EMAK MENGANGGAP, ANAK KOS SEBAGAI KELUARGANYA

Bandung, UPI

NET Ilustrasi
NET
Ilustrasi

Di sudut kelurahan di Kota Kembang, berdiri kokoh bangunan kecil yang menjadi sumber penghidupan keluarga Emak. Di antara impitan bangunan yang lain, bangunan ini masih dapat memberikan harapan untuk kehidupan Emak. Bertahun-tahun sudah usaha ini dijalani Emak dengan harapan akan ada usaha lain yang akan membantu keuangan keluarga. Hanya saja harapan itu hanya tinggal harapan, dan Emak tidak terlalu berharap lebih darinya. Baginya mensyukuri yang ada lebih baik daripada menunggu sesuatu yang belum pasti kedatangannya.

Jln. Geger Arum No. 60 Kota Bandung, di sanalah Karwati kini tinggal. Karwati tinggal bersama suami dan anak-anaknya di bangunan bagian bawah, sedangkan bagian atas digunakan sebagai kost-kostan untuk para mahasiswa yang mengontrak di kostannya. Karwati memiliki tiga orang anak, dua orang laki-laki dan satu orang perempuan. Anak perempuannya telah berkeluarga dan memiliki tiga orang anak. Bagi Karwati, melihat anak-anaknya berkumpul bersamanya, merupakan kebahagiaan yang mampu membalas semua kerja kerasnya. Kebahagiaan itu ia tampakan dengan kasih sayang yang diberikan kepada anak dan cucunya.

Emak, itulah sapaan akrab untuk Karwati seorang wanita paruh baya yang kini menginjak usia 80 tahun. Dengan usia yang telah menginjak masa tua ini, Emak masih gigih untuk menghidupi keluarga dengan kemampuan yang dimilikinya. Dalam usahanya, Emak pun tak sendiri untuk mengurus usaha kost-kostannya, Emak ditemani suami dan anak-anaknya dengan sekemampuan mereka. Hanya saja sauminya kini sudah mulai sakit-sakitan karena kondisi tubuh yang sudah mulai renta, sehingga Ia hanya dapat membantu sebisanya. Peran anak-anaknya yang sangat membantu Emak dalam mengurus usaha kost-kostannya. Dengan keberadaan mereka setidaknya dapat memberikan motivasi kepadanya untuk tetap berbuat sesuatu untuk keluarganya.

Kondisi Emak yang apa adanya, tak mengurangi kebersahajaannya kepada keluarganya, orang lain, tetangga di sekitaran rumahnya, terutama kepada para mahasiswa yang tinggal di kostannya. Kebaikannya yang tidak memandang kuantitas dan tanpa mengharap apa pun, membuatnya semakin bersyukur atas apa yang didapatnya sekarang ini. Berbuat kebaikan merupakan salah satu cara untuk bersyukur kepada Allah Swt. Bagi Emak, para mahasiswa yang tinggal di kostannya, sudah dia anggap seperti anaknya sendiri. “Kalian udah Emak anggap seperti anak Emak sendiri, semoga betah tinggal di kostan Emak dan dilancarkan urusan kuliahnya,” ujarnya ketika bercengkrama bersama para mahasiswa yang tinggal di kostannya di kawasan Geger Arum Kota Bandung, Rabu (13/11/13).

Emak Karwati memiliki empat kamar kost yang dilengkapi 2 kamar mandi dan tempat menjemur pakaian, yang kini ditempati para mahasiswa yang kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Keempat kamar kost yang dimilikinya, Emak menghargai Rp 3.000.000 untuk setiap kamar yang dikontrak dengan jangka waktu satu tahun. Dengan penghasilan tersebut, Emak membiayai kehidupan dirinya dan keluarga. Kendati demikian, bagi para mahasiswa terhadap harga yang ditawarkan cukup terjangkau, “Bagi kami harga tiga juta cukup terjangkau untuk satu tahun, belum lagi kebaikan yang selalu Emak berikan kepada kami,” ujar Ilham salah seorang mahasiswa yang tinggal di kamar kostan Emak.

Memang kebaikan Emak sangat dirasakan oleh orang-orang disekitarnya. Setiap nikmat rizki yang didapatnya, ia tidak pernah lupa untuk membaginya kepada orang lain. Tak heran jika mahaiswa yang ngontrak di kostannya tidak pernah berkekurangan. “Ngekost di sini itu ga akan berkekurangan,” ujar mereka. Dalam setiap minggunya, Emak hampir tidak pernah untuk tidak berbagi kepada orang lain. Mungkin ini salah satu alasan yang membuat mahasiswa betah tinggal di kostan Emak. Yudi misalnya, mahasiswa Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) UPI ini sudah hampir tiga tahun tinggal di kostan Emak. “Saya sudah hampir tiga tahun ngekost di sini, dan saya merasa betah.” ujarnya.

Kesan yang baik dating dari para mahasiswa yang tinggal di kostan Emak yang diperlakuan sangat baik. Dari kesan tersebut mereka merasakan nuansa kekeluargaan yang kuat di lingkungan kostan. Nuansa kekeluargaan yang biasa mereka dapatkan di rumah, kini mereka rasakan di tempat yang berbeda, namun sama kondisinya. Emak memang dinilai bersahaja, setiap orang yang berkunjung kepadanya dia perlakukan layaknya seperti keluarganya sendiri. Keluarga yang selalu memberinya semangat untuk selalu berbuat sesuatu dalam kehidupannya.

Kekeluargaan memang merupakan kondisi yang dapat menimbulkan perasaan yang baik kepada sesama. Dengan kekeluargaan seseorang yang bermusuhan dapat kembali berbaur ceria, dengan kekeluargaan setiap masalah dapat dengan cepat menemukan solusinya. Dan hal itulah yang dibangun Emak ketika menjalani kehidupannya. Setiap yang dilakukannya, Emak ingin selalu memberikan manfaat kepada yang lain.

Mungkin ini merupakan salah satu potret kehidupan, yang di zaman sekarang sudah jarang ditemukan. Keadaan yang berkecukupan terkadang dimanfaatkan orang untuk mendapatkan belas kasihan orang lain terhadapnya. Keadaan dimana tidak ada kesadaran dalam diri mereka untuk bisa berbagi dengan apa yang dimilikinya. Banyak pelajaran yang bisa dijadikan teladan dalam mengarungi kehidupan yang panjang ini. Allah Maha adil, orang-orang yang menolong saudara dan hambanya, maka Allah akan menolong dirinya melebihi apa yang diberikannya saat menolong saudaranya. (Adi Moch Priyanto, Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, FPIPS)