Mahasiswa UPI Kampus Serang Berikan Motivasi Kepada Mahasiswa Bidikmisi di ULM

Banjarmasin, UPI

Elmi Hanjar Bait, Mahasiswa Progam Studi PGSD UPI Kampus Serang yang juga merupakan mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi diundang menjadi pembicara pada kegiatan Bidikmisi Peduli di Aula ICT PG-PSD FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalsel. Kamis (22/12/2016).

Kegiatan Bidikmisi Peduli diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Penerima Beasiswa (IMPB) Progam Pendidikan Guru Pra-Sekolah dan Sekolah Dasar (PG-PSD) FKIP Universitas Lambung Mangkurat, kegiatan ini mengusung tema “Kita Berbagi, Kita Peduli”.

Kegiatan ini dihadiri oleh Sekertaris progam PG-PSD, Dr. Metroyadi, SH., M.Pd; Koordinator Kemahasiswaan, Dr. Hj. Asniawati, M.Pd; Koordinator Kerohanian, Pramuka dan Lingkungan, M. Dani Wahyudi, S.Pd.I, M.Pd; Para pengurus IMPB PG-PSD FKIP ULM dan para mahasiswa penerima beasiswa di lingkungan PG-PSD ULM. Dalam kegiatan ini dilaksanakan kegiatan pemberian bantuan biaya kepada para mahasiswa non penerima beasiswa.  Sebanyak 19 mahasiswa reguler, yang kurang mampu dan aktif diberikan bantuan biaya oleh IMPB. Adapun biaya ini bersumber dari dana yang terkumpul hasil sumbangan para mahasiswa penerima beasiswa, selain dari para mahasiswa bidikmisi juga dari mahasiswa penerima beasiswa yang lain-lain.

Setelah kegiatan inti dilaksanakan, kegiatan ini dilanjutkan  dengan acara pemberian materi motivasi oleh Elmi, yang tidak lain adalah mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi juga. Pada kesempatan tersebut, Elmi menceritakan bagaimana latar belakang keluarganya yang tidak mampu, hanya anak dari bapak yang berprofesi buruh bangunan namun ia tetap berusaha untuk sukses.

“Ijinkan saya berbagi cerita saya, ini dia cerita saya “ceritaku: Si Anak Buruh Bangunan yang sedang mengejar impiannya”. Sebelumnya kalau kalian di tanya, Kalian Anak siapa? kalian jawab apa? kalau saya ditanya, saya akan jawab: “Saya anak buruh bangunan”. Kata Elmi dengan suara lantang.

Menurut Elmi, kenyataan bahwa ia hanya seorang anak dari bapak berprofesi buruh bangunan, bukanlah hal yang membuatnya malu. Menurutnya justru ia sangat bangga dan beruntung karena ia diberikan kesempatan oleh tuhan untuk menjadi orang yang luar biasa. “Kalau kita anak orang kaya, kemudian kita kaya itu wajar. Tapi kalau kita anak dari orang tua sederhana dan kita kelak sukses baru itu luar biasa”, jelas Elmi.

Elmi secara runtut menceritakan pengalaman hidupnya dalam hal menuntut pendidikan setinggi-tingginya. Menurutnya, ia sangat bangga kepada bapaknya, karena meski seorang buruh bangunan namun mampu mengantarkan anaknya (elmi) hingga mengajadi mahasiswa. Menurutnya pendidikan setinggi-tingginya adalah cara untuk merubah nasib keluarganya, maka dari ia sangat termotivasi sekali dalam menuntut pendidikannya. Elmi mengatakan, “namun pendidikan itu juga bukan sekedar meraih tanpa bermakna, namun harus juga bermakna. selain itu harus berprestasi dan berkonstribusi”.

“Jangan patah semangat, berusaha berprestasi, kemudian berkonstribusi kepada kampus. Prestasi milik anak siapapun” tutup Elmi.

Kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, Elmi ditanyai mengenai masalah hidup yang menurutnya besar dan bagaimana ia mengatasi masalah tersebut. Elmi pun memberikan jawaban bahwasanya masalah besar dalam hidupnya ialah kehilangan seorang sosok Ibu. menurutnya, itu merupakan masalah dari kejadian-kejadian yang ia tidak dapat tentukan. Dalam mengatasinya, ia mencoba untuk mengambil banyak hikmah dari sepeninggalan ibunya. Elmi juga menambahkan selain itu masalah lain yang dihadapi saat ia dihadapkan pada masalah sulitnya saat ia lulus SMA dan ia ingin melanjutkan, namun kesulitan masalah biaya. Namun ia tetap semangat dan ia melakukan banyak konsultasi sehingga ditemukan solusinya saat itu. (HB/Permata)