Kebanyakan Mahasiswa tak Setuju Nikah Beda Agama

1

Bandung, UPI

Pernikahan beda agama tengah menjadi perbincangan menarik dalam diskusi panjang yang melibatkan banyak pihak. Dari pejabat pemerintah, pakar dan pengamat sampai kepada masyarakat dan mahasiswa membicarakan isu yang sangat sensitif ini. Pernikahan beda agama memunculkan pro-kontra dalam masyarakat.

Dari hasil survei yang penulis lakukan terhadap 100 responden yang berprofesi sebagai mahasiswa di Jurusan PKN dan Sosiologi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), mayoritas menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pelegalan pernikahan beda agama di Indonesia. Sebanyak 56% responden menyatakan sangat tidak setuju, 29% tidak setuju, 12% netral dan hanya 3% yang menyatakan setuju terhadap pelegalan pernikahan beda agama.

Dari total 100 responden, dengan jumlah wanita 69 dan laki-laki 31, survei menunjukkan bahwa mayoritas responden baik laki-laki maupun perempuan menyatakan sangat tidak setuju dengan pelegalan pernikahan beda agama.2

Jumlah jawaban sangat tidak setuju lebih didominasi oleh kaum laki-laki dengan persentase 61,2% menjawab sangat tidak setuju dan 25,8% menjawab tidak setuju. Sedangkan kaum wanita dengan persentase 53, 6% menjawab sangat tidak setuju dan 30, 4% tidak setuju terhadap isu pelegalan pernikahan beda agama.

Dapat disimpulkan bahwa rata-rata responden masih cenderung  beraranggapan bahwa pernikahan beda agama adalah sesuatu yang tidak lazim dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara. Mengingat bahwa Indonesia berlandaskan Pancasila dengan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama, maka segala sesuatu kehidupan berlandaskan dan bersumber pada asas Ketuhanan. Selain itu, Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk Muslim dengan budaya Timur maka akan sangat kecil sekali kemungkinan masyarakat mau menerima terlebih lagi melegalkan pernikahan beda agama. (Rini Andriani Rohmah, Mahasiswa Ilmu Komunikasi FPIPS UPI)