Menanam Kayu Secepat Menanam Padi di Era Baru Bioteknologi

Bandung, UPI1

Sebagai negara tropis yang terletak di wilayah khatulistiwa, kerimbunan hutan hujan tropis di Indonesia menjadi salah satu paru-paru dunia. Pohon merupakan komponen utama di dalam biosfer dan kayunya memiliki peran utama sebagai ecomaterial yang dapat diperbaharui dan berkelanjutan. Salah satu senyawa kompleks yang membentuk kayu ialah lignin. Oleh karena itu, dalam perkembangan sains muncul istilah ligno-chemical industry yang diharapkan nanti akan menggantikan peranan dari petro-chemical industry. Sehingga, di masa depan kayu berpotensi untuk menggantikan sumber daya energi fosil yang semakin mahal dan menipis.

Peranan utama kayu tidak hanya berperan sebagai sumber energi saja akan tetapi juga berperan sebagai komoditi untuk bangunan dan furniture. Selain itu, kayu juga berperan sebagai salah satu wadah yang menampung kelebihan karbondioksida di atmosfir bumi, sehingga berkontribusi terhadap penurunan global warming. Sejumlah besar kayu ditebang oleh untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar, serat (untuk pulp, produksi kertas dan papan).

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan terhadap kayu, maka salah satu solusi dari aplikasi bioteknologi kehutanan yang sedang dikembangkan menurut riset ilmiah yang dilakukan Wang Minjie dalam Journal BMC Genomic  ialah bagaimana menanam kayu dengan waktu panen yang  sama seperti saat kita menanam jagung dan gandum, terutama bagi masyarakat Indonesia ialah padi. Dengan demikian, kita tidak perlu menunggu berpuluh-puluh tahun untuk dapat “memanen” kayu. Hanya perlu beberapa bulan sama halnya ketika menanam padi.2

Penelitian terbaru telah mengungkapkan bahwa pembentukan kayu dikontrol secara genetik. Sehingga, perlu dilakukan rekayasa secara genetika agar dapat menanam kayu secepat menanam padi.  Lalu, bagaimana kita dapat mengetahui pembentukkan kayu yang dikontrol secara genetik?

Kemajuan ilmu dan teknologi di bidang bioteknologi kehutanan telah membuka khazanah baru dalam mengungkap gen-gen yang berperan dalam proses pembentukkan kayu. Sumber-sumber gen terbaik dari berbagai spesies pohon dapat dilacak dengan menggunakan suatu teknologi terbaru, yaitu Microarray atau chip DNA.

Microarray merupakan teknologi yang digunakan untuk melihat urutan sekuens asam nukleat yang berada pada lokasi tertentu. Microarray dapat berupa chip yang berukuran kecil yang  terbuat dari lempengan kaca yang berisi ribuan bahkan puluhan ribu macam gen dalam bentuk fragmen DNA yang berasal dari penggandaan cDNA (DNA complementer). Microarray ini ibarat penyimpan data seperti flash disk yang berisi banyak gen. Apabila gen-gen yang berperan dalam pembentukkan kayu disimpan dalam Microarray atau chip DNA maka akan mudah diketahui gen mana yang dapat direkayasa sehingga menanam kayu bisa secepat menanam padi.

Era pembacaan seluruh rantai DNA (genom) telah menjadi hal “biasa” di negara maju sana. Genom dari ratusan spesies mikroba, hewan dan manusia telah selesai dibaca. Era pembacaan genom ini tampaknya menjadi hal yang membosankan bagi para peneliti disana sehingga mereka ingin membaca seluruh DNA dari suatu ekosistem lengkap (metagenom).3

Sekarang, peneliti tidak hanya membaca gen-gen akan tetapi juga menyimpannya. Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Zhang dan kawan-kawan yang terbit pada tahun 2012, melaporkan bahwa   penandaan gen yang mungkin berperan dalam perbaikan karakteristik serat kayu di pohon Populus tomentosa sudah dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 207 gen yang berperan dalam pembentukkan kayu. Ratusan gen tersebut sudah diidentifikasi fungsinya dan dikelompokkan menjadi sembilan kelompok. Hasil pengelompokkan ini diharapkan dapat menjadi titik acuan untuk penelitian selanjutnya, terutama penelitian yang berkaitan dengan rekayasa genetik untuk mempercepat pertumbuhan kayu. Melalui pro dan kontra yang berkembang di masyarakat kita, mungkinkah teknologi ini dapat diterapkan di Indonesia? (Emelyana, Hana. A, Kartika, Sahila.S, Mahasiswa Pendidikan Biologi UPI 2011)