Kegiatan Peserta JBIP 2015: Dari Belanja Hingga Mengajar di TK

AhmadLapran AHMAD DAHIDI dari Osaka Jepang

“KAMI sering disuruh belanja barang, makanan atau yang lainnya oleh shacho (sebutan untuk pimpinan puncak sebuah perusahaan) dengan kriteria tertentu. Lalu kami diminta membandingkannya dengan barang yang ada di Indonesia termasuk harganya,” itulah penjelasan singkat dari salah seorang peserta JBIP 2015 yang berasal dari Unikom, Niki Dwiyanti (22) dan Siti Fatimah (21) dari Univ. Widyatama. Selain itu, mereka diajak pula ke daerah Hyogo, tepatnya Kobe untuk mengunjungi SMA. Lain lagi dengan Rahmat Ari Handoko (22) dari UNJ, di tempat trainingnya, dia membantu membuat program promosi untuk merekrut peminat orang asing (dalam hal ini orang Indonesia) yang ingin studi lanjut ke Jepang. Salah satunya adalah membuat pelajaran bahasa Jepang untuk diupload di youtube.

1Berbeda dengan Ari dan Niki, mahasiswa yang training di kantor pengacara Kimura, yaitu Annisa Fadhila Ziadatu Rahmah (21) dari UPI lebih banyak berdiam diri di kantor dan membantu para pegawai di sana mengindentifikasi berbagai kasus perdata seperti masalah utang piutang di antara orang Jepang. Kantor pengacara Kimura adalah kumpulan sekelompok pengacara andal di Jepang yang konon banyak sekali diminta jasanya untuk menangani berbagai kasus perdata tersebut.

Sementara Dwi Prihati Moehardini (21) dan Danial Yuanda Saputro (21), keduanya dari UPI ditempatkan di Cow Brand Soap Kyoshinsha Co., Ltd di berbagai divisi dengan jenis pekerjaan yang berbeda-beda. Jadi, mereka banyak dilibatkaan di berbagai divisi dengan produk yang beragam. Mereka berdua ini materi training setiap harinya tidak sama. Bahkan banyak dilibatkan praktik langsung di lapangan seperti belajar pengepakan produksi tertentu ke dalam dus (dalam hal ini trainer diminta mengisikan produk sabun ke dalam dus), setelah itu dus bergerak sendiri mengalir ke bagian berikutnya.2

Dalam hal ini, yang penulis lihat pekerjaan itu sendiri tidak berat namun sangat diperlukan ketepatan dan kecepatan bergerak serta ketelitian dalam memasukkan produk ke dalam kotak. Sementara Wieke Nadya Suci Ariesty (21) dan Dipayana Pertiwi (21) dari UMY, setiap harinya bermain dengan anak-anak berumur 3~5 tahun karena mereka ditempatkan di Taman Kanak kanak Tensou Gakuen.

Berikut ini adalah gambaran aneka ragam kegiatan para mahasiswa peserta JBIP 2015 yang ditempatkan di Cow Brand Soap Kyoshinsha Co., Ltd., Zero One Drive Co., Ltd., dan Tensou Gakuen. Dan di bagian akhir tulisan ini penulis tambahkan mantra JBIP 2015 “Yes! We Try”, serta ulistrasi kegiatan mahasiswa di asrama.

3Kegiatan di Cow Brand Soap Kyoshinsha Co., Ltd.,

Seperti dilaporkan oleh Danial dan Dwi bahwa Cow Brand Soap Kyoshinsha Co., Ltd.adalah sebuah perusahaan yang bergerak di dalam bidang produksi sabun kecantikan. Mengenai penjelasan singkat perusahaan ini bisa dibaca http://berita.upi.edu/?p=4075 . Simbol perusahaan ini adalah seekor sapi. Mengenai penggunaan lambang cow (sapi) dalam peusahaan ini tak hanya menjadi sebuah trademark, tetapi menjadi filosofi dan symbol semangat kinerja Cow Brand. Seekor sapi tak pernah memutar balik untuk mundur dan hanya terus melangkah kedepan dengan berani dan gigih, itulah yang menjadikan sapi sebagai pribadi yang patut dicontoh. Tak hanya itu, pembawaannya yang selalu tenang dan ramah namun penuh vitalitas juga membuatnya amat disukai. Dengan filosofi ini, CowBrand terus maju dengan berusaha memenuhi kebutuhan konsumen dengan produk kecantikan dan kesehatan berkualitas tinggi.

