Menggagas Kampus Indah, Hijau dan Sensasional

Oleh Ahmad Dahidi

Suatu hari di awal tahun 90 an, saya pernah berkhayal untuk ikut mendukung program UPI (ketika itu masih IKIP Bandung), yaitu ikut serta menciptakan kampus yang hijau dan indah. Tidak sebatas hijau dan indah saja namun mesti sensasional. Terlintaslah dalam benak saya waktu itu, alangkah indahnya apabila disekitar Isola atau di kampus IKIP Bandung tumbuh subur pohon sakura. Ya Sakura,  yang menjadi kebanggaan orang Jepang, dan selalu menjadi daya tarik Jepang ketika ngabibita para wisatawan dalam dan luar negeri untuk bertandang ke Jepang.

Impian yang sangat sulit tapi saya yakin sekali suatu ketika bisa diwujudkan namun perlu waktu. Keyakinan itu didasarkan pada karakter orang Jepang yang rajin, tekun, dan tidak mengenal lelah. Bahkan yang saya rasakan mereka itu tidak pernah puas sehingga jiwa inovasi mereka berkembang dengan pesatnya. Dengan sifat dan karakter seperti itu, saya yakin ada orang Jepang atau sekelompok orang yang serius meneliti bunga sakura, lalu menemukan jenis sakura yang bisa tumbuh berbunga dimana saja dengan cuaca ekstrim sekalipun, yaitu sakura yang bisa ditanam tidak hanya tumbuh dan berbunga di daerah subtropis, tapi bisa tumbuh dan berbunga pula di daerah tropis seperti Indonesia.

Alasan waktu itu, sulitnya mewujudkan tumbuh subur pohon sakura di kampus disebabkan sifat sakura itu sendiri. Konon, bunga sakura itu baru bisa berbunga apabila tumbuh di daerah yang suhunya cukup dingin, kira kira minimal 10 derajat dalam rentang waktu tertentu. Padahal Indonesia, tentunya termasuk Bandung tidak bisa sampai suhu sedingin itu. Paling dingin 14 derajat. Sangat sedikit di Indonesia yang dimungkinkan bisa mencapai suhu serendah itu. Menurut Mbah Google, daerah di Indonesia yang bisa mencapai 15 derajat siang hari, dan 10 derajat pada malam hari itu adalah Waghete, Kab. Deiyai – Provinsi Papua. Daerah lainnya di Indonesia (termasuk di Bandung) rata rata 20 derajat ke atas. Jadi, sangat mustahil Sakura bisa tumbuh di Indonesia termasuk di Bandung ini.

Impian tersebut saya “tidurkan” dalam hati dalam-dalam, suatu saat akan saya “bangunkan” kembali apabila memungkinkan. Meskipun demikian, tahun 90 an, alhamdulillah bisa terlaksana program penghijauan kampus dengan menggandeng Junior Chamber International Osaka (Osaka JC). Pimpinan IKIP Bandung (diwakili oleh Pembantu Rektor III Bapak Prof. Drs. H. Ilyas Purakusumah, tim dari Osaka JC (datang ke kampus IKIP Bandung sebanyak 30 orang Jepang), para mahasiswa Jurusan bahasa Jepang, dan para siswa SD Isola, bersama-sama menanam pohon di kampus IKIP Bandung, tepatnya di tanah kosong dekat bengkel FPTK IKIP Bandung (sekarang menjadi  gedung FPOK UPI).

Sebenarnya, waktu itu saya meminta kepada teman teman dari Osaka JC, mungkin tidaknya membawa sebatang pohon sakura untuk ditanam di kampus. Ternyata tidak bisa sebab sifat sakura yang tidak mungkin bisa tumbuh di Indonesia seperti yang sudah saya kemukakan di atas, dan juga prosedur untuk mendatangkan tumbuh-tumbuhan itu perlu waktu dan waktu itu cukup sulit dengan prosedur yang berbelit.

Kurang lebih 30 tahun menunggu. Alhamdulillah, seminggu yang lalu saya membaca harian The Daily Jakarta Shimbun yang mengabarkan bahwa sekarang sudah ditemukan jenis sakura yang bisa tumbuh di segala cuaca. Artinya, bisa tumbuh dan berbunga di Bandung. Jenis sakura yang dimaksud adalah jenis Sakura Yoko.

Masih dalam berita yang disampaikan dalam The Daily Jakarta Shimbun bahwa di Pasuruan telah diselenggarakan upacara penanaman pohon sakura dilakukan di lingkungan pabrik. Pohon yang ditanam sebanyak 4 buah, langsung didatangkan dari Jepang atas kerjasama Kabupaten Ehime dan pemerintah Jawa Timur. Rencana ke depan akan ditanam juga di lingkungan sekolah Jepang yang ada di Surabaya. Menurut sejarahnya, bunga sakura jenis ini dibawa oleh para guru yang bertugas ketika mendidik para tentara Jepang di medan perang ketika perang dunia kedua berkecamuk. Lalu, bunga sakura jenis ini ditanam sebagai persembahan dan penghormatan bagi para pejuang yang gugur di medan perang. Mereka membawa sakura jenis Yoko ini ke berbagai negara. Untuk mengenang dan menghormati fakta sejarah tersebut, maka sakura jenis ini dikirimkan ke berbagai negara, dan rencananya akan ditanam sebanyak 100.000 pohon. Selanjutnya, diberitakan pula bahwa untuk mendatangkan sakura yang jumlahnya hanya 4 pohon itu tidak begitu mudah. Namun, akhirnya berhasil bisa datang ke Surabaya atas jerih payah Konjen Jepang di Surabaya, Tim Sekolah Jepang di Surabaya, pihak terkait lainnya di pemerintahan Surabaya, dan tentunya uluran tangan Konjen RI di Osaka. Selanjutnya, ada rencana pula akan ditanam sebanyak 50 pohon sakura jenis ini di halaman kantor-kantor pemerintahan Jawa Timur dan di halaman Konjen Jepang yang ada di Surabaya.

