Merindukan Pemimpin yang Mencintai Bangsanya

NET
NET

Oleh MUHAMMAD ABDUL HAKIM FAQIH

(Peserta Gemmar BEM Rema Universitas Pendidikan Indonesia)

JANGAN berhenti tangan mendayung nanti arus membawa hanyut. Sebuah nasihat dari Mohammad Natsir yang patut direnungkan pada saat ini. Indonesia memang telah lama merdeka tapi bukan berarti harus berhenti berjuang. Perahu yang dahulu pernah didayung kini telah terbawa arus kehidupan. Perahu itu kini sudah pergi ke tempat yang sangat asing baginya. Perjuangan Indonesia dengan bangsa kolonial mungkin telah berakhir tapi tidak sepatutnya berpuas diri akan hal tersebut. Bangsa ini telah terbawa arus terlalu jauh dan sudah seyogianya kembali didayung ke jalan yang tepat. Negeri ini harus bergerak sesuai tujuan awalnya. Jangan sampai pemimpinnya tidak tahu arah yang sesuai untuk bangsa ini. Pemudanya juga harus paham dengan fungsinya di masa yang akan datang. Dengan begitu, diharapkan pemuda ini telah mempersiapkan diri untuk mendayung Indonesia tanpa komando dari pihak luar.

Suatu ketika Soekarno pernah berkata, bahwa peluru Indonesia masih banyak. Masih ada harapan, masih banyak sumber daya manusia yang akan memanggul Indonesia. Namun, semua itu terlihat semu ketika dilihat kondisi Indonesia saat ini. Sumber daya manusia di Indonesia sebenarnya banyak tapi itu semua belum cukup. Banyak dari pemuda Indonesia yang masuk dalam dunia gelap, lingkungan tak sehat dan terbawa arus lingkungan barat. Walau tidak sedikit juga yang berprestasi untuk mengharumkan bumi pertiwi. Tapi, mereka yang berprestasi seolah-olah hilang karena dilupakan oleh negerinya sendiri. Sehingga, yang teringat hanyalah pemuda-pemuda yang gagal.Walau keadaan Indonesia seperti itu setidaknya bangsa ini masih memiliki harapan. Harapan yang tumbuh dari tiap-tiap pemudanya. Sebuah usahauntuk memperbaiki moral dan akhlak mereka serta lingkungannya. Harapan yang semoga semua itu bisa menimbulkan perubahan untuk bangsa ini.

Saat ini keadaan bangsa Indonesia memang tidak baik. Karena itu, bangsa ini memerlukan tokoh yang bisa menjadi panutan. Pemimpin yang mau mengemban amanah tanpa imbalan dan berpihak pada satu golongan. Seseorang yang selalu mendapatkan pujian dari tiap kalangan karena kebijakannya. Pemimpin yang dirindukan itu dahulu pernah hadir dalam lingkungan pemerintah bangsa ini. Salah satu tokoh itu ialah Mohammad Natsir, seorang menteri yang sangat bersahaja. Haji Agus Salim, sosok lelaki tua yang begitu mulia dan dapat menggetarkan banyak bangsa asing saat ia berpidato. Tan Malaka, Bapak Republik yang sepadan dengan George Washington karena telah merancang Republik Indonesia sebelum bangsa ini merdeka. Mereka merupakan salah satu contoh tokoh pemimpin besar bangsa ini. Saat rakyat mempelajari sejarah mereka, maka akan semakin bangga karena menjadi bagian bangsa ini.

NET
NET

Banyak rakyat Indonesia mengenal Mohammad Natsir yaitu, seorang menteri yang bersahaja. Tokoh seperti inilah yang bangsa ini butuhkan. Dewasa ini, banyak pemimpin yang berusaha untuk memperkaya diri tapi tidak dengan dirinya. Beliau bahkan pernah menolak sebuah hadiah mobil Chevi Impala. Pada tahun 1951 juga pernah tercatat dalam sejarah bangsa ini tentang kesederhanaan beliau. Pada tahun itu, beliau pernah pulang berboncengan dengan supirnya naik sepeda biasa. Ada orang yang berusaha untuk membesarkan penampilan agar disegani oleh banyak orang. Banyak orang yang berusaha melakukan pencitraan untuk mendapatkan simpati rakyat. Mohammad Natsir justru melakukah hal yang jauh berbeda. Beliau lebih memilih hidup lurus, rendah hati dan hidup apa adanya. Bahkan, saat beliau menjadi tahanan politik pada tahun 1960 sampai 1966, Raja Faisal selaku Raja Arab pernah berkata bahwa Mohammad Natsir bukan hanya pemimpin Islam Indonesia tapi juga pemimpin Islam di dunia. Begitu tokoh yang luar biasa, tiap perbuatannya terus dikenang banyak orang. Mungkin tubuhnya telah terkubur tapi tindakannya akan selalu terkenang.

