Strategi Penguatan Seni dan Pendidikan Seni Era MEA

 

7

Bandung, UPI

Berbanggalah punya tradisi yang kuat, dan kita harus banyak belajar pada anak-anak, karena pendidikan yang paling ideal itu sebetulnya dari anak-anak, terutama dalam seni tari.

Demikian ungkap Koreografer yang juga dosen ISI Surakarta Dr. Eko Supriyanto saat memberikan materinya yang berjudul “Memindai Perspektif Pendidikan Seni Indonesia Dalam Pemetaan Global” dalam kegiatan Seminar Internasional FPSD II International Symposium On Language and Art (ISOLA 3), hasil kerjasama FPSD UPI, FBS UNY, Fakulti Pendidikan UiTM, di Gedung Ahmad Sanusi Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Rabu (21/9).

Lebih lanjut dikatakan, mengutip Lono Simatupang dalam bukunya yang berjudul “Pergelaran”, bahwa hidup matinya, lurus bengkoknya kesenian sebenarnya merupakan hasil dan bentuk relasi antara masyarakat pemilik kesenian tersebut dengan stake holders lainnya.

“Iklim seni yang sehat adalah ekosistem seni yang sehat, dimana di dalam ekosistem seni mencakup seniman sebagai produsennya. Konsumen adalah audiens pertunjukan, penikmat, pengunjung pameran, dan kolektor karya seni. Sementara untuk infrastruktur mencakup venue, festival manajemen yang di dalamnya terdapat produser, kurator, programmer, manajemen panggung, scenografer, dramaturg, dan arsiparis, kemudian  infrastruktur lainnya yaitu kritikus, media/Jurnal, dan institusi pendidikan,” jelasnya.2

Sementara itu, stake holders kesenian atau pemangku kepentingan tidak hanya terdiri dari unsur-unsur masyarakat setempat saja, melainkan juga pemerintah setempat, lembaga pendidikan, dan agama maupun lembaga ekonomi.

Lebih jauh diterangkan, stake holders seni terdiri dari masyarakat, pemerintah/birokrasi, lembaga pendidikan dan lembaga ekonomi. Masyarakat sebagai penikmat murni, pemerintah/birokrasi sebagai diplomasi budaya, pendukung sarana, pendukungan ekonomi/produksi, lembaga pendidikan membantu dalam perkembangan dan pengetahuan akademis, memberi sarana dan prasarana produksi karya, jaringan antar institusi, penelitian, serta jurnal dan dokumentasi, sementara lembaga ekonomi memiliki hubungan mutual dalam perkembangan ekonomi individu maupun komunal, dia support dana, tapi seni juga menyumbangkan nilai ekonomi.

Dikatakannya,”Indonesia mesti memiliki ekosistem yang khas tanpa perlu mengikuti metodologi Barat, yang wacananya dapat dibangun melalui Performance Studies dan Cultural Studies. Potensi penciptaan karya akan muncul dengan memaksakan diri dengan keluar dari comfort zone dan mulai Revisiting, Requestioning, dan Reinterperating. Dive into another culture (how?) before diving into another culture we need to really know our own identity, betul-betul menyelam dan harus menghilangkan jarak.”

Artwork aftermath, what needs to be thought once an artwork is created, katanya, yaitu  sustainability bagaimana menjaga keberlangsungan sebuah karya dan kreatifitas, mobility bagaimana memobilisasi sebuah karya agar mencapai apresiasi masyarakat yang lebih luas (lokal – nasional – regional – global), dan next generation yaitu regenerasi.

Indonesian citizens are raised to be managers of culture. Potensi negeri ini adalah sumber daya manusianya sendiri. Seni dan budaya sebagai kendaraan untuk memunculkan kekayaan tersebut,” ungkapnya.

1Dapat disimpulkan bahwa jejaring adalah faktor untuk menumbuhkembangkan kesenian, di Indonesia banyak variabelnya supaya ekosistem seni berjalan baik. Terkait dengan pemerintah sebagai variabel yang strategis, tergantung pada visi kepala daerah terhadap ekosistem seni tadi, namun hingga hari ini belum berjalan baik, perlu ada upaya penyatuan visi yang ada dalam ekosistem, termasuk di dalamnya atmosfir semangat dan antusiasme.

Kondisi saat ini, sejumlah kepala daerah sudah mulai menganggap bahkan telah menjalankan festival yang sesuai dengan daerahnya untuk menstimulus berbagai aspek kehidupan yang lebih luas di dalamnya, contohnya dampak terhadap ekonomi dengan banyaknya wisatawan, dan industri turunan lainnya yang ikut serta.

Kemudian tentang penguatan nilai yang termuat dari karya yang ditampilkan tersebut, adanya kesadaran budaya lokal yang menguat, lalu pendidikan karakter, dan terutama interrelasi antar personal/komunal yang lebih baik pada konteks global saat ini, bahkan karya seni ataupun peristiwa seni/festival menjadi wahana diplomasi sosial budaya, edukasi, ekonomi, dan lainnya yang lebih harmonis ditengah beragamnya perbedaan dan perkembangan IT yang pesat.

