Optimalisasi Pembelajaran Mata Kuliah Wajib Umum dalam Membina Karakter Mahasiswa

Bandung, UPI

Pada penghujung Desember 2016 ini Departemen Pendidikan Umum melaksanakan FGD, menghadirkan dua pakar dalam bidan Pendidikan Karakter Prof. Dr. Endang Sumanteri, M.Ed dan Dr. Bambang Saeful Ma’arif, M.Si. Kegiatan yang dihadiri oleh dosen-dosen yang mengampu matakuliah PKn, PAI, PSB, dan SPAI ini dilaksanakan di Gedung Nu’man Somantri UPI. Beberapa hal yang patut dijadikan dasar petimbangan oleh semua orang yang melakukan proses pendidikan haruslah memiliki orientasi yang matang terkait dengan hasil dari pendidikan itu sendiri. Pendidikan yang dikembangkan harus berorientasi pada karater berlandaskan etika, sedangkan etika itu sendiri memiliki dua dasar yang mana mungkar dan mana yang maruf.

Unsur agama dalam ilmu apa pun harus ada. Sehingga dapat menyebarkan kepada seluruh mahasiswa. Prof. Muhamad Nuh: Pengertian pendidikan budaya dan karakter bangsa, landsan pedagogis pendidikan budaya dan karakter bangsa, fungsi pendidikan budaya dan karate bangsa,

Budaya adalah keseluruhan system berfikir, keyakinan, watak tabiat ahklak kebiasaan seseorang berbagai kebajikan. Pendidikan budaya dan karakter bangsa ialah perwarisan nilai bagi generasi muda untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Cindy Simon, mengutarakan bahwa dalam proses pembelajaran harus mempertimbangkan beberapa hal; pertama, harus dieksplore, bisa dari kearifan lokal, dari al-quran, dari pepatah bijak. Kedua diklarifikasi kepada mahasiswa apa yang kita eksplore. Ketiga, direalisasikan. Beliau bertanya mengenai apa yang dimaksud dengan nilai?! Maka ia menjawab “Value is what I’m really, really, really want”. Minimal ada tiga hal minimal yang harus di eksplore what, why and How. Thomas Lickona memperkuata bahwa yang dimaksud dengan karakter ialah How to help our children; develop good judgment, integrity and other essential virtues. Heraclitus mengungkapkan bahwa karakter ialah suatu takdir. Cicero mengungkapkan bahwa karakter warga negara harus memiliki indikasi letak kesejahteraan bangsa.

Karakter adalah memiliki hal-hal yang benar, untuk mengajarkan kepada anak-anak. Sepertihalnya mengajarkan dan memberikan contoh mengenai dedikasi yang tinggi dalam keteguhan dan beriman. Isi karakter yang baik berikutnya ialah mengenai kebijakan seperti halnya kejujuran, keadilan, keberanian, dan belas kasih adalah disposisi untuk berperilaku dalam cara yang baik secara moral.

Sepuluh karakter Thomas Lickona yang mesti dikembangkan: Kebijaksanaan, keadilan, ketabahan, pengendalian diri, cinta, sikap positif, kerja keras, integritas, syukur, dan kerendahan hati.

Kemudian Dr. Bambang mengutarakan bahwa Kondisi Objektif Umat Islam: Pertama: Umat Islam kini belum maju, namun Kaum  Muslimin tidak berdiam; mengejar ketertinggalan. Kedua, umat Islam menata peran di Era MEA dan Global, tetapi kondisinya kurang menguntungkan oleh karena banyaknya gerakan radikalisme (terorisme). Ketiga, Warga Masyarakat tengah  mengalami kegelapan hati dan kemerosotan akhlak, karena terasa kian jauh dari Tuhan. Akibatnya bisa membawa kegagalan sosial dan kemunduran Negara. Keempat, setiap muslim yang ulul-albab adalah mujahid (berjuang; bekerja bersungguh dengan ilmu, amal & entrepreneurship). Kelima, demikian pula dengan institusi muslim yang ada. Di sini letak spirit mujahadah pada motto 3 M (Mujahid/pejuang, Mujtahid /peneliti, dan Mujaddid/pembaharu).

Sejak beberapa tahun ini kita memantapkan sistem  pendidikan umat Islam agar mampu mencetak tenaga profesional dalam berbagai bidang, termasuk untuk tenaga jurnalis ini. Kemudian masih perlu meningkatkan terus kualitas kekaryaan dalam jurnalisme Islam. Untuk kurikulum Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) para pemangku pendidikan perlu memikirkan tentang profesi dan dedikasi para lulusannya, Sertifikasi. Sangat diperlukaan hadirnya: Asosiasi Pendidikan yg lbh matang agar dpt menumbuhkembangkan LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) bidang Pendidikan, di bawah  naungan Badan Nasional Sertifikasi Indonesia (BNSI) dengan berbagai  disiplin turunannya. (Muhamad Iqbal)