Bus Damri, Nasibnya Seperti Anak Tiri

Bandung, UPI

NET
NET

Bus Damri, nama yang sering didengar masyarakat perkotaan, termasuk warga Kota Bandung. Sayangnya, kendaraan umum yang harganya terjangkau ini sudah semakin tua dan tidak kunjung mengalami peremajaan. Warga sangat membutuhkan, tapi nasibnya seperti anak tiri.

Dengan harga yang terjangkau, jarak jauh-dekat ber tarif sama, Damri menjadi favorit masyarakat yang bepergian. Ya, Damri adalah angkutan yang murah meriah. Damri ekonomi  dengan tarif Rp 4.000 dan bus AC  Rp 5.000, lebih menarik masyarakat ketimbang angkutan lainnya. Apalagi, Damri dapat mencangkup wilayah Bandung secara umum.

Soal keamanan dan kenyamanan, hal itu yang harus diperhatikan Pemerintah Kota Bandung. Karena ternyata kenyamanan saat menggunakan bus ini sangat minim. Hal ini karena seringnya penumpang yang melebihi kapasitas, sehingga sering penumpang saling berimpitan satu sama lain.

Apalagi nyanyian dan sahutan sering terdengar saat banyaknya pengamen dan pengemis serta pencari dana meminta uang dari para penumpang. Hiruk pikuk ini sangat mengganggu. Tak mudah meniadakan mereka, karena seperti menjadi budaya.

Walaupun kondisi badan bus yang sudah tidak layak pakai dengan kursi yang sebagian reot, dan pintu yang hampir usang dimakan usia kendaraan yang menjadi favorit warga Bandung ini pun tetap tidak pernah sepi dari penumpang. Lajunya perlahan dengan asap yang berwarna hitam pekat mengepul tidak menghalangi bus Damri untuk terus melaju di tengah tengah jalanan kota yang syarat akan keramaian.

Tapi mengapa bus Damri diperlakukan seperti anak tiri oleh pemerintah? Damri yang seakan dibiarkan begitu saja walupun kondisinya usang dimakan usia? Mengapa pemerintah kurang melakukan tindak lanjut mengatasi permasalahan Damri?

Bus Damri Jurusan Terminal Ledeng – Leuwi Panjang, misalnya yang hampir semua kondisinya sangat memprihatinkan. Tak seperti Damri jurusan lain yang lebih diperhatikan kondisi fisik dan kenyamanan. Bus Damri ini seolah dianggap seperti anak tiri karena hingga kini belum ada perbaikan yang signifikan.

Susi, salah seorang penumpang setia bus Damri sering merasakan ketidaknyamanan saat menaiki bus ini. Karena banyak hal yang membuat ia merasa waswas. Seperti ketakutan akan adanya tangan oknum jahil dan mencoba merampas harta benda penumpang dengan segala cara.

Dia melihat kurangnya penertiban yang dilakukan petugas Damri dalam menangani para pengamen dan pengemis saat penumpang di dalam bus sehingga perlakuan mereka terkadang membuat penumpang menjadi risih. Namun hal itu bukan menjadi halangan bagi Susi untuk menaiki kendaraan umum yang murah meriah ini karena baginya tidak ada jalan lain selain tetap menggunakan kendaraan umum tersebut, karena tidak ada pilihan lain  untuk menunjang aktivitsnya sehari hari sebgai seorang pegawai swasta

Dia berharap, selain armada bus ini dibenahi terutama soal keamanan yang sangat dibutuhkan dan sangat diharapkan penumpang. Akankah harapan masyarakat ini dapat terealisasikan? Hasilnya sangat kita tunggu. (Reni Novianti, Mahasiswa Ilmu Komunikasi FPIPS, UPI)