Memaknai Kemerdekaan Bersama Anak Buruh Migran di Perbatasan Indonesia-Malaysia

TresnaLaporan Tresna Yuliansi dari Sarawak Malaysia

SEKOLAH nonformal Community Learning Center (CLC) Rajawali menggelar upacara pengibaran bendera merah putih untuk merayakan kemerdekaan Indonesia ke-71, di perbatasan Indonesia-Malaysia, di Sarawak. Walaupun hujan gerimis, bendera tetap dikibarkan dengan khidmat oleh siswa. Berbeda dengan upacara Senin biasanya, tanggal 17 Agustus 2016 merah putih berkibar lebih lama.

Terdengar suara riuh diikuti tepuk tangan dan teriak “merdeka” saat Ninik Dwi Wahyuni selaku kepala sekolah memberikan sambutan. Menurut Ninik, upacara merupakan ekspresi nasionalisme yang harus diterapkan kepada siswa. Namun, merayakan kemerdekaan tidak hanya melalui upacara dan berbagai perlombaan, tapi bisa juga dengan giat belajar, walaupun dengan kondisi serba terbatas di sekolah yang berada di tengah pohon kelapa sawit.01

Merayakan upacara di perbatasan menambah syahdu meresapi makna kemerdekaan, terutama melalui pendidikan bagi relawan VTIC Foundation. Pendidikan sebagais alah satu pilar terpenting untuk perkembangan pribadianak. Sebab pendidikan merupakan langkah awal memunguti kebijakan.

Dua mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Tresna Yulianti (Ilmu Komunikasi) dan Eka Nursafira Sunarya (IPSE) berkesempatan berkenalan dengan pedidikan anak Buruh Migran Indonesia (BMI) di Sarawak, Malaysia, selama sebulan ini.

Setelah melalui tiga proses tahapan seleksi, bersama 31 relawan lain yang berasal dari mahasiswa se-Indonesia, mereka ditempatkan di Community Learning Center (CLC) berbentuk sekolah non formal untuk anak Indonesia. CLC yang tersebar di berbagai daerah Sarawak di antaranya Miri dan Bintulu, yang ditempati  selama tiga minggu.02

Program yang dijalankan oleh Yayasan VTIC Foundation yang didukung KBRI serta KJRI Kuching Malaysia ini memiliki tujuan tidak hanya mendidik, namun merayakan kemerdekaan bersama dan mengenalkan keragaman Indonesia pada anak BMI.

“Keberadaan VTIC memang disambut baik oleh anak-anak di sini. Mereka membutuhkan perhatian. Sebab pendidikan tidak hanya membaca buku, namun sambil bermain dengan hati,” ujar Ninik selaku kepala sekolah CLC Rajawali. (WAS)03