Tower BTS di Wilayah Bandung Menjamur

Bandung, UPI1

Tiang-tiang menjulang tinggi kini sering kita jumpai di wilayah Bandung. Ya, itulah tower BTS (Base Tranceiver Station) atau kita sering menyebutnya dengan tower pemancar provider. Hingga semester kedua tahun 2014 ini setidaknya ada 900 tower tersebar di wilayah Bandung.

Hal ini disebabkan kebutuhan teknologi informasi. Tower BTS ini berfungsi sebagai pemancar sinyal sebagaimana halnya pemancar TV dan radio. Semakin banyak masyarakat yang memiliki gadget sebagai sarana berkomunikasi, maka akan semakin banyak pula tower ini. Fungsinya, agar pengguna ponsel tidak mengalami hambatan dengan sinyal yang ada.

Kebanyakan para pemilik perusahaan provider menyewa lahan untuk mendirikan tower BTS ini. Mulai dari lahan dari sebidang tanah sampai bagian rooftop bangunan. Tidak semua tanah ataupun rooftop dapat dijadikan sebagai tempat berdirinya tower, jangkauan penangkapan sinyal yang strategis, kontur tanah yang bagus atau bangunan yang kokoh adalah syarat utama untuk dapat mendirikan sebuah tower.

Karena di Bandung sudah sangat jarang melihat sebidang tanah, maka kini yang banyak digunakan sebagai lahan untuk mendirikan tower adalah rooftop bangunan. Bentuk tower pun disesuaikan dengan bangunan yang menyerupai tiang membentang ke langit dengan panjang antara 15-50 meter dari permukaan tanah. Bentuk tiang dipilih untuk lebih efisien dan hemat ruang. Satu tiang terdapat beberapa bagian silinder besi yang panjangnya masing-masing 3 meter untuk disatukan menjadi tower tiang yang utuh. Dari satu tower tersebut maksimal dapat menampung 3 operator provider.

Untuk harga sewanya tergantung kepada letak lokasi berada. Dan biasanya, untuk satu lokasi penyewaan tower itu akan dikontrak selama 10-11 tahun kedepan. Dengan range biaya sewa antara Rp 10-75 juta per tahunnya. Daerah perkotaan tentu relatif lebih tinggi dibandingkan dengan daerah perdesaan.

Beda lokasi beda pula sambutan masyarakat terhadap tower ini. Ada yang pro ada juga yang kontra. Alasan warga yang menolak adanya tower ini kebanyakan mengkhawatirkan dengan radiasi yang ditimbulkan dari tower BTS yang besar. Padahal jika dibandingkan dengan radiasi televisi yang ada di rumah masing-masing, radiasi yang ditimbulkan oleh tower BTS jauh lebih kecil. Selain itu yang menjadi alasan warga menolak tower ini adalah suara bising yang dihasilkan dari mesin sebesar lemari yang mengganggu aktivitas warga khususnya di malam hari ketika waktunya akan beristirahat. (Ghifari Syarief Dalila, Mahasiswa Ilmu Komunikasi FPIPS UPI)