Pendidikan adalah Pembersihan Jiwa

Bandung, UPI

Dengan semakin berkembangnya kemajuan zaman maka tantangan pendidikan Islam juga semakin banyak. Seiring dengan kemajuan itu banyak dampak-dampak positif yang kita peroleh tetapi juga tidak sedikit dampak negatif yang harus ditangkal. Dan ini sesungguhnya tantangan bagi dunia pendidikan khususnya pendidikan Islam. Ada banyak upaya yang dapat kita lakukan agar umat bisa mengiringi kemajuan zaman tanpa harus kehilangan Ruh nilai Islam.

Atas dasar itulah Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) mengadakan Eminence Lecture dengan pemateri seorang tokoh besar dunia pendidikan Islam yang juga guru besar di Universitas Suez Kanal Mesir yaitu Syeikh. Prof. Dr. Mohammed Mohammed Eemam Dawood dengan didampingi oleh perwakilan dari Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Republik Indonesia di Cairo, Mesir, Cecep Taufikurrohman, MA. Kamis (28/09/2017), bertempat di Gedung Nu’man Somantri FPIPS UPI, Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung.

Kegiatan yang bertemakan Pendidikan Islam dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi ini merupakan kelanjutan dari program Dikti Short Course tentang Pedagogy Spiritual bagi para dosen PAI, dosen bahasa Arab dan Ilmu Soasial. Dari 65 orang calon peserta dari berbagai universitas di Indonesia yang diseleksi oleh Dikti,  terdapat 17 orang yang lolos termasuk 4 orang dosen UPI yaitu Dr. H. Syahidin. MPd., Dr.H. Aam Abdussalam M.Pd., Dr. Ahmad Syamsu Rizal, M.Pd., dan  Dr. H. Abas Asyafah, M.Pd., yang diberangkatkan ke Mesir selama 1 bulan sejak tanggal 18 Agustus 2017 sampai dengan 19 September 2017.

Keempat dosen UPI tersebut belajar di Internasional  Institute of Islamic Thought Cairo, sebagai suatu lembaga internasional yang bekerjasama dengan Direktorat Karir dan Pengembangan Kompetensi SDM Dikti. Hasil yang diperoleh dari kegiatan tersebut selain membawa manfaat bagi pengembangan akademik juga dapat menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga perguruan tinggi dan lembaga-lembaga pendidikan guru di sana.

Menurut Syahidin sebagai salah satu peserta program tersebut menyampaikan ini adalah salah satu upaya yang dilakukan sebagai Prodi yang berpredikat Prodi terbaik yang merupakan amanah lembaga yang perlu dijaga dan dirawat oleh semua keluarga besar dosen, mahaiswa, tenaga kependidikan dan para alumninya, dengan cara meningkatkan kinerja yang lebih berkualitas dengan dilandasi sebuah pemikiran bahwa  berprestasi itu adalah ibadah dan amal shaleh.

Dalam sambutannya, Wakil Dekan Bidang Keuangan dan Sumber Daya FPIPS UPI Dr. Aceng Kosasih, M.Ag., menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu upaya dalam proses pengembangan pendidikan dalam menjawab tantangan globalisasi khususnya dalam penerapan nilai-nilai Pendidikan Islam. Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam FPIPS UPI, Dr. H. Aam Abdussalam, M.Pd., juga menyampaikan mukadimah riwayat pemateri yuang merupakan tokoh besar dalam dunia pendidikan islam di Mesir.

Makna Pendidikan

Pada sesi pertama, pemateri menyampaikan tentang makna Pendidikan, yang jika diambil pemaknaan dari Al-Quran dan Sunnah ini sepadan dengan kata-kata Tazkiyah yang artinya pembersihan jiwa. Dan Tazkiyah ini yang merupakan padanan kata Tarbiyah dalam Al Quran merupakan tugas utama para nabi.  Maka dari itu tujuan dari tazkiyah tersebut adalah bagaimana meluruskan perilaku serta mengisi akal, akhlak dan kejiwaan manusia untuk membentuk pribadi Islami yang paripurna.  Adapun istilah kedua dalam tema ini adalah Islam, yang merupakan referensi pendidikan yang sedang kita gunakan dimana yang kita kaji adalah Al-Quran dan Sunnah nabi yang Shahih.  Dan istilah yang ketiga dalam tema ini adalah globalisasi, yang merupakan suatu usaha “labeling” dalam mempersatukan sistem dalam satu sustem adikuasa yang jika tidak dimaknai secara bijak maka akan banyak memunculkan masalah baik oleh ummat muslim maupun non-muslim. Oleh karena itu yang kita hadapi adalah globalisasi bahasa, globalisasi ekonomi, globalisasi pemikiran dan hal-hal lainnya yang berdampak negatif.

Oleh karena itu, setiap bangsa justru harus dapat mempertahankan identitasnya masing-masing atas serangan yang dipimpin oleh Amerika yang mereka namakan dengan globalisasi. Dalam mempertahankan identitas itu, harus dilandasi dengan tiga unsur penting yang dijadikan pembeda antara kelompok yang satu dengan yang lainnya.

Pertama adalah Kebudayaan, dimana setiap bangsa memiliki identitas budayanya masing-masing dimana budaya ini memiliki dua unsur yaitu ilmu pengetahuan dan unsur materi dari budaya berupa tradisi dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua adalah bahasa, dimana bahasa dapat membawa dan menggambarkan sebuah perjuangan dari suatu kaum baik dalam bidang peradaban, pemikiran, dan ilmu pengetahuan. Dan yang terpenting bahwa bahasa itu bukan hanya sekedar kata-kata yang diucapkan berasal dari sebuah budaya karena bahasa membawa simbol-simbol perjuangan dari sebuah perjalanan panjang dari sebuah bangsa dan kejayaannya.

