Pada Saatnya, Engkau Akan Jatuh Cinta Kepada Robot

Ahmad-1Oleh AHMAD DAHIDI

(Dosen Bahasa Jepang pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastera UPI)

PERUBAHAN yang terjadi dari negara yang disebut negara terbelakang, lalu dengan peradabannya bergeser menjadi negara berkembang, dan pada suatu saat menjadi negara maju adalah pasti terjadi perubahan dan pergesesan nilai kehidupan. Nilai yang satu sering bergesekan degan nilai yang lain, atau nilai yang satu bertolak belakang dengan nilai yang lainnya. Tidak jarang terjadi nilai yang berkembang itu bertentangan dengan kodrat manusia itu sendiri. Dengan kata lain, nilai yang dianggap baik pada zaman nenek moyang kita, bergeser bahkan hilang dan diganti dengan peradaban baru yang terkadang tidak bisa diterima oleh akal sehat. Salah satu fenomena yang terus dikembangkan oleh para ilmuwan adalah robotnisasi dalam berbagai aspek kehidupan manusia.

Di awal tahun 90-an, saya diberik kesempatan oleh pemerintah Jepang (Monbusho) untuk menimba ilmu di salah satu perguruan tinggi ternama di Jepang. Saya waktu itu berkenalan dengan orang Jepang yang bergerak di bidang bisnis tekstil. Saya diajak ke rumahnya dan makan malam bersama. Ketika diajak ke perusahaan di mana ia bekerja, saya hanya menemukan tiga orang karyawan, padahal pabrik yang dia kelola cukup besar dan luas. Di sana saya melihat mesin jahit sangat banyak.

“Sebelum kita makan, sebenarnya ada pesanan dari Korea dan harus selesai dalam seminggu ini,” demikian ia sampaikan kepada saya. Lalu ia memasuki sebuah ruangan yang waktu itu, terus terang saya tidak begitu mengetahui bahwa itu ruangan kontrol untuk menggerakkan atau pengoperasikan pabriknya. Saya perhatikan. Dengan cekatan dia memijat-mijat alat, yang pada akhirnya saya mengetahui bahwa itu komputer. Tak lama kemudian, mesin (termasuk alat jahit) yang ada di dalam ruangan bergerak dengan sendirinya. Demikian pula, kain yang ada di situ mengikuti irama mesin yang ada. Sejenak saya tertegun, dan merasa berada di “dunia lain”.

NET
NET

Pengalaman yang hampir sama saya alami juga ketika berkunjung ke pabrik Mazda di Hiroshima tahun 1983. Sebagian proses pembuatan mobil, terutama pengerjaan yang dianggap berbahaya bagi keselamatan manusia dikerjakan oleh robot yang sangat terampil.

Pengalaman lainnya yang membuat saya tertegun, yaitu ketika saya mengikuti study tour ke pabrik elektonik Matsushita tahun 1983. Saya dan rombongan dibawa ke sebuah ruangan (mungkin laboratorium penelitian). Di situ ada bangunan kira-kira berukuran 5×7 m. Untuk membuka dan menutup pintu dan jendela bisa diatur atas perintah lisan manusia. Lampu menyala berdasarkan keredupan cuaca. Kalau gelap, otomatis nyala, tapi kalau cuaca terang, maka lampu pun mati dengan sendirinya.

Di dapur ada sebuah robot yang mampu melayani untuk membuatkan kopi dengan perintah si empunya rumah. “Hadirin, yang terhormat! Design rumah yang kita kunjungi tadi merupakan objek penelitian kami untuk menciptakan rumah idaman masa depan yang konsepnya kehidupan manusia itu dilayani komputer dan peranan robot yang dominan”, demikian salah seorang peneliti menjelaskan kepada kami. Semua sangat menarik bagi saya. Bangunan itu merupakan perpaduan interdisilpin ilmu fisika, linguistik, dan arsitektur.

Fenomena seperti yang saya ceriterakan di atas, untuk saat ini di awal abad 21 bukan merupakan hal yang aneh karena setiap saat (kalau mau) bisa kita saksikan di dunia maya via internet dll., atau apabila kita berkunjung ke pabrik mobil atau sepeda motor yang ada di negeri kita. Kenyataan ini, sangat dimungkinkan berkembang terus dan sangat dimungkinkan semua pekerjaan yang selama ini dikerjakan oleh manusia bisa digantikan oleh robot.

Intinya sendi kehidupan manusia yang selama ini dikerjakan oleh manusia, suatu saat akan digantikan oleh robot yang cerdas. Bahkan, penulis buku terkemuka tentang robot, David Levy, pernah menulis bahwa suatu saat nanti jatuh cinta kepada robot akan sama rasanya dengan mencintai manusia. Saat itu pun tak lama, sepuluh tahun lagi atau pada 2024. Pada artikel tersebut dijelaskan pula bahwa saat ini ilmuwan Jepang yang tergabung dalam kelompok A-Lab berjanji menyediakan robot yang membuat pemiliknya pasti jatuh cinta dalam waktu paling lama sepuluh tahun mendatang.

