Ade Rahmat, Membaca dengan Mata Batin

Bandung, UPI

IMG_20141124_145252Langkah tegaknya terdengar lembut menyusuri selasar demi selasar labirin Masjid Al-Furqan Universitas Pendidikan Indonesia. Tampak seorang penuh inspirasi kian jelas mendekat. Seseorang berkepribadian sederhana dengan tulus menebar senyum pada sekelilingnya dibantu seorang kawan yang selalu setia mendampinginya. Dan remaja sederhana itu bernama Ade Rahmat Gumilar, lahir 18 tahun yang lalu di salah satu Kabupaten di Kota Ciamis Jawa Barat.

Terlahir dengan perbedaan yang menjadikannya “mutiara” pilihan Tuhan yang spesial. Mandiri adalah kunci ketegapan hidupnya, anak ke-2 dari 4 bersaudara dengan dia laki-laki satu-satunya yang akan menggantikan posisi ayahnya kelak. Ya, Tuhan menciptakan dia dengan sesuatu yang berbeda dan lebih spesial dari yang lainnya. Jika martabak diibaratkan menjadi dirinya, ya martabak spesial keju susu lah yang pantas untuknya.

Tuhan menginginkannya terlahir dengan mata yang spesial yang berbeda dengan orang lain, mata yang lebih melihat apa yang tidak dapat orang lain lihat, mata yang lebih merasa apa yang tidak orang lain biasa rasakan, yaitu mata hati. Tuhan mempersiapkan serta membuatkan mata hati yang begitu spesial untuk dirinya. Ditambah oleh mata batin yang sangat kuat. Dia memang selalu tampak spesial baik di mata Tuhan maupun di mata orang sekelilingnya.

Orang terbaik yang Tuhan sediakan di sekelilingnya memang begitu hebat. Semangat dan dukungan tak henti selalu terkucur dari mereka yang sangat menyayangi Ade Rahmat Gumilar. Mereka selalu mampu membuatnya bangkit layaknya sang surya kemerahan yang terbit begitu indah. Seorang ibu dengan kekuatan cintanya yang selalu ada untuk mendampingi bagaimanapun kondisi seorang anak dan seorang ayah yang terus membentuk dirinya agar menjadi relief indah serta kokoh berdiri dalam abad yang abadi. Sejak kecil ia selalu bertanya kepada ibunya, mengapa ia tidak dapat melihat kecantikan ibunya yang selalu dieluh-eluhkan ayah. Dan ibunya pun menjawab dengan sangat bijaksana dan penuh cinta, “Kecantikan sesungguhnya tidak dilihat dengan mata tetapi dirasakan dari hati oleh kekuatan cinta dan ketulusannya”. Itulah yang membuat dia semakin yakin bahwa dia adalah manusia spesial yang Tuhan ciptakan. Tuhan sengaja tidak memberikannya mata, karena Tuhan tahu dia dapat merasakan cinta tanpa melihat bentuk cinta secara fisik.

Pria remaja yang saat ini tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam di salah satu perguruan tinggi di Bandung yaitu Universitas Pendidikan Indonesia. Mimpi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi merupakan sebuah dilema yang akan menguras tabungan materi kedua orangnya, tetapi Tuhan selalu memberikan hadiah yang indah bagi umatnya yang bersabar dan tabah. Proses memasuki perguruan tinggi pun sangat mudah dilalui oleh remaja ini, dia berhasil lolos masuk perguruan tinggi negeri melalui jalur ujian tulis, sekaligus berhasil memperoleh beasiswa Bidikmisi. Baginya mimpi adalah hadiah terindah dari Tuhan yang tertunda seperempat detik dan akan menjadi nyata di detik berikutnya. Dan meyakini prosesnya bahwa ada saatnya hadiah terindah itu turun, datang, lalu menghampiri.

Titik puncak kebahagiaan yang dia rasakan sampai detik ini yaitu ketika dapat melanjutkan perkuliahan di tempat umum. Menurutnya, ketika kesempatan datang dan benteng pemisah itu runtuh itulah yang dinamakan kebahagian hidup. Orang di sekelilingnya sangat menyayangi dirinya baik di rumah maupun di kampus.

Adzan subuh terdengar, jam menunjukkan pukul 4.30 pagi dan itu adalah rutinitasnya untuk melaksanakan kewajibannya berpasrah kepada Yang Maha Kuasa dan Esa, rutinitas yang selalu dilaksanakan setiap hari katanya, “Sampai Allah berhenti ngasih jatah napas buat saya Teh…” Baginya subuh adalah waktu terindah, waktu dia memulai hidup di lembaran hari yang baru dan satu-satu nya waktu di mana dia dapat mencium aroma matahari terbit yang seketika membuat sekujur tubuhnya terasa hangat. Lagi-lagi merasakan itu terasa lebih indah daripada melihat, ujarnya.

Waktu menunjukan pukul 06.00 WIB, dia mulai melangkahkan kakinya dari rumah kontrakan yang sederhana untuk berangkat kuliah ditemani si tegak yang selalu membantu dirinya berdiri menguasai jalanan kota Bandung. Si tegak itu adalah tongkat yang selalu membantu mobilitasnya kemana pun kakinya melangkah. Dan hingga akhirnya dia sampai ke mulut gang di mana dia menunggu angkot yang selalu mengantarkannya berangkat kuliah. Dia selalu memberhentikan dan menaiki angkot seorang diri. Katanya “da harus mandiri atuh teh hehehe….”.

Sesekali nyasar pun menjadi alamat kesehariannya. Tapi mungkin Tuhan benar. Spesialnya dia adalah ketika dia selalu menyadari bahwa dirinya salah sampai tujuan, merasakan bahwa dirinya telah salah. Dia menggunakan feeling yang Tuhan berikan secara kuat dan  peka. Ketika dia merasa salah sampai tujuan, dia selalu bertanya kepada orang yang ada di sekitarnya, baiknya orang-orang yang dimintai pertolongan olehnya selalu ikhlas dan rela memberikan pertolongan.

Beberapa hal yang sangat penting untuk di ketahui bahwa pria remaja ini tinggal di rumah kontrakan sederhananya bersama 3 saudara perempuannya. Orang tuanya berdomisili di Ciamis. Katanya “da di Ciamis mah udah ada rumah sendiri teh meskipun sangat sederhana”. Dan satu hal yang sangat dan paling penting, kakak pertamanya memiliki keadaan yang sama seperti dirinya. Hebatnya kakak perempuan itu dapat mengurus ketiga adiknya dengan baik dan cekatan dan tidak menjadkan kondisi fisiknya sebagai penghambat atau pereda kegigihannya untuk mangkir dari tanggung jawabnya sebagai anak yang paling tua.

Ade Rahmat Gumilar menjadikan dirinya sebagai cahaya yang harus selalu siap siaga ketika keluarganya membutuhkan cahaya dalam gelap nya hidup. Bersyukur merupakan kunci kebahagiaan yang sesungguhnya. Nikmat Tuhan mana yang berani kita dustakan lagi. Cerita manis dan indah kadang memiliki rentetan proses yang pilu dan perjuangan sesuai dengan kisah hidup yang selama ini dia jalani. Karena, pelangi setelah badai pasti akan selalu indah daripada pantai sebelum tsunami. Dan laut yang sangat indah pun tercipta dari gulungan ombak yang sangat besar dan benturan yang sangat keras. (Febriany Eka Putri, mahasiswa Ilmu Komunikasi FPIPS UPI)