Banyuwangi, Referensi Edukasi Mahasiswa Pendidikan Geografi UPI

Bandung, UPI

Mahasiswa Pendidikan Geografi angkatan 2015 FPIPS UPI mengikuti kuliah umum bertemakan “Strategi Pembangunan Wilayah dan Wisata di Kabupaten Banyuwangi”, di Pendopo Dinas Pariwisata Banyuwangi. Senin, 15 Mei 2017.

Kuliah umum ini menghadirkan pemateri dari BAPPEDA dan DISPUBPAR Banyuwangi. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan mengenai sistem pengelolaan pariwisata Kabupaten Banyuwangi sebagai kabupaten pariwisata di ujung timur Puau Jawa.

Acara ini dihadiri oleh 87 orang mahasiswa Pendidikan Geografi angkatan 2015, 4 orang tim dosen Departemen Pendidikan Geografi terdiri dari: Dr. Ahmad Yani M.Si. sebagai Ketua Departemen Pendidikan Geografi, Prof. Dr. H. Darsiharjo, MS. , Dr Lili Somantri S.Pd, M.Si. dan Garnadi sebagai asisten dosen dalam Pengelolaan Administrasi Departemen Pendidikan Geografi.

Acara ini merupakan rangkaian dari kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) tahap dua mahasiswa Pendidikan Geografi angkatan 2015, yaitu proses pembelajaran mahasiswa Geografi di lapangan secara riil. Tema KKL tahap 2 ini memang bersinergi dengan penyelenggaraan kuliah umum yang diselenggarakan yakni “Komparasi Pembangunan Desa Emas (Elok, Mandiri, Asri, dan Sejahtera) di Kabupaten Terluas Ujung Timur Pulau Jawa Banyuwangi”.

Dr Ahmad Yani M. Si menandaskan, bahwa KKL ini merupakan agenda wajib mahasiswa Pendidikan Geografi yang diselenggarakan pada tiga tahun pertama kuliah, dengan rincian KKL tahap 1 (di Jawa Barat), KKL tahap 2 (di Pulau Jawa) dan KKL tahap 3 (diluar Pulau Jawa). Pada KKL tahap 2 ini, mahasiswa Pendidikan Geografi memilih Kab. Banyuwangi untuk mengidentifikasi keunikan dari desa-desa di Kabupaten Banyuwangi yang kemudian dikomparasikan dari setiap desa masing-masing sesuai potensi alam dan kebudayaannya. Mereka bertugas meneliti enam desa di Kabupaten Banyuwangi yang terdiri dari: 2 desa di daerah pegunungan, 2 desa di daerah dataran, dan 2 desa di daerah pesisir.

Dalam acara kuliah umum, Dr. Suyanto Wasp Tondo Wicaksono M. Si. (Kepala BAPPEDA Kab. Banyuwangi) yang diwakili oleh Amir Hidayat S.KM, M. Si. sebagai Ketua Bidang Perencanaan dan Evaluasi BAPPEDA Banyuwangi. Amir Hidayat memperkenalkan bahwa Bupati Banyuwangi memperkenalkan Banyuwangi sebagai “Sunrise of Java”, yang maksudnya merupakan wilayah ujung timur Pulau Jawa yang pertama kali mendapatkan sinar matahari di Pulau Jawa, yang paling awal bangun dan shalat subuh, sehingga Banyuwangi harus menjadi teladan bagi daerah-daerah lain di Pulau Jawa.

Dikatakan Amir Hidayat, Banyuwangi saat ini memfokuskan diri pada sektor pariwisata dengan mengembangkan potensi kewilayahan untuk memakmurkan rakyat setempat dengan akhlak mulia. Hal ini terbukti dari berbagai objek wisata yang sangat unik di Banyuwangi, misalnya Pantai Syar’i dimana pantai tersebut dikhususkan untuk perempuan dan anak-anak, pengunjung juga diwajibkan berpakaian sopan ketika mengunjungi pantai ini.

“Selain itu juga Banyuwangi memiliki Triangle of Diamond yang terdiri dari: Pantai Sukamade yang terkenal dengan penyu Sukamade, kemudian Pantai Plengkung, dan Blue Fire Kawah Ijen yang merupakan salah satu dari dua blue fire di dunia,” kata Amir.