CEO A-Lab Profesor Takeshi Mita menyebutkan, saat ini timnya sedang mengembangkan robot geminoid (robot perempuan) Asuna, sebuah robot yang diklaim hampir tidak bisa dibedakan dengan manusia. ”Dalam sepuluh tahun mendatang, kami jamin setiap pemilik akan jatuh cinta dengan Asuna,” ungkapnya dalam ajang Tokyo Designers’ Week (lihat http://www.jpnn.com).

Apakah prediksi ini benar? Zaman di mana peranan robot demikian besar, apakah masih bermanfaat manusia dalam memutarkan roda kehidupan ini? Teknologi robotnisasi tidak hanya dalam bidang teknik atau bisnis seperti pembuatan mobil atau motor, namun akan sangat berperan dalam berbagai bidang keilmuan seperti pertanian, perikanan, sipil, perhubungan, dan bidang lainnya seperti kedokteran, pendidikan, dan lain sebagainya.

Bahkan menurut sebuah artikel yang membahas ihwal perobotan ini, Jepang sudah berhasil menciptakan model robot yang hampir mirip dengan manusia. Bukan saja tampilan fisik, namun sudah berhasil juga didesign dengan berbagai perasaan. Robot jenis ini bisa mengekpresikan rasa sedih, gembira, takut, dan perasaan lainnya yang selama ini hanya dipunyai oleh manusia. Bahkan akurasi, kepintaran, dan aspek lainnya yang melebihi kemampuan manusia, dipunyai oleh sebuah robot.

Pada abad 21 ini, dalam buku The Police Interpreter (karya Shimizu Makoto) diilustrasikan dialog fiksi antara ilmuwan yang satu dengan ilmuwan yang lain seputar mungkin tercipta sebuah robot yang berperan sebagai interpreter bahasa Jepang. Dialog yang dimaksud sebagai berikut:

Ilmuwan 1 : Sekarang kehidupan umat manusia sudah tidak jelas batasnya. Semua pekerjaan yang selama ini dilakukan manusia bisa digantikan dengan robot. Di masa yang akan datang, besar kemungkinan sudah tidak perlu lagi manusia. Robot di masa yang akan datang akan lahir dari sebuah ketidakmungkinan menjadi serba mungkin. Demikian, dengan terciptanya robot yang berperasaan seperti manusia akan berperan dalam bidang kedokteran, pendidikan dan sejenisnya. Mungkin tidak lama lagi akan tercipta manusia robot seperti dokter Robot, guru robot, perawat robot, dll. Demikian layanan untk pentitipan anak pun akan dilayani oleh perawat robot. Mobil pun akan berseliweran di jalan tanpa sopir. Semuanya digerakan dan dikontrol oleh robot. Kapal terbang tanpa awak pun banyak digunaan untuk penelitian, pertempuran di medan perang. Suatu saat akan tercipta robot yang menggantikan tugas hakim, kepolisian, dan tidak menutup kemungkinan menggantikan peranan seorang interpreter. Misalnya dalam kepolisian, mungkin ada polisi robot yang bertugas menyelidiki kasus kejahatan, menginterogasi tersangka, hingga si tersangka diputuskan pengadilan. Jadi, orang jahat, sudah tidak bisa lagi melarikan diri dari tuduhannya. Intinya robot itu mengisi sendi kehidupan manusia dari yang paling rumit hingga yang paling mudah. Bahkan robot bisa “berbicara” seperti halnya manusia.

Ilmuwan 2: Kalau demikian, sangat bahaya dunia ini!

Ilmuwan 1: Kenapa?

Ilmuwan 2: Menurut saya, bagaimana pun pintarnya robot, ada hal hal yang tidak bisa digantikan oleh robot untuk kelangsungan hidup umat manusia.

Ilmuwan1: Kira-kira apa?

Ilmuwan 2: Dalam bahasa Jepang ada peribahasa “ishi no ue ni mo sannen”, padanan bahasa Inggris kira-kira demikian “You must stay on stone for three years”. Demikian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Itu sama artinya dengan peribahasa Indonesia yang menyatakan “Jika pandai meniti buih, selamat badan sampai ke seberang”.

Ilmuwan 1: Sebentar. Oh, ya! Itu kan aneh. Bagaimana kalau si tersangka ngomong pakai dialek Osaka?

Ilmuwan2: Seperti apa”

Ilmuwan1 : Urusai, hayo iwan kai! “shaa nai den na”. Lalu robot menerjemahkannya menjadi “Shall I take a nap?”

Ilmuwan 2: Apakah si robot itu tidak di install dialek Kansai?

Ilmuwan 1: Sangat tidak mungkin. Sebuah robot bisa diistall oleh semua dialek yang ada di dunia ini, termasuk dialek Kansai”.

Demikian cuplikan sebagai dialog antara ilmuwan yang satu dengan ilmuwan yang lainnya yang saya adaptasi dari buku The Police Interpreter di atas.

Dari uraian perkembangan teknologi robot dan dialog fiksi di atas, saya yakin betapa pun majunya teknologi robot, sangat mustahil bisa menggantikan peranan dan kemampuan manusia sama seperti halnya manusia itu sendiri (dalam hal ini penerjemah/interpreter).

Bandung (Pondok Hijau), 6 April 2015