Upacana penamanam sakura ini dihadiri oleh pihak terkait seperti Konjen Jepang di Surabaya, pemerintah Jawa Timur, dan pihak sekolah Jepang. Diperkiraan bunga yang baru ditanam ini akan berbunga tiga tahun kemudian. Jadi, seandainya perawatannya baik (mudah-mudahan tidak mati), maka diperkirakan akan berbunga tahun 2020.  Konjen Jepang, Mr. Kato menyampaikan bahwa bunga sakura merupakan bunga yang sangat khusus di hati orang-orang Jepang. Ketika bunga sakura berkembang, yaitu pada musim semi, banyak orang asing datang ke Jepang. Kami berharap bunga sakura ini bisa menjadi simbol perekat antar dua negara”, demikian ia sampaikan. Memang benar sekali bahwa bunga sakura bagi orang Jepang merupakan simbol penting, yang kerap kali diasosiasikan dengan perempuan, kehidupan, kematian, serta juga merupakan simbol untuk mengeksperesikan ikatan antarmanusia, keberanian, kesedihan, dan kegembiraan. Sakura juga menjadi metafora untuk ciri-ciri kehidupan yang tidak kekal.

Yang menarik dari kisah bunga sakura ini adalah wasiat Mr. Takaoka, ketika ia akan menghembuskan nafasnya yang terakhir berwasiat kepada para muridnya demikian, “ Kita akan bertemu lagi di bawah pohon sakura”. Dari kisah sedih dan pilu itulah awal dimulai pengiriman bunga sakura jenis yoko ini ke berbagai negara Asea, Korea dan Cina. Di Indonesia sendiri sudah dimulai tahun 2009, yaitu Indonesia telah disumbang sebanyak 300 pohon dan ditanam di Cibodas – Bogor. Setelah Mr. Taoka tiada, penanaman bunga sakura di berbagai negara ini dilakukan putra sulungnya. Konon, banyak permintaan dari luar negeri seperti Vietnam, dan rencana musim gugur tahun ini akan ditanam di sepanjang perbatasan Cina.

Sementara itu, sakura jenis lain ada jenis someiyoshino. Sakura jenis ini, tampaknya sulit tumbuh di iklim tropis. Ciri khas sakura jenis someiyoshino adalah bunganya yang lebih dahulu mekar sebelum daun-daunnya mulai keluar. Puluhan, ratusan, bahkan ribuan batang pohon yang berada di lokasi yang sama, bunganya mulai mekar secara serentak dan rontok satu per satu pada saat yang hampir bersamaan. Bunga sakura jenis someiyoshino ini hanya dapat bertahan kurang lebih 7 sampai 10 hari dihitung mulai dari kuncup bunga terbuka hingga bunga mulai rontok. Rontoknya bunga sakura tergantung pada keadaan cuaca dan sering dipercepat oleh hujan lebat dan angin kencang.

Menurut The Daily Jakarta Shimbun, Sakura yang ditanam di areal kawasan industri PIER Kab. Pasuruan itu adalah jenis Sakura Yoko. PIER merupakan kawasan industri terbesar yang ada di kabupaten Pasuruan, dan merupakan kawasan industri terbesar ke-2 setelah SIER. Terdapat puluhan perusahaan yang berada di kawasan industri ini, baik perusahaan modal asing (PMA) atau perusahaan lokal.

Tujuan utama penanaman sakura ini di komplek kawasan industri ini adalah sebagai persembahan bagi para korban perang. Dalam rangka persembahan itulah, hingga kini sudah ditanam sebanyak 100.000 pohon di berbagai negara. Sakura Yoko ini adalah jenis baru hasil persilangan JSEA yang dapat tumbuh di segala cuaca, baik dingin maupun kemarau. Sepanjang pengetahuan saya, upaya penanaman bunga sakuran jenis yoko ini sudah dilakukan di kawasan wisata Cibodas – Bogor tahun 2009 dan di Karangasem-Bali tahun 2012.  Namun penanaman pohon sakura di dalam kampus, sepanjang pengetahuan saya belum ada yang merintisnya. Kenapa tidak UPI saja mengawalinya. Dengan demikian, suatu saat, UPI akan menjadi kampus yang semakin indah, cantik, harmonisasi perpaduan pohon pohon asli Indonesaia dan pohon sakura menyatu sehingga akan menjadi daya tarik tersendiri bagi UPI, terutama dalam rangka mewujudkan kampus berwawasan kepariwisataan, insya Allah akan menjadi kampus yang sensasional dalam tata ruang kawasan lingkungannya. Semoga!

Dengan adanya fakta bahwa sakura bisa tumbuh dan berbunga di Indonesia, maka bagi saya semakin yakin bahwa di kampus UPI pun sakura bisa tumbuh subur dan berbunga. Saya sendiri berharap sepanjang jalan masuk gerbang utama, lalu sekitar gedung Isola, dan di pinggir bangunan setiap fakultas bisa ditanam pohon sakura ini. Caranya bagaimana? Kita coba merintis dulu kerjasama dengan pemerintah Jepang c.q. Nihon Sakura Kouryuu Kyokai (Japan SAKURA Exchange Association) yang berdomisili di Ehime Jepang.

Untuk selanjutnya ihwal ceritera sakura yoko ini, terutama bagi pembaca yang paham bahasa Jepang, silahkan dibaca di  http://www.jakartashimbun.com/free/detail/33524.html atau di http://halojepang.com/politikkerjasama/6014-ehime.