Manusia Berkarakter untuk Kemajuan Indonesia

Bandung, UPI

Manusia berkarakter adalah kunci kemajuan Indonesia. Untuk itu, mahasiswa sebagai aset dan generasi penerus bangsa harus memanfaatkan masa muda yang berharga untuk menjadi manusia yang lebih baik melalui proses transformasi di perguruan tinggi.

Demikian ungkap Menteri Perdagangan Drs. Enggartiasto Lukita saat memberikan kuliah umum dalam acara Masa Orientasi Kampus dan Kuliah Umum (MOKAKU) Universitas Pendidikan Indonesia Tahun 2017 dengan tema “Senarai Asa, Integritas Jiwa,  Gelorakan Pendidikan Indonesia”, di Gedung Gymnasium UPI Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Senin (28/8/2017).

“Mereka yang berhasil adalah manusia yang berkarakter, adaptif, dan tetap memegang teguh nilai-nilai yang terus berlaku sampai sekarang. Di tengah kemajuan teknologi yang memberikan berbagai kemudahan, kita harus mampu menjadi manusia yang tidak bisa digantikan oleh teknologi, yaitu menjadi manusia berkarakter,” tegas Mendag yang juga Ketua Umum IKA UPI.

Lebih lanjut dikatakan bahwa pembentukan karakter dapat dicapai dengan visi, kreativitas, kegigihan, disiplin, serta hubungan interpersonal. Selain karakter, untuk menjadi unggul kita harus mampu berpikir kritis untuk memecahkan masalah kompleks; mengembangkan kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi; menghidupkan rasa ingin tahu; selalu ingin belajar; gigih dan disiplin; berwawasan sosial dan budaya; serta berinisiatif dan berjiwa kepemimpinan.

“Untuk menjadi pribadi yang unggul tidak ada yang instan, harus dipelajari, tidak hanya di bangku perkuliahan tetapi juga di luar bangku kuliah,” harapnya.

Diceritakannya,”Saya dulu adalah seorang aktivis mahasiswa, setelah lulus kemudian bekerja di perusahaan swasta nasional. Di perusahaan tersebut, saya memulai dari “tukang bawa map”, hingga akhirnya menjadi direktur, punya perusahaan sendiri, dan akhirnya masuk ke politik.”

Diharapkan, agar mahasiswa dapat menggunakan kesempatan mengenyam perkuliahan dengan sebaik-baiknya karena hanya 2,5% dari penduduk Indonesia yang mendapatkan kesempatan ini. Berdasarkan data BPS, pada 2015 ada sekitar 6,6 juta mahasiswa. Jika difokuskan lagi ke Perguruan Tinggi Negeri, hanya sekitar 241 ribu orang diterima kuliah setiap tahunnya.

“Kuliah masih merupakan suatu “kemewahan” yang saat ini hanya dinikmati segelintir penduduk Indonesia. Kesempatan ini tidak hanya memberikan peluang untuk lebih maju dan sejahtera, tetapi juga tuntutan untuk lebih bertanggung jawab kepada masyarakat. Ada tanggung jawab yang lebih besar yang diemban generasi muda, yaitu menjaga dan membangun Indonesia,” tegas Mendag.

Indonesia, lanjut Mendag, kini sedang di ambang era emasnya. Indonesia sudah menjadi bagian dari G-20 dan memimpin negara-negara di Samudera Hindia (IORA) yang terbentang dari Australia sampai Afrika Selatan, dan sebentar lagi menikmati dividen demografi.

“Semua ini bisa menjadi momentum ledakan kemajuan ketika rakyat yang siap berdaya berkolaborasi dengan pemerintah yang punya visi, kemampuan manajemen, dan mendengarkan aspirasi. Indonesia juga punya momentum besar untuk maju karena Presiden Joko Widodo membawa model kepemimpinan baru yang menunjukkan bahwa pemimpin itu tidak sakral dan dekat dengan rakyat,” ungkapnya.

Mendag berpesan dan meminta komitmen agar para mahasiswa bisa memberikan sumbangsih lebih banyak lagi bagi bangsa dan negara. “Jangan sia-siakan masa emas usia muda dan masa emas Indonesia di masa depan. Caranya dengan belajar, bekerja keras, disiplin, membuka cakrawala, dan menjadi bagian-bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri agar bisa semakin maju dan memberi lebih banyak sumbangsih bagi negeri ini,” pungkasnya. (birohumaskementerianperdagangan/danhumasupi)