Pasar Budaya UPI 2015 Mempelajari Budaya Pantura Hingga Borneo

1Bandung, UPI

Pasar Budaya Universitas Pendidikan Indonesia merupakan kegiatan yang digelar untuk mengangkat kembali budaya Indonesia yang hilang. Pasar Budaya UPI digelar selama tiga hari, yaitu dari tanggal 11 Mei sampai dengan 13 Mei 2015. Kegiatan ini diselenggarakan oleh tiga Jurusan yaitu, Sosiologi, Manajemen Resort and Leisure dan Seni Rupa. Pasar Budaya UPI memiliki Sembilan nilai gotong royong, yaitu perdamaian, suka cita, disiplin, kerendahan hati, kasih sayang, kearifan, kepedulian, kesabaran, dan kesetiaan.

Terdapat 30 stand berisi budaya yang tersebar dari seluruh Indonesia, dan aktor budayawannya sendiri langsung didatangkan dari daerah budaya tersebut. Kebudayaan yang ditampilkan di pasar budaya UPI yaitu terdiri atas Tari Topeng Kelana Indramayu, rendang, congklak, janur, jamu, bajigur, becak, dan lainnya.

Tari Topeng Kelana Indramayu merupakan salah satu dari banyak kebudayaan di Indramayu yang hampir punah, karena kurangnya minat masyarakat untuk melestarikannya.Tari Topeng lebih dikenal oleh masyarakat berasal dari Cirebon, padahal tokoh Tari Topeng ini berasal dari Indramayu yaitu oleh Mimi Rasinah. Sang maestro Tari Topeng ini sudah mulai menarikan Tari Topeng Kelana dari tahun 1940-an. Di Pasar Budaya UPI ini, aktor budayawan yang menarikan Tari Topeng Kelana berasal dari Indramayu, meski disayangkan bukan cucu Mimi Rasinah yang datang, karena setelah Mimi Rasinah wafat sanggar Tari Topeng Indramayu diwariskan dan diteruskan oleh cucu Mimi Rasinah Aerli Rasinah.2

Tari Topeng kelana sendiri merupakan salah satu dari sekian jenis tari topeng. Tari Topeng Kelana menceritakan tentang tokoh zaman dahulu yaitu Minak Djinggo yang jatuh cinta kepada Ratu Kencana Wungu namun ditolak, sehingga timbulah kemarahan dan diceritakan dalam tari topeng kelana ini. Meskipun jika dilihat tarian ini mudah, tapi setelah dicoba untuk menarikannya sangat susah. Perlu kedisiplinan, ketepatan waktu dan kesabaran untuk menarikan tari topeng ini.

Kalimantan Barat yang terdiri atas tiga kebudayaan, yaitu Melayu, Dayak, dan Tionghoa. Di stand Kalimantan Barat ini diajarkan untuk membuat anyaman oleh sang aktor. Bahan anyamannya sendiri terbuat dari daun pandan yang sudah dikeringkan. Dimulai dari cara duduk yang benar sebagai bagian dari persiapan menganyam, dan dilanjut dengan proses penganyaman yang ternyata sangat rumit bagi orang awam. Di stand Kalimantan Barat ini dikenalkan festival, tempat, dan bahkan suku asli Dayak Kalimantan yang hampir punah. Terdapat juga alat musik, topi khas Kalimantan Barat, dan senjata tradisional yang bahkan langsung dipraktikan tata cara penggunaannya. (Nevita Amelia Rahayu/ Pendidikan Teknik Arsitektur)