Rektor UPI Lepas Tiga Mahasiswa Peserta KKN di Australia

Bandung, UPI

Rektor UPI, Prof. Asep Kadarohman, M.Si melepas tiga orang peserta program KKN Luar Negeri, Jumat, 28 Juli 2017 di Gedung partere, kampus UPI Jalan Dr. Setiabudhi nomor 229 Bandung.

Mereka adalah Nabilah Fairuz Ryadi dan Syaima Hakim (Prodi Pendidikan Bahasa Inggris), serta Sintia Dewi Markin (Prodi Pendidikan Bahasa Perancis), mereka akan ditempatkan di sekolah Camberwell, Australia mulai tanggal 29 Juli hingga 19 Agustus 2017.

Dalam kesempatan tersebut Rektor UPI, Prof. Asep Kadarohman, M.Si mengucapkan terima kasih kepada Prof. Aminudin Azis, M.A yang telah menginisiasi kerjasama program Pre-graduation Community Service Project  antara UPI dengan Balai Bahasa dan Budaya Indonesia Victoria dan Tasmania (BBBIVT) serta Yayasan Mitra Aziziyah Sejahtera (YMAS).

Sementara itu, Sekertaris LPPM UPI, Dr. Yadi Rukyadi, M.Si. Program KKN ini merupakan bagian dari program internasionalisasi universitas dalam seting internasional. Program ini sama dengan KKN yang diselenggarakan di Indonesia yang disesuaikan dengan budaya lokal, program KKN di luar negeri lebih pada literasi bahasa Indonesia, serta membantu pengenalan budaya di sekolah.

Menurut Yadi Rukyadi, KKN Tematik pengenalan budaya Indonesia berbasis pendidikan merupakan inovasi pengenalan budaya Indonesia melalui program KKN Tematik di lembaga penyelenggara pendidikan di luar negeri. Kegiatan KKN Tematik ini dilaksanakan oleh mahasiswa UPI bekerjasama dengan AIESEC dan lembaga penyelenggara pendidikan di Australia, Thailand, dan Prancis.

Diharapkan para peserta KKN luar negeri ini mendapat pengalaman dalam memahami proses pembelajaran, sarana prasarana, lingkungan dan kebiasaan warga, kegiatan pembelajaran di lembaga penyelenggara pendidikan, pengalaman dalam mengelola kegiatan ekstrakulikuler di lembaga penyelenggara pendidikan di luar negeri serta pengenalan budaya Indonesia.

Salah satu peserta KKN Luar Negeri, Syaima dari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris mengatakan kegiatan ini merupakan program yang memiliki tantangan serta menambah wawasan baru, karena di jaman globalisasi ini kita dituntut untuk membuka wawasan yang luas, tidak hanya melihat dari media sosial tetapi kita harus merasakannya, seperti kehidupan sosial dan proses pendidikan yang ada di luar negeri.

“Selain persiapan mental, kita telah menyiapkan bebrbagai program yang akan diterapkan di sekolah-sekolah seperti media pembelajaran yang berhubungan dengan budaya Indonesia, seperti batik, musik tradisional Indonesia” kata Syaima.

Ia berharap, pengalam kita ini bisa mengispirasi para mahasiswa yang lain untuk mengikuti kegiatan seperti ini, karena melalui kegiatan ini kita akan mendapat pengalaman dan menambah wawasan yang luas. (Deny)