Ketiga adalah Agama, seperti di Indonesia yang memiliki masyarakat dengan berbagai agama yang merupakan dentitas bangsa namun tetap bekerjasama dan memiliki sikap saling menghormati.

Salah satu bukti serangan awal globalisasi adalah ketika menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional dalam berbagai bidang. Namun negara seperti Jepang telah cukup mempertahankan identitas bahasanya di hadapan serangan globalisasi bahasa, dimana Jepang tetap menggunakan bahasanya sebagai alat dalam penggunaan teknologi terbaru yang mereka kembangkan.

Bagaimana pengaruh globalisasi pada akhlak, etika dan perilaku ?

Hal terpenting yang menjadi tanda pendidikan Islam yaitu memiliki keistimewaan sumber Illahiyyah. Kepemilikan referensi inilah yang menjadikan sistem pendidikan Islam sangat mulia, luhur, dan stabil yang tidak akan berubah di hadapan teori apapun yang secara dinamis berubah dan berkembang sesuai dengan tuntutan kehidupan ummat manusia namun memiliki sistem yang stabil karena sumbernya bukan dari manusia. Sebagai contoh, bagaimana Al-Quran yang memiliki bahasa yang istimewa menjelaskan tentang sistem-sistem nilai yang luhur dan budi pekerti seperti kasih sayang, sikap amanah, etos kerja yang tinggi, dan lain sebagainya, yang semuanya disajikan secara universal dalam Al-Quran. Hal ini merupakan keistimewaan Al-Quran dimana dalam mencapai nilai-nilai tersebut dapat  menyesuaikan zaman, waktu, media, cara, dan upaya manusia. Subhanallah.

Oleh karena itu, upaya dalam memperoleh pembaharuan khususnya dalam bidang pendidikan keislaman itu merupakan ajaran Islamiyyah yang diperintahkan dalam Al-Quran, karena Al-Quran menjadi petunjuk bagi manusia dalam mencapai segala sesuatu yang lebih baik, lebih maju, dan lebih sempurna yang sesuai dengan tuntutan zaman.

Usaha dalam universalitas penerapan pendidikan Islam muncul dari Al-Quran sebagaimana Allah Swt telah menciptakan umat manusia dan tidak membiarkan umat manusia tanpa dididik dan tanpa diberikan petunjuk, maka tidak ada satu dimensipun dalam kehidupan manusia yang tidak mendapatkan petunjuk dari Allah Swt. Lebih dari itu, bahwa Al-Quran bukan merupakan mukzizat material, bukan seperti tongkat nabi musa, bukan pula seperti untanya nabi Sholeh, atu seperti api nabi Ibrahim, tetapi Al-Quran adalah mukzizat akal, mukzizat logika yang logis yang hanya bias ditangkap dengan akal manusia.

Hal lain yang menjadikan keistimewaan dalam pendidikan Islam adalah bahwa pendidikan Islam sangat memperhatikan ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu ayat dalam Al-Quran yang pertama kali diturunkan oleh Allah Swt kepada Rasulullah Saw adalah ayat tentang perintah untuk membaca, yang artinya umat ini diperintah untuk menguasai berbagai macam ilmu pengetahuan. Dan ilmu pengetahuan dalam Islam dijadikan media untuk mencapai keluhuran, kejayaan, kekuatan dan kekuasaan. Karena dalam Islam, beriman pun harus dapat disandarkan dengan ilmu pengetahuan, bukan pada taklim buta atau sekedar mengikuti ekor orang lain.  Fahlam Annahu Laa Ilaha Illallah, ketahuilah, pelajarilah bahwa tiada tuhan selain Allah.

Pada sesi terakhir beliau menyampaikan bahwa jika kita ingin memulai melakukan suatu perubahan dan perbaikan terhadap apapun, maka tidak ada pilihan untuk memulai perubahan tersebut kecuali dengan ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan merupakan produk sistem sebuah pendidikan. Maka dari itu jika di sebuah Negara, pendidikan mendapatkan perhatian yang sangat baik dan mengalami kemajuan,  maka ketahuilah bahwa bangsa tersebut akan mencapai kemajuan dan kebangkitan. Inilah salah satu usaha yang harus kita lakukan dalam menciptakan sebuah kekuatan dan daya tahan kepada setiap pribadi muslim.

Bagaimana memajukan dan me-modern-kan sistem pendidikan?

Ada tiga unsur yang akan saling menyempurnakan, pertama adalah unsur dukungan akademik, bahwa para ahli pendidikan berkumpul dan saling memberikan pemikiran untuk membentuk sebuah rencana pendidikan dan memberikan pandangan yang komperhensif dalam rangka melakukan perbaikan dan pembaharuan sistem pendidikan . kedua adalah dukungan ekonomi, bahwa proses pengumpulan para ahli pendidikan dan cendikiawan tidak dapat terrealisasi tanpa adanya dukungan materil dan anggaran yang bias diperoleh baik dari pemerintah ataupun perusahaan-perusahaan serta lembaga lain yang bersama-sama berinvestasi dalam bidang pendidikan. Ketiga adalah dukungan politik, hal ini sangat penting dimana para pemangku jabatan di pemerintahan seperti kementerian pendidikan dan sejenisnya memberikan dukungan politik terhadap semua rencana yang sudah disusun dengan sangat baik oleh para pakar pendidikan dan cendikiawan dengan dilindungi oleh Undang-Undang yang sangat praktis untuk menjalankan ide-ide tersebut. Semua hal ini dapat terwujud apabila ada keinginan untuk maju, keinginan untuk bangkit dan keinginan untuk menguasai ilmu pengetahuan. (Andri)