D’Lempis, Melempar Pisau untuk Olah Raga

Bandung, UPI1

Pisau merupakan alat yang multifungsi. Tergantung bagaimana seseorang menggunakannya dan untuk tujuan apa. Ketajaman mata pisaunya dapat dimanfaatkan juru masak untuk memotong dan mengolah bahan makanan. Di tangan penjahat, pisau bisa digunakan untuk tindak kriminal. Akan tetapi di tangan anggota komunitas D’Lempar Pisau Indonesia (D’Lempis), alat ini dapat dijadikan sarana untuk olah raga yang cukup menyenangkan dan tidak berbahaya. Misalnya seperti yang dapat terlihat pada stand komunitas tersebut di acara Pasar Seni Institut Teknologi Bandung (ITB) 2014, Minggu (23/11/14).

Bukan Art Fair namanya bila tidak menyuguhkan karya-karya seni yang unik dan menarik. Keragaman seninya lah yang menjadi daya tarik ribuan pengunjung yang memadati daerah sekitar Jalan Ganesha nomor 10, Bandung. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Pasar Seni ITB tahun ini menawarkan berbagai wahana yang langsung melibatkan partisipasi pengunjung. Kebanyakan wahana-wahana tersebut merupakan sumbangan dari seniman, delegasi universitas atau sekolah seni, serta komunitas-komunitas yang unik dan menarik. Dari kejauhan, stand yang dibuat oleh komunitas penggemar lempar pisau ini sudah terlihat mencolok dibandingkan stand kesenian lainnya. Sebidang lahan disulap menjadi miniatur kawasan Texas, Amerika.

Panitia stand terlihat mengenakan kaus hitam dengan slogan “Beware of Flying Metal.” Serta rompi khas suku Indian. Para pengunjung yang penasaran melihat aksi melempar pisau berkumpul membentuk setengah lingkaran mengelilingi arena target. Tidak sedikit yang mengantri untuk mengalami sendiri sensasi membidik target menggunakan pisau. Bahkan dipojok stand di sediakan photo booth bagi pengunjung yang ingin berfoto dengan bergaya ala suku asli Amerika tersebut. Suara desingan benda-benda metal yang melayang menuju target serta riuh penonton yang terkesima menjadi latar belakang sesi wawancara dengan chief Ellen Ramlan, Ketua sekaligus pendiri komunitas D’Lempar Pisau Indonesia siang itu. Dengan sikap yang ramah, Ramlan, demikian disapa menceritakan sedikit mengenai awal terbentuknya komunitas pelempar pisau tersebut.

Menurutnya keterlibatan D’Lempis di Pasar Seni ITB merupakan bentuk sosialisasi terhadap masyarakat tentang olahraga lempar pisau. “Kegiatan ini bukan sekedar fun atau main-main. Disini kami memakai regulasi yang jelas,  hitung-hitungan yang pasti dan terukur. Sehingga tidak akan membahayakan orang lain. Kami juga tidak menyebut alat ini pisau, tetapi metal.” Jelas Ramlan. Dirinya bercerita bahwa komunitas tersebut bermula dari hobi ia dan rekan-rekannya sesama mahasiswa seni rupa ITB dengan aktivitas yang memiliki tantangan. Sejak didirikan pada tahun 1988 sampai sekarang, jumlah member yang terdaftar dalam komunitas semakin bertambah. Tercatat anggota yang aktif berlatih sekitar 250 orang, belum termasuk anggota di jejaring sosial.

Sebenarnya olahraga ini telah populer di Amerika dan Eropa sejak akhir abad ke-19, namun di Indonesia sendiri baru dikenal. Berbeda dengan olahraga target lain seperti menembak dan panahan, lempar pisau cenderung memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Alasannya adalah karena jika pisau tidak dilempar menggunakan teknik yang benar, benda tersebut tidak akan menancap pada sasaran. Selain sebagai entertainment, ternyata lempar pisau dapat memberikan manfaat yang lain bagi penggemarnya. Menurut Ramlan, manfaat yang didapat meliputi tiga aspek, yaitu afektif, kognitif, dan psikomotor.

Afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk kerjasama dan kemampuan mengendalikan diri. Kognitif terkait dengan teori dan pengetahuan tentang bagaimana melempar pisau, dan dasar-dasar yang harus dikuasai oleh seorang pelempar. Sedangkan psikomotor melibatkan keterampilan (skill) dan kemampuan fisik. Seseorang yang fisiknya lemah tidak akan bisa melempar. Maka dari itu seseorang yang ingin bergabung menjadi anggota setidaknya minimal sudah berlatih melempar selama tiga bulan. Bukan sekedar kesenangan, ternyata melempar pisau memiliki manfaat secara psikologis dan kesehatan.

Menyadari besarnya minat masyarakat terhadap olahraga yang satu ini, maka setiap tahun diadakan kompetisi nasional melempar pisau. Peserta yang mengikutinya pun tersebar di seluruh Indonesia. Dari mulai Bandung, Jakarta, Bekasi, Banten, Lampung, Jepara, Solo, Malang, Jogja, hingga Malaka. Selain ingin lebih dikenal masyarakat, Ramlan mengatakan bahwa masih ada target dan harapan lain yang ingin mereka capai, salah satunya adalah membuat olahraga ini terdaftar sebagai cabang olahraga resmi di Indonesia. “Saat ini kami belum terdaftar di KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia), karena ada beberapa persyaratan yang masih belum dapat terpenuhi. Kita sih inginnya resmi ya, meski harus melewati tahapan-tahapan terlebih dahulu.” Tutup Ramlan seraya mengakhiri wawancara sambil tersenyum dan berjabat tangan. (Dea Bara Augia, Mahasiswa Ilmu Komunikasi FPIPS UPI)