Ini menjadi salah satu motivasi besar bagi para peserta.” Pendidikan bukan hanya mementingkan sistem yang sudah ditetapkan tapi lebih dari itu ada kebudayaan lokal yang masih harus diperhatikan,” kata Butet.

Dalam kesempatan, BEM UPI Kampus Purwakarta turut memberikan bantuan guna kelancaran berlangsungnya program sokola rimba yang digagas Butet Manurung. “Jangan jadi guru kalau tidak menyenangkan bagi muridnya,” pesan Butet Manurung.

Dengan kuliah umum ini diharapkan semakin banyak orang yang peduli akan pendidikan bagi mereka yang ada di pedalaman. Karena bagaimanapun juga mereka membutuhkannya, bukan pendidikan yang sulit dengan harus mengenalkan cara menggunakan pulpen yang menurut mereka itu adalah penjahat bermata runcing, cukup yang sederhana mengajarkan tentang bagaimana mereka bisa melakukan sesuatu yang baru di luar kebiasaan mereka. (Ira Melani)