Seperti dimaklumi bahwa Jepang terkenal dengan budaya tidak mudah menyerah, etos kerja yang tinggi namun tetap berperilaku rendah hati. Ada pepatah Jepang yang mengatakan “bekerjalah dengan sabar namun pasti, layaknya seekor sapi”. Terjadinya puncak perang dunia di tahun 1945 menjadi cobaan tersendiri bagi Cow Brand dengan terbakarnya pabrik. Namun hal tersebut tidak menghentikan langkah perusahaan ini, Cowbrand bangkit kembali dengan memulai usahanya dari awal. Sejak saat itu, usaha ini berkembang secara bertahap, seiring membaiknya kondisi perekonomian Jepang. Bahkan saat ini Cow Brand berhasil mengembangkan usahanya sampai keluar Jepang, dengan fokus di Republik Rakyat Tiongkok serta negara sekitarnya, seperti Indonesia dan Filipina. Dengan usaha keras, Cow Brand berhasil mencetak tingkat volume ekspor tertinggi dalam industry sabun kecantikan saat itu, dan berhasil meningkatkan popularitas nama Cow Brand di mancanegara.4

Adapun kegiatan training di perusahaan ini antara lain setelah dipertemukan dengan penanggung jawabnya, yaitu Mr. Nakaishi Kazoo, mereka berdua diantarkan ke kantor pusat perusahaan di daerah gamo 4 chome, Osaka. Jarak tempuh dari asrama cukup jauh dibandingkan dengan tempat training mahasiswa yang lain, namun tiket transport paling murah dari yang lain. Hanya 180 yen sekali jalan menggunakan kereta Japan Rail Way dari setasiun Shinimamiya sampai ke Setasiun Kyoubashi. Setelah itu, mereka diberikan dua tiket tranpor bus yang dirasa cukup untuk satu bulan lamanya.

Untuk dua hari pertama, mereka ditugaskan di kantor pusat. Mereka diajari sejarah dan profil perusahaan, jenis produk pasaran, dan pemerolehan bahan baku sabun oleh Mr. Nakaishi. Setelah itu mereka diberi kesempatan untuk mempresentasikan sesuatu yang berbau Indonesia. Mereka berdua memutuskan untuk mempresentasikan kain batik Jawa Barat kepada para pegawai disana.5

Hanya dua hari di kanotr pusat, selanjutnya dipindahkan ke Yasuda Factory, yang cukup jauh dari kantor pusat. Di daerah Nakachaya. Selama disana, mereka dipandu dan dibimbing oleh Mr. Okumura. Mereka diberi baju kerja pabrik dan setelah itu diajak berkeliling pabrik. Pabrik Yasuda termasuk pabrik yang cukup besar untuk memproduksi semua sabun untuk mencukupi kebutuhan pasar nasional dan internasional. Jumlah karyawan di pabrik ini tidak banyak dan lebih banyak karyawan yang relatif sudah lanjut usia. Di sini mereka diajari banyak hal mengenai proses pembuatan sabun sampai pengiriman sabun ke tangan konsumen. Di pabrik Yasuda terdapat berbagai bagian pekerjaan seperti bagian produksi, bagian uji laboratorium, bagian pengemasan, bagian pengekapan, bagian pengolahan limbah dan bagian logistik ataun pengiriman. Di sini mereka diberitahu beberapa bahan baku pembuatan sabun seperti air, lemak sapi, minyak, parfum dll. Mereka juga diberi kesempatan untuk melihat proses pengolahan limbah pabrik. Menurut bagian pengolahan limbah pabrik, pabrik Yasuda adalah satu-satunya di dunia yang menggunakan system ekologi berkesinambungan, artinya limbah produksi dapat di daur ulang lagi menjadi air ledeng jernih, serta hasil fermentasi limbah pabrik akan dibusuki oleh bakteri tertentu dan menghasilkan gas metan. Gas metan inilah yang menjadi sumber enerji listrik seluruh pabrik.

Selain itu mereka juga diberikan kesempatan untuk mempelajari dan melakukan pengepakan sabun. Para pegawai di sini, mayoritas sudah lanjut usia namun semangat dan gigih mengepakan sabun yang berat dan cepat serta penuh dengan ketelitian. Semangat mereka disebut “tatsu maki”. Selain itu, mereka diajak ke perusahaan pembuatan bungkus sabun dan kardus sabun. Pada akhir minggu kedua, mereka diajak berkeliling ke bagian logistik. Di sini banyak sekali campur tangan robot dalam hal penaruhan kardus yang beratnya lumayan. Siangnya mereka diajak ke perusahaan atau lebih tempatnya gudang penyimpanan di daerah Kyoto.6

Kegiatan di Zero One Drive Co., Ltd.

