Sangku Bambu dari Pasirangin Boboko

Tasikmalaya, UPI

Terletak diwilayah paling ujung bagian selatan Kelurahan Sukajaya Kecamatan Bungursari, Tasikmalaya. Pasirangin Boboko menjadi lokasi keberadaan posko 18 KKN Posdaya 2017 UPI Kampus Tasikmalaya. Pernahkah terpikir, kenapa daerah ini dinamakan Pasirangin Boboko? Apa yang melatarbelakangi penamaan daerah ini?

Sedikit cerita, kami sedang menikmati udara segar khas perkampungan di pagi hari, dan tidak sengaja melihat kelompok orang yang sedang meraut bambu, membelah dan menganyam, sengaja kami temui dan sedikit mengikuti obrolan mereka. Abah sama emak, orang tua yang sudah puluhan tahun bekerja sebagai pengrajin sangku nasi dari bambu. Tangan renta mereka sudah piawai mengubah bambu menjadi sumber pencaharian. Sangku dalam bahasa sunda disebut Boboko.

Sambil menyantap kudapan kecil, obrolan mengalir kadang berisi curahan hati mereka yang beberapa kali di php oleh calon investor, kadang juga tentang suka cita mereka tentang bagaimana mereka menikmati pekerjaan sebagai pengrajin sangku. Dan satu hal lagi, kami merasa beruntung diperkenalkan bagaimana merakit sebuah sangku bambu ini, ada 3 proses utama menurut abah untuk membuat sangku hingga siap pakai, yakni: Nganyam, kebanyakan orang mungkin sudah mengenal proses ini, nganyam merupakan proses penyusunan bambu tipis menjadi sebuah pola yang diinginkan; Ngawengku, bila proses nganyam selesai sesuai keinginan misalkan sangku, bagian atas hasil anyaman akan diikat menggunakan bambu secara melingkar, sehingga hasil anyaman menjadi kokoh dan terlihat lebih indah; dan Nyoko, Soko adalah bambu yang dibentuk persegi yang digunakan sebagai dasar dari sangku ini agar dapat berdiri stabil dan lebih kuat ketika digunakan, prosesnya disebut nyoko. Setelah ketiga proses ini dilakukan, maka sangku pun siap digunakan atau bahkan siap untuk dipasarkan bila dalam jumlah banyak.

Nah, usut punya usut ternyata pengrajin sangku ini tidak hanya keluarga abah emak, sempat kami bertanya, “Sejak kami disini kami tidak pernah melihat pengrajin seperti abah kok, sebelah mana lagi bah?”

“Disini hampir semua rumah membuat sangku, hanya saja mereka membuatnya di dalam rumah, tidak seperti abah di teras rumah,” tutur beliau.

Selepas dari sana kami memang sengaja berjalan keliling daerah ini, dan memang sengaja kami menelusuri. Dan ternyata benar, Ketua RT pun seorang pengrajin sangku.

Aktifitas masyarakat Pasirangin yang sebagian besar adalah pengrajin boboko, menjadi asal usul nama daerah ini menjadi Pasirangin Boboko, sebab nama daerah Pasirangin ada beberapa wilayah salah satunya yang paling dekat adalah Pasirangin Haji Latif.

“Nah itu dia alasan mengapa daerah ini bernama Pasirangin Boboko, boboko dari daerah ini sudah melanglang buana hingga mancanegara salah satunya ke negeri tetangga, Malaysia” tutur abah kepada kami sambil bercanda.

Dan satu hal lagi menurut beliau yang sering kita temui di rumah makan itu kebanyakan adalah hasil karya dari masyarakat Pasirangin Boboko.

Memanfaatkan alam secara bijak dan kreatif, selain membantu kelestariannya juga dapat menambah nilai terhadap penghasilan kita seperti warga Pasirangin Boboko ini yang bisa menjaga kelangsungan hidup dari penghasilan mereka berkreasi membuat boboko. Cintai produk dalam negeri dan segala prosesnya. (Angga Maulana)