Shaum Merupakan Wahana Pendidikan Karakter

andri (5)Bandung, UPI

Ibadah shaum pada hakikatnya merupakan suatu proses pendidikan, yakni upaya yang secara sengaja dilakukan untuk mengubah perilaku setiap Muslim, sehingga menjadi orang yang meningkat ketakwaannya. Shaum telah mendidik setiap Muslim untuk mengubah prilakunya ke arah yang lebih baik sehingga menjadi manusia bertakwa. Manifestasi bertakwa itu dapat ditafsirkan sebagai ciri khas, yang dengan kata lain dapat pula disebut sebagai Muslim. Melalui ibadah shaum pribadi manusia yang memiliki nafsu dan cenderung ingin selalu mengikuti hawa nafsu dilatih untuk berubah menjadi manusia yang selalu berperilaku sesuai dengan fitrah aslinya.

“Fitrah asli manusia adalah cenderung taat dan mengikuti perintah dan aturan Allah SWT. Melalui proses pendidikan yang terkandung dalam ibadah shaum diharapkan setiap Muslim menjadi manusia yang kehadirannya di mana pun dalam masyarakat yang bersifat plural ini dapat memberi manfaat kepada sesama dan menjadi rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil alamin). Inilah karakter yang dibangun pada diri setiap Muslim melalui shaum, sehingga menjadi pribadi yang berkarakter,” kata Prof. Dr. Mohammad Ali saat menyampaikan khutbah Idulfitri di Kampus UPI Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung, Jumat (17/7/2015). Hadir dalam kesempatan itu Wakil Rektor UPI Prof. Dr. Idrus Affandi, S.H. bersama civitas akademika serta karyawan UPI bersama masyarakat di sekitar kampus.andri (1)

Menurut Mohammad Ali, Islam mengajarkan bukan hanya ajaran yang khusus diperuntukkan bagi umat Islam, tetapi juga mengajarkan berbagai ajaran tentang nilai yang bersifat universal. Di antara ajaran Islam yang mempunyai nilai universal adalah ajaran yang menekankan pentingnya setiap Muslim agar dia memberi manfaat kepada orang lain. Dalam ajaran Islam, salah satu indikator keunggulan kualitas seseorang yang menjadi karakter pribadi Muslim adalah seberapa besar dia mampu memberi manfaat kepada orang lain. Artinya semakin besar seorang mampu memberi manfaat kepada orang lain, maka makin baik atau makin unggul pula kualitas keberagamaannya, yang juga dapat disebut sebagai manusia berkarakter.

“Rasulullah saw. Bersabda: sebaik-baik manusia (Muslim) adalah orang yang paling (banyak) memberi manfaat kepada manusia. Islam mengajarkan agar kita selalu bergaul dan berbuat baik dengan manusia lain tanpa menghiraukan agama dan dari mana pun dia berasal; sebagaimana sabda Rasulullah: Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada, dan segera lakukan kebajikan setelah engkau berbuat keburukan dan bergaullah dengan orang lain dengan akhlak yang baik,” kata mantan Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia ini.andri (8)

Dikatakan, Islam melarang pemeluknya berbuat sesuatu yang dapat membuat orang lain ternista, seperti membuka aib Muslim lain atau menggunjingkan kejelekannya. Alquan menggambarkan perbuatan seperti ini ibarat “memakan daging saudaranya yang telah mati”. Islam juga melarang pemeluknya melakukan sesuatu yang dapat membahayakan orang lain, sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Wala dhirara la dharaa.” Bahkan salah satu indikator orang beriman adalah apabila melihat sesuatu yang berpotensi membahayakan orang lain dia harus berbuat untuk menyingkirkannya.

Apabila seseorang menyingkirkan sesuatu yang berpotensi mencelakakan orang lain, kata Mohammad Ali, itu merupakan indikator bahwa orang tersebut beriman, berarti bila tidak berbuat demikian, maka keimanan orang tersebut patut dipertanyakan. Allah dalam Alquran surat Al Nahl, ayat 97, berfirman: “Barangsiapa berbuat kebaikan dari laki-laki ataupun perempuan dan dia mukmin niscaya kami akan menghidupkannya dengan kehidupan yang baik, dan Kami memberi balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.”

Mohammad Ali dalam khutbahnya mengajak segenap kaum Muslimin untuk meraih hikmah terbesar dari ibadah shaum yang telah dilaksanakan, merajut kembali nilai universal ajaran Islam sebagai rahmatan lil alamin dalam kehidupan beragama, bermasyarakat dan berbangsa. Rasulullah saw. diutus membawa ajaran Islam tidak lain kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.andri (3)

Ajaran yang dibawa Rosulullah saw., kata Ali, adalah ajaran yang bila dilaksanakan dapat memberi rahmat bagi semesta alam, karena kehadiran Muslim di mana pun selalu memberi manfaat sebesar-besarnya kepada orang lain dan umat manusia. Dalam bahasa yang bersifat universal ini merupakan indikator utama manusia yang berkarakter.

Rahmatan lil al-alamin, rahmat bagi semesta alam. Kata “rahmat” menurut Imam Al-Raghib al-Ashfahani dalam karyanya: Mufradat Alfaz al-Qur’an (h.347) mempunyai makna: kelembutan hati yang mengharuskan berbuat kebajikan kepada yang dirahmati (wa al-rahmat riqqat-un taqtadhy al-ihsan ila al-marhum). Rahmat juga bermakna cinta kasih, yang berarti agama Islam adalah agama cinta kasih.

“Islam sebagai rahmat artinya Islam adalah jalan keselamatan, kemaslahatan, kesejahteraan dan kebahagiaan bagi kehidupan manusia, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Dengan demikian pancaran rahmat yang dikeluarkan Islam tidak hanya dirasakan oleh kaum muslimin semata, melainkan juga dirasakan oleh mereka yang diluar Islam, bahkan oleh alam semesta,” kata Ali. (WAS/Andri)