Prof. Schermerhon, Perdana Menteri Belanda pada tahun 1945-1946 pernah menyebutkan seorang tokoh Indonesia yang sangat luar biasa. Seseorang yang menurutnya mampu berbicara dan menulis bahasa asing secara sempurna sedikitnya sembilan bahasa. Saat ia berpidato di Konferensi Buruh se-Dunia, ia membuat dunia terkagum-kagum akan kemahirannya dalam berbicara bahasa asing. Bayangkan, saat tokoh itu berbicara satu paragraf dan berganti ke paragraf berikutnya, ia gunakan bahasa yang berbeda-beda. Tokoh yang luar biasa itu ialah Haji Agus Salim, seorang Menteri Luar Negeri yang pernah menjadi diploma nomor satu negeri ini. Haji Agus Salim merupakan lulusan terbaik Hoogere Burger Schoolsaat itu. Ia pernah digaji dengan nilai nominal uang yang besar untuk menjadi intel pemerintah Belanda. Namun, ia menolak dan lebih memilih kesederhanaan demi membangun bangsa ini. Intelektual, bermoral dan kesederhanaan terkumpul dalam diri Haji Agus Salim. Ia berani hidup serba kekurangan hanya untuk Indonesia. Bahkan selama hidupnya ia sering sekali berpindah-pindah kontrakan. Seorang tokoh pemimpin yang sangat dirindukan saat ini. Pemimpin yang mau menderita hanya untuk kepentingan bumi pertiwi.3

Tokoh seperti mereka yang bangsa ini rindukan kehadirannya. Kisah mereka tertulis dalam tinta emas sejarah bangsa ini dengan harapan akan muncul orang-orang seperti mereka. Setiap dari rakyat Indonesia mungkin berharap kepada setiap ibu di negeri ini. Kapan atau siapa di antara mereka yang kelak akan melahirkan pemimpin-pemimpin besar berikutnya. Kehadiran tokoh seperti tokoh yang dijabarkan di atas sangat diperlukan saat ini. Bangsa ini sudah tidak butuh pemimpin yang hanya terlihat sederhana dari luar saja. Tapi, perlu sosok pemimpin yang benar-benar mau hidup serba kekurangan hanya untuk memikirkan bangsa ini. Sosok yang tidak bisa tidur pulas karena memikirkan nasib rakyatnya yang miskin. Ia tidak bisa makan dengan nikmat karena terpikir apa yang dimakan oleh rakyatnya di dalam gubuk pinggiran kota metropolitan. Sosok seperti itu yang dinanti-nantikan oleh bumi pertiwi saat ini.

Memperbaiki moral jauh lebih penting dibanding mencari nilai yang tinggi. Bangsa Cina pernah membangun tembok Cina agar tidak bisa ditembus tentara musuh. Namun, karena kurangnya moral pada saat itu, penjaga pintu gerbang tembok Cina dengan mudah dibayar oleh tentara musuh. Dari cerita tersebut terlihat menjadi begitu penting pendidikan moral. Rasa tanggung jawab juga harus ditumbuhkan untuk menimbulkan perasaan bahwa negeri ini bukan hanya sekedar negeri tapi juga merupakan sebuah tempat yang harus dijaga dengan kesungguhan. Perjuangan yang bisa dilakukan saat ini ialah dengan terus berprestasi tapi tidak hanya sekedar prestasi. Melainkan, prestasi yang juga ditumbuhkan sifat untuk membangun bangsa ini tanpa imbalan. Mempelajari sejarah Indonesia sekaligus mencontoh sifat-sifat baik pemimpin besar bangsa ini merupakan salah satu tindakan perjuangan. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk berjuang demi bangsa ini. Jangan lagi pemuda Indonesia hanya bisa mengagumi artis-artis saja. Akan jauh lebih baik, mereka juga mempelajari tentang bangsa ini agar semakin bangga karena telah terlahir menjadi bagian bangsa ini.