Pembangunan pariwisata di Banyuwangi ini patut dicontoh bagi daerah-daerah pariwisata yang ada di Pulau Jawa, karena pemerintah setempat memberikan larangan-larangan yang memberikan perlindungan sosial ekonomi serta perbaikan moral masyarakat. Contohnya: melarang pendirian pasar modern, sehingga tidak mematikan ekonomi masyarakat menengah dan bawah yang membuka warung-warung. Tidak mendirikan hotel di destinasi wisata, melainkan lebih memprioritaskan homestay masyarakat yang dilatih terlebih dahulu sehingga pengembangan pariwisata dapat memberikan dampak ekonomi baik bagi masyarakat, masyarakat tidak hanya menjadi penonton melainkan juga pelaku pariwisata.

Dijelaskan Amir, untuk melindungi alam, pemerintah Banyuwangi memberikan stimulasi pada masyarakatnya, rasa cinta terhadap Kabupaten sendiri dengan selogan-selogan “I love Banyuwangi”, serta mengubah kebiasaan-kebiasaan buruk masyarakat seperti mengebom ikan menjadi pelaku wisata seperti pedagang di destinasi wisata. Sanitasi lingkungan juga dijaga dengan mengubah kebiasaan masyarakt yang sering BAB di sungai, dengan mengubah Sungai menjadi objek wisata yang indah dengan dicat warna-warni sehingga menjadi objek wisata selfie yang lumayan bagus daerah ini dikenal dengan “Sungai Kalilo” masyarakatpun tidak BAB di daerah tersebut karena malu. Selain itu juga, berkat teladan dan kecerdikan pemerintah, dapat mensugesti measyarakat untuk merawat kebersihan desa yang berawal dari pengumpulan para tukang sapu yang kemudian diberikan apresiasi 10 peringkat terbaik maka akan diumrohkan oleh pemerintah, selain itu juga pemerintah mengadakan perlombaan RW atau kampung terbersih sebagai reward akan diberi hadiah dan terkotor diberi bendera hitam sebagai punishment, fungsi pengawasan  juga rajin dilakukan oleh SATPOL PP dengan menjajaki jalan-jalan kalau-kalau ada warga yang membuang sampah sembarangan.

“Leadership yang baik memang sangat berperan dalam pembangunan desa-desa di Banyuwangi, Abdullah, Bupati Banyuwangi yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas, memberikan nilai kerja sama dan satu visi yang jelas serta prioritas-prioritas berbasis teknologi dan informasi maka kita mengenal “Banyuwangi in Your Hand” yang mempromosikan kerajinan dan kuliner khas masyarakat Banyuwangi secara online. selain itu memang teknologi dan informasi menjadi infrtastruktur paling pokok di desa ini,” jelasnya.

Bupati juga cerdik melirik para ahli berbagai bidang yang dapat memajukan sektor wisata Banyuwangi, menggandeng para blogger yang memiliki pengikut yang banyak untuk mempromosikan pariwisata Banyuwangi, pengadaan event-event atau festival nasional bahkan internasional seperti rute sepeda 10 negara yang melewati kawah Ijen, aktif juga mengundang beberapa artis terkenal, serta Chef Juna pun pernah diundang dalam lomba masak kuliner warga Banyuwangi. Selain sebagai pengenalan pada para ahli maupun Indonesia, hal ini juga sebagai media promosi yang cukup ampuh karena banyak wartawan yang meliput para tokoh tersebut dalam acara-acara di Banyuwangi. Tahun ini, Banyuwangi memiliki 72 agenda Festival dari berbagai sektor, dari mulai Agro Festival, Bamboo Festival, dll.

Hal ini sejalan dengan tridharma perguruan tinggi, mahasiswa Pendidikan Geografi secara konsisten melaksanakan pendidikan dan penelitian kecil ke desa-desa, agar dapat menjalankan tridharma perguruan tinggi yang terakhir yaitu pengabdian pada masyarakat, tentunya untuk mengabdi para mahasiswa membutuhkan ilmu dan pengalaman sebagai bekal di masa depannya.

Kami berharap , dengan adanya kunjungan KKL ini dapat memberikan referensi dan inspirasi bagi para mahasiwa Geografi UPI untuk terus belajar dan belajar membangun daerahnya masing-masing menjadi lebih maju lagi dalam sektor pemerintahan yang mendukung sektor pariwisata. (Helga Alvita, Mahasiswa Pendidikan Geografi FPIPS UPI)