Tatang Sutisna, Masih Semangat di Usia Renta

Bandung, UPI1

Tukang sampah, profesi yang dipandang rendah oleh sebagian orang. Namun tidak banyak orang mengira bahwa menjadi tukang sampah adalah pekerjaan mulia. Itulah profesi yang sampai saat ini masih dijalani Tatang Sutisna. Lelaki tua yang biasanya disebut Atang ini adalah seorang tukang sampah di Kota Cimahi. Kakek yang berusia lebih dari setengah abad yakni 66 tahun ini, lahir pada tanggal 4 Juni 1947.

Ia sangat kuat menjalani kehidupannya walaupun dengan tubuh yang kurus, dan kerutan di wajah dan sekujur tubuhnya yang semakin terlihat. Akan tetapi dengan dedikasinya terhadap profesinya, ia berhasil menjadi suri teladan bagi masyarakat di sekitarnya. Pekerjaan kecil yang sehari-hari dijalani dengan penuh rasa tanggung jawab yang besar tidak membuat Atang berkecil hati.

Seorang kakek sekaligus ayah ini menikah pada tahun 1972 dan istrinya telah meninggal dunia, mempunyai 3 orang anak, 2 anak perempuan dan 1 anak laki-laki. Atang bekerja menjadi tukang sampah sejak tahun 2005 hingga sekarang. Atang asalnya bekerja di Nurtanio akan tetapi pada saat itu di tempat ia bekerja ada pengurangan pegawai, sehingga ia tidak dapat bekerja lagi. Daripada dia tidak memiliki pekerjaan serta penghasilan, akhirnya Atang memilih menjadi tukang sampah. Alasan lain juga karena desakan ekonomi, dan membantu masyarakat karena dia dipercayai oleh warga di bidang penanggulangan sampah.

Atang adalah sosok kakek yang dapat memegang amanat. Dia merasa bertanggung jawab dengan ditunjuknya dia menangani sampah, bisa beribadah menolong warga, dan tidak semua orang mau dan bisa bekerja di sampah. Dia menunjukkan bahwa dia begitu dapat merasakan manfaat dari pekerjaannya ketimbang dengan kerugiannya menjadi tukang sampah. Sungguh sangat mulia sekali kakek ini dengan keikhlasannya bekerja tidak pernah merasa rugi karena tujuannya adalah beribadah.

Menurutnya dengan pekerjaan menjadi seorang tukang sampah ini dapat mencukupi kebutuhan keluarganya. Karena di samping dia menjadi tukang sampah, dia juga mencari kerja sampingan yang lain yaitu mengambil rongsokan dan suka ada orang yang memberi sampingan pekerjaan yang lain.

Menurut dia ada suka atau duka di setiap profesi pekerjaan itu semua ada, tergantung dari orangnya apakah ikhlas dalam menjalankan profesinya tersebut atau tidak. Dan niat yang lurus serta tidak lupa beribadah kepada Yang Maha Kuasa. Penghasilan Atang perbulan yaitu Rp 300.000  terkadang ada penghasilan dari yang lain yaitu dari memungut rongsok, dan ada juga yang mengasih sampingan, kebanyakan dari rongsok dan ada juga dari warga yang bijak.

Atang adalah sesosok yang patut dicontoh oleh masyarakat, walaupun dengan umurnya yang semakin bertambah tua dan rentan akan penyakit, dia masih saja tetap memiliki semangat hidup dalam mencari nafkah. Terdapat rintangan dalam menjadi tukang sampah yaitu apabila datangnya musim hujan, karena hujan menimbulkan becek, kotornya lebih dari musim panas, beban sampah yang dibawa lebih berat dikarenakan sampah yang dibawa terkena air hujan.

Di era sekarang dengan persaingan yang semakin tinggi, menyebabkan susah mencari pekerjaan, akan tetapi menggeluti profesi sebagai tukang sampah menurut Atang tidak terdapat persaingannya. Dengan jawaban yang berani dan penuh semangat menurut Atang kehidupan di sampah termasuk biasa saja. Padahal banyak sekali akibat yang dapat terjadi, seperti misalnya terserang penyakit karena selalu menyentuh barang-barang yang kotor dan penuh bakteri, juga penyakit kulit.

Dari penghasilan Atang menjadi tukang sampah, dia tidak mengakui apa saja yang sudah dapat terbeli akan tetapi ia menegaskan bahwa dapat mencukupi keluarga juga sudah bersyukur. Dan hasil dari pekerjaan sampingannya juga yaitu memungut rongsok, ia juga dapat mendaur ulang barang-barang yang ia dapatkan yaitu antara lain dus, aqua gelas bekas, botol aqua bekas, dan ada lagi orang yang menerimanya lainnya ke rongsokan.

Selain peduli dengan kehidupan sosial, Atang juga peduli terhadap pencemaran sampah, dengan itu walaupun penghasilannya pas-pasan dia tetap menjalani pekerjaan kecilnya ini. Dia tidak mementingkan kepentingan dirinya sendiri, akan tetapi dia menjunjung tinggi kepentingan akan warganya serta lingkungannya. Dengan menyenangkan warganya, serta warga dapat hidup sehat dan bersih, dia merasa sudah cukup dengan hasil jerih payah keringatnya selama ini. Dia harap dengan pekerjaan dia, dapat mengurangi pencemaran lingkungan yang diakibatkan dengan sampah, karena selama ini sampah adalah permasalahan yang paling kompleks yang ada di masyarakat selama ini.

Tidak jarang bencana banjir datang dikarenakan dengan sampah, maka itu pekerjaan Atang adalah pekerjaan yang sangat mulia dan menjadi peran penting dalam kehidupan masyarakat. Profesi menjadi tukang sampah dapat disebut sebagai Pahlawan. Karena dia telah turun ke lapangan demi kepentingan orang banyak. Dan dia tidak menghiraukan apa saja yang dapat membahayakannya. Kita patut melihat perjuangan Atang, walaupun ia sempat mengalami kehilangan pekerjaannya, tetapi ia tidak patah semangat.

Bagi Atang, pada usia senja ini hidup harus diisi dengan hal-hal yang baik. Sungguh ironi memang melihat semangat juang seorang kakek tua dibandingkan dengan banyaknya anak muda sekarang yang tidak mementingkan lingkungan bersama, tapi asik dalam dunia nya masing-masing. Harapan Atang adalah tidak hanya dari profesinya saja yang peduli akan sampah, akan tetapi warga khususnya generasi muda lah yang seharusnya menggerakan semua warga agar dapat peduli terhadap lingkungan sekitar. Generasi muda seperti karang taruna lah yang seharusnya merumuskan program-program untuk penanggulangan sampah dan memanfaatkannya. Sungguh sosok seorang kakek separuh baya yang benar-benar mendedikasikan dirinya untuk menghargai lingkungan dan menjaga alam sekitar. (Selika Meilati, Mahasiswa Ilmu Komunikasi FPIPS UPI)