UPI Purwakarta Budayakan Pembelajaran Berbasis Inkuiri

Purwakarta, UPI2

Berbagai upaya untuk makin mengefektifkan proses dan hasil pembelajaran perlu terus dilakukan. Secanggih apa pun kemajuan teknologi, peran guru tidak akan tergantikan. Guru, merupakan aktor dan artis di kelas, yang harus memainkan peran sentral dalam proses pembelajaran.

Itulah intisari diskusi Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Purwakarta, Rabu (26/11/2014). Diskusi menghadirkan nara sumber Lesly A Harbon dan Kate Smyth dari Faculty of Education, Sydney University, Australia. Kegiatan tersebut diikuti seluruh unsur pimpinan, staf dan dosen UPI Kampus Purwakarta.

Dalam diskusi dipandu Finita Dewi, SS, MA., Lesly A Harbon mengatakan, mendidik dan mengajar bukanlah merupakan pekerjaan rutinitas, melainkan profesi panggilan hati yang harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Bukan guru yang harus dipahami siswa, melainkan bagaimana guru berusaha sepenuh hati untuk memahami perkembangan biologis dan psikologis peserta didik.

“Semua bayi yang terlahir dalam keadaan tidak cacat permanen, sesungguhnya merupakan anak yang genius. Tetapi mengapa setelah anak masuk sekolah, malahan kegeniusan anak itu menjadi tidak kentara?” katanya.

Dikemukakan, proses pembelajaran yang difasilitasi guru sejatinya inspiratif. Perkataan, langkah dan contoh yang dikemukakan guru di hadapan peserta didik sejatinya sarat dengan muatan motivasi, agar anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi insan yang memiliki keberanian untuk bertanya berbagai hal mengenai apa yang dilihat dan dirasakannya dalam kehidupan sehar-hari.

Lesly A Harbon mengungkapkan, tidak ada pertanyaan siswa yang jelek, pertanyaan yang jelek adalah pertanyaan yang tidak sempat dikemukakan, karena anak merasa takut untuk bertanya kepada gurunya. Suasana pembelajaran jangan dibuat menakutkan, karena suasana menakutkan hanya akan melahirkan manusia yang tidak merdeka.

Ia menjelaskan, membiasakan berpikir kritis di kalangan peserta didik, sejatinya dapat dibudayakan sejak usia dini. Inkuiri dapat dijadakan salah satu wahana untuk melatih dan membiasakan berpikir kritis di kalangan peserta didik. Topik pembelajaran dengan penggunaan inkuiri, sejatinya dapat diambil dari lingkungan terdekat siswa, agar peserta didik benar-benar merasakan bahwa mereka merupakan bagian tidak terpisahkan dari lingkungannya.

“Tanggalkanlah proses pembelajaran konvensional, karena kurang daya tantangnya. Apakah siswa saya belajar, dan sedang belajar apa siswa saya, merupakan dua pertanyaan pokok yang senantiasa harus menjadi landasan guru ketika melakukan tugas profesinya,” ujar Lesly. (Mamat Ruchimat, UPI Kampus Purwakarta)