UPI Kampus Cibiru Optimis Go Internasional

Cibiru, UPI

BEM UPI Kampus Cibiru menggelar Festival Luar Negeri (FLN) & Tes TOEFL yang bertema “Get Schoolarship, Hold The World For Smart Education” di Auditorium lantai 3 UPI kampu Cibiru. Minggu (26/3/2017).

Kegiatan FLN ini terdiri dari sesi Seminar Beasiswa yaitu adanya pemaparan materi tentang pengalaman kuliah di luar negeri, tips mendapatkan beasiswa LPDP, Rise and Shine with TOEFL, kunjungan stand dari tiga negara yaitu Finlandia, India, swedia serta adanya simulasi TOEFL. tujuan diadakannya Festival luar negeri dan tes TOEFL ini yaitu memberikan  bekal pengetahuan tentang beasiswa ke luar negeri, memberikan informasi peluang beasiswa ke luar negeri, memberikan fasilitas kemampuan bahasa Inggris melalui tes TOEFL.

Narasumber Seminar Beasiswa yang dihadiri 130 peserta yang berasal dari mahasiswa UPI kampus Cibiru, mahasiswa umum, maupun guru ini menghadirkan Niken Larasati (anggota PPI alumni universitas di Hungaria), Alysa Bachtiar (anggota PPI alumni universitas di Inggris dan Finlandia), Zaenal Abidin (awardee beasiswa LPDP alumni Kampus UPI Cibiru), dan Srie Mulyati (owner sekaligus trainer TOEFL NOBLE).

Direktur UPI Kampus Cibiru, Dr. Asep Herry Hernawan, M.Pd dalam sambutannya mengatakan bahwa diadakannya Festival Luar Negeri dan Tes TOEFL ini selain untuk pengetahuan tentang beasiswa dan tes TOEFL, kegiatan ini dapat menjadi suatu acuan bagi masyarakat agar mampu bergaul di lingkungan yang lebih luas yaitu lingkungan global. Sehingga, mampu meningkatkan eksistensi bangsa Indonesia di mata dunia.

Sementara itu, menurut Firas Fathin Muhammad, Ketua BEM UPI Kampus Cibiru, kegiatan ini merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat untuk mahasiswa, khususnya yang akan menempuh sidang karena akan ada tips and trik mengerjakan TOEFL. Bagi yang ingin mendapatkan beasiswa luar negeri, tentunya akan mendapatkan sosialisasi dari Persatuan Pelajar Indonesia secara langsung mengenai sistem pendidikan di luar negeri, terlebih lagi kegiatan ini adalah kali pertama UPI Kampus di Cibiru yang berhasil bekerja sama dengan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI).

“Kendala event Festival Luar Negeri dan Tes TOEFL ini adalah masalah komunikasi dengan pihak PPI, dikarenakan pihak PPI yang kebetulan sedang menempuh pendidikan di China. Sehingga untuk bisa berkomunikasi harus menyesuaikan dengan zona waktu dan jadwal kuliah mereka”

Dalam sesi seminar, Niken Larasati menceritakan pengalamannya ketika mengikuti kuliah di Hunggaria, “Menurutku kuliah di sana itu sangat berat. Pertama, kelas necture dimana dosen lebih dominan menjelaskan yaitu porsinya 80% dan sisanya 20% mahasiswa dituntut untuk bertanya kepada dosen. Lalu teknis perkuliahan yang lain adalah 10% peranan dosen dan 90% mahasiswa dituntut diskusi secara mandiri.

“Saingan kita itu udah dari mana-mana dan mereka yang sudah terbiasa seperti itu (aktif berpendapat), maka dari itu kita harus baca buku dulu sebelum kuliah,” lanjut Niken. Perkuliahan yang dirasakan Niken adalah dominan diskusi mandiri dan dosen hanya sekedar memberikan verifikasi apa yang mahasiswa baca. Jadi prinsip perkuliahan yang dirasakan Niken adalah pembelajaran secara real. Menurutnya kuliah S2 di luar negeri jauh lebih sulit karena lebih banyak belajar independent (mandiri).

Melengkapi pendapat Niken, Alysa menambahkan bahwa yang terpenting yaitu mahasiswa harus berani mengeluarkan pendapat dari hasil bahan bacaan mereka. Menurutnya pula kuliah di luar negeri bisa mendapat bonus jalan-jalan dan pengalaman hidup baru di suasana budaya yang berbeda dengan di Indonesia. “Puasa di Finlandia hampir 22 jam,” ungkap Alysa saat menyampaikan pengalamannya berkuliah di Finlandia. (DN)