“Dan pada akhirnya, tips untuk memasuki kondisi lokal (sosial, budaya, sejarah, identitas) pada konteks kini yaitu dengan jalan mengobservasi kembali, menginterpretasi, dan reevaluasinya untuk menstimulus proses kreasi yang lebih memiliki konsep yang jelas dan strategi yang efektif,” pungkasnya.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Executive Director Electric Ocean Asia Eki Puradireja memaparkan tentang “Industri Musik (Pasar Musik Indonesia Nasional dan Internasional)”3

“Industri Musik atau Bisnis Musik adalah kegiatan para pelaku musik perorangan dan organisasi yang beroperasi dalam mencipta, menggubah, merekam, merancang, memproduksi, menerbitkan, mencetak, memperbanyak, mendistribusikan, memasarkan, mempromosikan, menyelenggarakan mempertunjukan, mengelola, menjual karya musik,” paparnya.

Musik sangat erat kaitannya dengan industri, musisi adalah seorang pengusaha. Ada 360 penghasilan musisi yang berasal dari Artist Performer, Publishing, Mechanical Rights, Album/Singles, dan Merchandise. Sementara untuk Bidang Usahanya antara lain Management Artis/Musisi/Kelompok musik, Mengelola Artis Agency/Agen Artis, Perusahaan Rekaman/Recording Label, Perusahaan Penerbit/Publishing Company, Studio Latihan/Studio Rekaman/Pra & Post Prod. Studio, Sekolah Musik/Sanggar Musik/Therater, Event Organizer/Promotor Acara Musik, serta Media Musik, diantaranya Radio, TV, Online, Cetak.

Musisi adalah sebuah profesi yang menyenangkan, karena seseorang telah memilih profesi sesuai dengan apa yang benar-benar ia cintai. Seorang Musisi adalah seorang profesional yang memiliki keahlian khusus dan sangat dibutuhkan di Industri Pertunjukan. Keahlian ini dapat menjadi dasar dari pengembangan profesi lainnya. Seorang Pecipta lagu sebenarnya adalah seorang pengusaha, dimana dia dapat menciptakan “Something out of Nothing”.

Ditegaskannya,”Konsep kreatif akan menentukan konsep produksi dan konsep pemasarannya. Kekuatan artis/lagu/musik akan menenentukan arah konsep kreatif dan target pasarnya. Melakukan riset terhadap permintaan pasar yang dituju dalam menyiapkan konsep kreatifnya. Wawasan (musikal dan non musikal) sangat menentukan selera dan selera akan menentukan karya cipta yang sesuai target pasarnya. Kualitas karya terbaik akan memberikan hasil yang terbaik.”5

Memasuki industri musik lokal dan global, dibutuhkan pemahaman yang cukup tentang medan industri musik terutama karya yang terkonseptualkan dengan baik hingga perencanaan yang matang karena berhadapan dengan promosi, distribusi, delivery karya para musisi.

“Era digital memberikan pengaruh besar terhadap pola berkarya, produksi dan distribusi di industri musik baik lokal maupun global, juga berpengarug pada praktisinya, sepertinya seniman musiknya, agensi musisi, producer, music director, show director/EO, kualitas karya, selera terhadap karya dan insfrastruktur lainnya,” ujarnya.

Menanggapi Seminar Internasional FPSD II International Symposium On Language and Art (ISOLA 3) yang bertema “Pengembangan Strategi Penguatan Seni dan Pendidikan Seni Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”, Wakil Rektor Bidang Riset, Kemitraan, dan Usaha Prof. Dr. H. Didi Sukyadi, M.A., mengatakan,”Kegiatan ini merupakan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan atmosfir akademik dan kultur akademik yang Insyaallah diharapkan dapat memberikan motivasi bekerja yang semakin baik dan bagus.”

UPI merupakan bagian dari masyarakat internasional, jika bekerja sendiri maka prosesnya akan lama dan tidak akan kuat, tetapi jika dilakukan bersama-sama dengan sahabat dari dalam dan luar negeri maka ini akan memberikan kekuatan dan daya ungkit atau levarage yang besar.

Ditegaskannya,”Kita bisa melakukan kolaborasi dengan lemabaga dalam dan luar negeri dalam rangka saling tukar menukar strategi pembelajaran, informasi, dan lain sebagainya. Persahahaban yang dijalin akan menghasilkan sebuah karya di kemudian hari. Kegiatan ini merupakan inisiatif yang bagus dan diharapkan dapat  menghasilkan karya internasional.”4

Hadir sebagai Keynote Speaker diantaranya Dr. Zakarias S. Soeteja, M.Sn., Dekan FPSD UPI, Prof. Dr. Hj. Mohd Mustafa Bin Mohd Ghazali Dekan Fakultas Pendidikan, UiTM, yang diwakili oleh wakil dekannya serta Dr. Widyastuti Purbani, M.A., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni UNY.

Sementara untuk Pembicara Utama menghadirkan Prof. Marno Schulze (University of Music Luebeck Germany); Dr. Eko Supriyanto (Koreografer, Dosen ISI Surakarta); Dr. Yahya Sukaya (Dosen Senior FPSD UPI); Eki Puradireja (Executive Director Electric Ocean Asia) (dodiangga/Az)6