Siti Munirah: Kunci Sukses Selalu Unik

1JALAN menuju sukses selalu unik, antara satu orang dengan lainnya selalu berbada. Maka, kalau ingin sukses, setiap mahasiswa harus menemukan caranya sendiri dalam menggapai cita dan keinginan. Puluhan kiat sukses yang diberikan orang belum tentu menjadi kiat sukses mahasiswa lainnya.

“Yang pasti, lakukanlah yang terbaik. Jika nanti hasilnya tidak sesuai dengan yang kita harapkan, semoga keberkahan ilmu tetap kita didapatkan,” kata Siti Munirah, lulusan terbaik dari Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung 2010 yang akan diwisuda Rektor UPI Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata, M.Pd., Rabu, 15 April 2015, di Gedung Gymnasium UPI, Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung.

UPI menurut rencana menggelar sidang terbuka Wisuda Gelombang I Tahun 2015, Rabu, 15 April 2015. Sebanyak 2.131 orang mahasiswa lulusan jenjang diploma (D3), sarjana (S1), pascasarjana (S2 dan S3), PPG SM3T, dan PPK akan mengikuti upacara wisuda. Wisuda gelombang I tahun 2015 terdiri atas 14 orang lulusan jenjang Diploma (D3), 1.645 orang jenjang Sarjana (S1), 258 orang jenjang Magister (S2), dan 72 jenjang Doktor (S3).

2013-08-26 15.41

Menurut Siti Munirah, empat tahun yang dilalui rasanya terlalu cepat, sejak namanya tercatat sebagai mahasiswa Pendidikan Matematika UPI. Ia merasakan kuliah seperti baru kemarin mengikuti masa orientasi kampus, duduk manis mendengarkan seluk-beluk dunia perkuliahan yang disampaikan pemateri. Mulai dari serunya berorganisasi hingga prestasi akademik.

“Kala itu, kiat-kiat mendapatkan IPK yang tinggi, santer terdengar pada beberapa pemaparan materi orientasi. Terlepas menjadi tujuan utama atau tidak, mendapatkan IPK tinggi tentu menjadi keinginan terbesar setiap mahasiswa, tidak terkecuali saya. Bermula dari kiat-kiat mereka itulah, saya mencoba mengaplikasikannya,” kata gadis kelahiran Bandung, 28 Oktober 1992 ini.

Pada awal semester satu, Munirah dan teman-temannya mulai mencari informasi tentang buku kuliah yang dipakai di semester itu. Ia juga meminjam beberapa buku catatan kakak tingkat serta kumpulan soal terkait mata kuliah yang dikontrak. Selain itu, ia juga banyak bertanya tentang karakteristik beberapa dosen, seperti gaya mengajarnya atau sistem penilaian yang dipakai, agar ia dapat lebih mempersiapkan diri.

“Mendapatkan hasil belajar yang optimal juga dipengaruhi oleh suasana hati dan pikiran kita saat belajar. Seringkali kita merasa sulit menerima materi ketika pikiran kita sedang ‘tidak di dalam kelas’. Tak jarang juga kita menjadi kurang berkonsentrasi ketika kita merasa tegang atau takut ketika dihadapkan dengan dosen yang pembawaannya galak,” ujar anak keenam dari tujuh bersaudara ini.

Untuk mengantisipasi berbagai hal tersebut, katanya, Munirah selalu memilih tempat duduk yang menurutnya nyaman. Biasanya ia duduk di barisan kedua dari depan dan di samping teman terdekatnya. Berada di antara orang yang memiliki hubungan baik, akan membuat seseorang merasa aman dan nyaman, sehingga dapat mengikuti perkuliahan dengan baik.

Pada saat perkuliahan berlangsung, kata Munirah selanjutnya, ia biasa mencatat apa saja yang dikatakan dosen di secarik kertas bekas yang sudah disiapkan sebelumnya. Ia tidak hanya mencatat apa yang ditulis dosen di papan tulis, tapi juga yang dikatakan. Hal itu semata-mata dilakukan karena Munirah menyadari bahwa orang mudah sekali lupa.

“Sesampainya di rumah, biasanya saya mencatat ulang apa yang saya tulis saat di kelas. Catatan baru inilah yang saya tulis dengan rapi, menggunakan pulpen berwarna agar menarik ketika dibaca. Saat mencatat ulang, saya juga membandingkan catatan saya di kelas dengan buku referensi dan catatan kakak tingkat yang saya pinjam. Dengan begitu, jika ada kekeliruan bisa langsung ketahuan dan diperbaiki,” ujar Munirah.

Diungkapkan, masa-masa yang membuat dirinya rindu teman-teman di kelas selama kuliah adalah masa-masa menjelang ujian, baik UTS maupun UAS. Biasanya, mereka berburu soal ujian tahun sebelumnya lalu bersama-sama mengerjakannya. Munirah mengaku sangat beruntung memiliki beberapa teman yang aktif berorganisasi dan mengenal banyak kakak tingkat, karena merekalah yang biasanya menjadi penyuplai soal.

“Sebelum berlatih soal dengan teman-teman, biasanya saya merangkum terlebih dulu materi setiap mata kuliah yang akan diujikan. Saya menyadari persis bahwa Matematika adalah ilmu yang saling berkaitan. Jika belum paham materi pada awal bab, maka akan sulit memahami materi pada sub bab selanjutnya,” kata Munirah.

Untuk itu, dia selalu merangkum poin-poin penting pada setiap sub bab. Sebab, rangkuman itu sangatlah membantu dalam memahami materi secara menyeluruh. Pada semester selanjutnya dia melakukan hal yang sama. Catatan semester sebelumnya dipisahkan dari catatan semester baru dengan binder yang berbeda.

“Itulah yang saya lakukan selama kuliah hingga empat tahun pun berlalu. Tak terasa saya resmi menyandang gelar sarjana pendidikan. Tidak ada yang luar biasa kecuali dukungan dan doa orang tua yang senantiasa mengiringi perjalanan saya hingga lulus S1. Juga teman-teman yang menemani di saat suka maupun duka. Tiada yang dapat saya berikan kecuali berjuta rasa terima kasih untuk mereka,” ujarnya. (Wakhudin)