Didin Wahidin “Kontes Robot Sebagai Media Pembelajaran”

Bandung, UPI

Kontes Robot Indonesia ini merupakan arena belajar yang ideal bagi mahasiswa sehingga setelah mengikuti kontes robot ini para peserta selain mendapat prestasi juga mendapat aspek-aspek pembelajaran pendidikan.

“Kontes robot merupakan kontes yang isinya tentang pembelajaran dan salah satu hal yang harus kita pelajari adalah belajar dari tuan rumah tentang nilai-nilai yang berkembang di UPI atau di perguruan tinggi lain tempat penyelenggaraan kontes robot ini,” kata Direktur Kemahasiswaan Dirjen Belmawa, Kemristek Dikti, Dr. Didin Wahidin saat sambutan pembukaan Kontes Robot Indonesia 2017 Tingkat Nasional yang diselenggarakan di Gymnasium Universitas Pendidikan Indonesia, Jalan Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung. Sabtu, (8/7/2017).

Peresmian acara ditandai dengan penabuhan gendang oleh Dr. Didin Wahidin, M. Pd, didampingi Rektor UPI, Prof. Dr. Asep Kadarohman, M.Si, Dr. Ir. Wahidin Wahab, Ketua Dewan Juri KRI 2017 dan Wakil Ketua Pelaksana KRI, Dr. Iwa Kuntadi, M.Pd.

KRI 2017 Tingkat Nasional ini diikuti sebanyak 93 tim dari 48 perguruan tinggi, yang terbagi menjadi Divisi Kontes Robot ABU Indonesia (KRAI) sebanyak 24 tim, Divisi Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI) Berkaki sebanyak 21 tim, Divisi Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI) Humanoid sebanyak 8 tim, Divisi Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI) Beroda sebanyak 24 tim, dan Divisi Kontes Robot Seni Tari Indonesia (KRSTI) sebanyak 16 tim.

Menurut, Dr. Didin Wahidin, UPI yang mengembangkan nilai-nilai Ilmiah, Edukatif, dan Religius, patut kita dipelajari dan mudah-mudah sepulang kita dari UPI berhasil mencoba mempelajari nilai-nilai tersebut untuk diterapkan sesuai perannya baik itu kita sebagai mahasiswa maupun dosen atau sebagai alumni.

Dalam kompetisi ini selain untuk meraih prestasi tetapi kita juga harus memanfaatkan peluang untuk belajar, baik belajar dari tuan rumah maupun dari peserta-peserta lain, namun yang terpenting adalah menjungjung tinggi sportivitas tim, dan menjaga silaturahim antar sesama.

Dikatakan Dr. Didin Wahidin. kita meski tafsirkan bahwa apa yang kita lakukan harus berbasis agama, artinya agama menjadi dasar pengembangan apapun yang kita lakukan termasuk dalam pengembangan ilmu tentang robotika yang berbasis agama bukan robotika yang kelak akan menjadi pemusnah bagi kita manusia tetapi harus menjadi robot-robot yang bermanfaat bagi kemanusiaan.

Lebih lanjut, dikatakan Didin bahwa kreativitas adalah basisnya kemampuan berfikir yang sifatnya melebar atau berfikir yang difegent. Kita menjadi orang-orang yang senantiasa bukan menjadi orang-orang yang berpikir linear karena kehidupan dan dunia sifatnya kompleks. Oleh karena itu, kreativitas menjadi salah satu modal untuk memecahkan masalah yang kita hadapi. Kreativitas ini diwujudkan untuk mencoba menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kemanusiaan, bermakna bagi keindonesiaan, dan bermakna bagi kita dan masyarakat.

Artinya dari proses berfikir kreatif kemudian kita gunakan untuk memecahkan masalah dari berbagai permasalahan nyata dari berbagai kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara maka munculah inovasi-inovasi yang memberi makna.

“Kita dalam suasana kontes robot tapi bukan sekedar robot untuk robot tapi robot media pembelajaran yang memberi makna untuk kemanusiaan, robot untuk Indonesia, robot untuk kita semua,” tegasnya.

Kita merindukan konsep yang memiliki inovasi yang bermakna bagi kehidupan bukan sekedar menjadi milik pribadi melainkan untuk bangsa yang kita cintai dan warga dunia. Kontes robot yang kita laksanakan selayaknya dilakukan pembaharuan, peningkatan sehingga tidak menjadi rutin lagi tetapi menjadi suatu makna yang memberikan perubahan, dan terus berkembang karena berharap bahwa kontes robot Indonesia bukan sekedar kontes saja tetapi kelak yang membekali para pesertanya untuk siap bersaing di tingkat internasional dan menjadi bermakna bagi peningkatan daya saing bangsa.

Diharapkan kontes ini menjadi lomba untuk kebaikan bukan menjadi lomba yang menyingkirkan lawan dengan cara yang tidak sprotif tapi justru kita harus mengambil makna yang lebih baik dan menjadikan media pembelajaran. (Deny/Humas UPI)