Mahasiswa yang training di perusahaan ini ada dua orang, yaitu Niki Dwiyanti (22) dan Siti Fatiman (21). Masing masing mereka berasal dari Unikom dan Widyatama. Perusahaan ini adalah perusahaan periklanan yang didirikan pada Januari 2015 oleh Masashi Shinoda. Terletak di Hiranomachi 2-6-13. Saat ini perusahaan masih ditangani oleh satu orang dan belum berencana untuk merekrut karyawan. Meskipun tergolong perusahaan baru tetapi perusahaan ini sudah banyak melakukan kerjasama dengan beberapa perusahaan besar seperti Honda, Yamaha, Hasegawa Group dan masih banyak lagi. Selain dibidang periklanan, perusahaan ini juga menyediakan layanan bagi para siswa dan mahasiswa. Layanan bagi siswa yaitu berupa persiapan masuk universitas/perguruan tinggi atau senmon gakkou sedangkan bagi mahasiswa yaitu persiapan masuk dunia kerja. Siswa dan mahasiswa tersebut akan dilatih bagaimana manner saat wawancara, communication skill, pengarahan mengenai kampus atau tempat kerja yang di inginkan dan lain-lain. Upaya ini perlu dilakukan sebab konon telah terjadi penurunan kualitas sikap remaja di Jepang saat ini menjadi sebuah masalah yang besar. Dengan adanya angket mengenai karakter individual dan praktek etika dunia kerja akan menjadikan kualitas individual remaja Jepang menjadi lebih baik. Tak hanya itu, perusahaan ini juga berusaha menerima orderan sesuai permintaan customer, seperti pembuatan binder, promosi produk, web design dan lain-lain.

Adapun kegiatan mereka berdua yaitu hari pertama training, dijelaskan mengenai profile perusahaan serta produk yang mereka jual juga schedule selama satu bulan ke depan. Hari kedua ditugaskan untuk pergi ke Namba untuk membeli binder dengan kriteria yang telah ditentukan dan juga menganalisis perbedaan antara Jepang dengan Indonesia. Hal yang harus dianalisis adalah sesuatu yang ada di Jepang namun tidak ada di Indonesia atau sesuatu yang tidak ada di Jepang namun ada di Indonesia. Mereka mencoba membandingkan barang barang menarik yang ada di Namba dengan barang yang ada di Indonesia. Dihari itu juga mereka membantu shachou persiapan untuk kunjungan ke Awaji High School. Di Awaji High School mereka ditugaskan untuk meng-guide tamu dari universitas ke ruangan tunggu dan mengantarkannya ke kelas yang telah ditentukan juga membantu shachou saat kelas wawancara. Selain kunjungan ke Awaji High School, beberapa hari yang lalu mereka juga melakukan kunjungan ke Kobe University Affiliated High School selama dua hari berturut-turut. Dihari pertama mereka hanya melihat para mahasiswa dari berbagai universitas di Kobe yang ditugaskan untuk mempromosikan kampusnya dihadapan para siswa tingkat akhir. Dihari kedua mereka bersama beberapa mahasiswa asing dari beberapa negara yang belajar bahasa Jepang mengikuti kaiwakai (kegiatan kelompok untuk latihan berbicara bahasa Jepang) bersama siswa tingkat satu.7

Setiap pagi selama training, mereka selalu chourei yaitu semacam upacara pagi yang berisikan planning kerja yang akan dikerjakan atau perintah yang harus dikerjakan untuk hari itu atau hari hari berikutnya. Tentunya komunikasi setiap hari menggunakan bahasa Jepang. Mengenai etika bisnis, mulai dari kebiasaan salam orang Jepang, meishi kokan (bertukar kartu nama) diberitahu oleh shacho. Hal lain yang dilakukan selama training antara lain membuat laporan, foto copy, membeli alat tulis kantor, ikut meeting bersama client, mengirim surat ke kantor pos, membuat name tag untuk kunjungan ke sekolah dan melihat proses recording narasi di recording studio.

