Sekantong Kerupuk Sampai Akhir Hayatku

Bandung, UPI1

Dengan langkah perlahan di tengah kerumunan mahasiswa yang sedang berlalu-lalang seorang, seorang nenek seraya berkata, “Neng………kasep……….baradee….. kerupuk…….cemilannya….” ujarnya sambil membawa sekantong plastik penuh dengan kerupuk. Suara lembut dan raut muka yang berseri-seri menyentuh hati setiap orang yang berlalu-lalang di sana.

Nenek renta ini bernama Ratu Selvi Langen Asih, ia adalah seorang istri sekaligus ibu dari seorang anak perempuan yang kini sedang bekerja di Jakarta. Penghasilannya cukup untuk membiayai kebutuhan hidup sendiri, sedangkan suaminya yang dahulu bekerja sebagai kuli bangunan kini sudah tidak bisa bekerja lagi akibat penyakit rematik dan asam urat yang sudah kronis. Dalam urusan keuangan dan kebutuhan sehari-hari, hanya mengandalkan istrinya sebagai tulang punggung keluarga.

Walaupun umurnya yang sudah setengah abad tidak menghalangi semangat mencari rezeki demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Tidak ada keinginan sedikit pun untuk meminta dan membebankan anaknya yang baru bekerja. Maka berjualan kerupuk keliling UPI adalah satu-satunya hal yang bisa ia lakukan layaknya seorang nenek renta dengan sebatas pendidikan SMA.

Ratu tidak pernah bosan menjalani rutinitas barunya sebagai penjual kerupuk keliling. Mulai dari urusan rumah tangga, sampai urusan keuangan yang seharusnya dibebankan pada kepala rumah tangga. Terkadang ketika tidak ingin berjualan, dia dan suaminya menyempatkan diri menengok anaknya di Jakarta dua bulan sekali. Begitulah rutinitas yang dia jalani sehari-hari.

Bagi dia, tidaklah gampang dengan tubuh yang sudah seharusnya banyak beristirahat harus menjalani aktivitas yang demikian berat. Namun dia hanya dapat bersabar menjalaninya. “Yaah paling nenek cuma bisa sabar ajah dan berdoa minta berkah dari Allah,” ujarnya sembari tersenyum.

Sampai saat ini, memang tidak ada kendala yang berarti dalam masalah ekonomi. Semua dijalani sebagaimana mestinya walaupun pada awalnya terasa berat. Mengakhiri cerita, dia sebagai seorang Muslim mempunyai satu keinginan yaitu pergi ke Mekah untuk pergi haji mengunjungi rumah Allah SWT dan Nabi besar Muhammad saw. Walaupun dia sempat ragu dengan keinginan tersebut karena keterbatasan keuangan, setidaknya dia berharap dapat bertemu dengan Allah dan Nabi Muhammad di Surga Firdaus kelak. (Zeinrauf Hakim Husyeimi)