Kegiatan di Tensou Nagayoshien

Tempat training ini berbeda dengan tempat yang lainnya. Tenso Nagayoshien adalah lembaga pendidikan Taman Kanak kanak (TK). Di sini ditempat dua orang yaitu Wieke Nadya Suci Ariesty (21) dan Dipayana Pertiwi (21) masing dari UPI dan UMY.

Perjalanan dari asrama menuju Tensou Nagayoshien memakan waktu 45 menit dengan naik kereta dua kali. Mereka dibagi kedalam dua kelas yang berumur 5 tahun, yaitu kelas Fujigumi dan kelas Sumiregumi. Dua minggu pertama Wieke ditempatkan di kelas Fujigumi dan dua minggu selanjutnya bertukar kelas dengan Dipa dikelas Sumiregumi. Jumlah anak di masing-masing kelas ada 30 orang. Anak-anak mulai masuk kelas pada pukul 09:30 pagi. Namun, kegiatan belajar dimulai pukul 10:30 pagi. Sambil menunggu teman-temannya datang, anak-anak bermain permainan yang disediakan dikelas. Setelah itu, anak-anak melakukan senam pagi di lapangan sekolah. Sebelum belajar anak-anak selalu menyanyikan lagu anak-anak dengan ditemani lantunan piano yang dimainkan guru. Guru disini harus mempunyai banyak kemampuan, selain harus bisa memainkan piano juga harus mempunyai kreatifitas.8

Setiap hari anak-anak belajar dengan materi yang berbeda-beda seperti memainkan alat musik pianika, belajar menggunakan stik drum, belajar huruf hiragana, bahasa Inggris, menggambar, menggunting, menempel kertas, dan olahraga. Pada tanggal 22 Mei kemarin orang tua siswa bisa melihat langsung bagaimana anaknya belajar dikelas. Anak-anak belajar memasukan paku kedalam kayu dengan obeng lalu membuat bentuk-bentuk menggunakan karet di paku tersebut. Kegiatan belajar diakhiri sekitar pukul 3 sore. Sambil menunggu dijemput, anak-anak bermain permainan yang ada didalam kelas. mereka pulang pada pukul 5:30 sore. Menurut Wieke, sekolah ini sangat bagus karena selalu mengajarkan anak-anaknya untuk selalu menjaga kebersihan dan selalu mandiri dalam segala hal, namun guru tetap mengawasi. Tugas mereka selama disini yaitu membantu guru dalam pembelajaran, ikut belajar menggunakan stik drum bersama anak-anak, membantu menyiapkan makan siang, membantu membereskan ruang kelas dan tentunya bermain bersama anak-anak.

Kegiatan di Asrama

Adapun kegiatan para mahasiswa peserta JBIP 2015 di asrama, yaitu pagi hari, kira kira pukul 5 waktu Jepang (kira kira pk. 3 pagi) mereka sudah bangun untuk mempersiapkan makan pagi dan bekal makan siang, dan kira kira pukul 09:00, umumnya sudah pada berangkat ke tempat trainingnya masing masing. Lalu kira kira pukul 7 malam, sebagian besar peserta JBIP 2015 sudah pulang ke asrama. Beberapa orang ada yang sudah di asrama lebih cepat atau lebih lambat. Yang cepat pulang, biasanya setelah mereka training langsung pulang ke asrama, dan yang sedikit terlambat, tidak langsung pulang ke asrama namun melakukan widow shoping di sepanjang jalan yang mereka lalui. Ada juga mahasiswa yang memanfaatkan waktu pulang itu untuk mencari buku buku referensi untuk menulis skipsi dan ada pulang yang sekedar memanjakan mata melihat berbagai ragam model baju, makanan, dan hal menarik lainnya yang ada di Osaka. Penulis sendiri, meskipun di Osaka pernah tinggal lama, namun kesempatan emas ini tidak disiasiakan untuk merintis berbagai program lain yang mudah mudahan bermanfaat untuk kepentingan yang lebih luas lagi. Salah satunya adalah rintisan internship kolaboratif (lihat http://berita.upi.edu/?p=4188 ) dan yang sedang dimatangkan saat ini adalah rencana muhibah kesenian UPI (dalam hal ini FPBS dengan Katumbirinya) untuk menunjukkan kepiawaian di Okinawa Jepang bulan Nopember nanti. Mengenai Katumbiri bisa dibaca di http://berita.upi.edu/?p=3448#more-3448 ).9