Lembaga Dakwah UPI Selenggarakan Kuliah Online via WhatsApp

Bandung, UPI2

Lembaga Dakwah Kampus Unit Kegiatan Dakwah Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (LDK UKDM UPI), yang merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) keislaman yang berada di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), memaknai hari kemerdekaan Indonesia terbilang berbeda dengan yang lainnya, yaitu dengan melaksanakan Kuliah Online via WhatsApp, Selasa (18/8/2015). Kuliah online ini di mulai pukul 19.30-21.00 WIB. Dengan komposisi waktu, pukul 19.30-20.15 narasumber menyampaikan materi dan pukul 20.15-21.00 sesi diskusi atau tanya-jawab. Kuliah online ini selain bersama narasumber Kang Akmal juga dimoderatori oleh Muhammad Fauzan Irvan, Mahasiswa IPAI angkatan 2014 dan di LDK UKDM ia sebagai staf di Departemen Syiar.

Kuliah online ini sangat diminati oleh seluruh elemen masyarakat di Indonesia. Terbukti dua hari dibuka pendaftaran kuota peserta grup whatsapp langsung “Full Member” yaitu 100 member. Dengan komposisi 20 kampus seluruh Indonesia, di antaraya: UPI, Unpad, ITB, UGM, UNS, UIN, Univ Mulawarman, dan ada kampus yang dari aceh dan juga dari papua, serta kampus-kampus lain yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu, wirausahawan bahkan tidak sedikit dari pelajar-pelajar Sekolah yang ikut mendaftar pada kuliah online ini. Walaupun tidak sepenuhnya panitia mengakomodir semua peserta yang mendaftar, karena kuota grup di whatssApp hanya terbatas untuk 100 orang saja, sedangkan yang mendaftar melebihi kuota grup WhatssApp tersebut. Tetapi yang tidak mendapatkan kesempatan dan merasakan keseruran di grup, mereka tetap mendapatkan hasil kajian yang dikirim kan lewat email.

Alasan panitia mengambil tema Paris DKI: Mengulas “Perjuangan Umat Islam Dalam Kemerdekaan Indonesia” adalah karena proses sekularisasi sejarah dan sekularisasi Ilmu yang merambah dalam dunia pendidikan di Indonesia dan juga telah menjangkit pola pikir masyarakat Indonesia. Kita ketahui bersama bahwasanya kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari perjuangan kyiai dan santri serta kaum muslimin lainnya. Tapi sejarah itu jarang kita dengar dan temukan di dalam pelajaran sejarah disekolah-sekolah. Karena begitu masif nya sekularisasi sejarah yang menimbulkan mindset bahwa umat islam tidaklah berperan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dan di kuliah online ini lah, momentum yang pas untuk membokar sejarah itu semua.1

Kang Akmal, panggilan akrab ustadz Akmal Sjafril membuka pematerian dengan mengatakan “Dengan nalar umum saja, menimbang mayoritas rakyat Indonesia adalah beragama Islam, maka pastilah umat Muslim memiliki peranan paling sentral dalam mewujudkan kemerdekan Republik Indonesia.” Ia melanjutkan, “Pada kenyataanya, banyak fakta yang disembunyikan atau tidak dibicarakan lagi sehingga banyak orang yang tidak tahu peranan Islam dan umat Muslim yang sesungguhnya di Indonesia. Bahkan kini kita jumpai banyak generasi muda Muslim yang merendahkan agama dan umatnya sendiri karena menyangka kontribusinya sangat minim bagi Indonesia.”

Buya Hamka mencatat, setiap penjajah yang menginjakkan kakinya di Indonesia selalu bertarung sengit dengan umat Muslim yang mempunyai ghirah (kecemburuan) yang tinggi. Bagi seorang Muslim, membela negeri, bangsa dan agama adalah suatu hal yang sudah otomatis dipahami dan sudah tercakup dalam ajaran tentang jihad. : Ujar kang Akmal dengan penuh semangat.

Penulis buku “Islam Liberal 101” ini melanjutkan penyampaianya “ Lihatlah orasi Bung Tomo yang membakar semangat warga Surabaya pada 1 November 1945. Ketika Bung Tomo bertakbir, terbakarlah hati umat Muslim seluruhnya, dan mereka lebih suka mati syahid daripada hidup terjajah!”

Setelah menyampaikan kuliah dan dilanjutkan dengan diskusi yang sangat menarik dan mengundang kritis pagi peserta kuliah online, yang membuat grup kuliah online semakin dinamis, menarik, dan semangat untuk mengikutinya. Di closing statement-nya kang Akmal memberikan sedikit pesan kepada peserta kuliah Online, sebuah pesan yang menggungah dan membakar semangat para peserta. “ saya harap dari kajian yang penuh kekurangan ini setidaknya kita bisa mengangkat kepala kita dengan tegak. Karena negeri ini di merdekakan oleh Islam dan Umat Muslim. Dari sana kita harus mulai menelaah ulang sejarah dengan kritis dan menemukan hikmah yang dapat dipelajarinya. Dengan banyak belajar sejarah, mudah-mudahan kita tidak naif lagi dan tidak mudah di permainkan serta tidak pernah merasa lemah di negeri sendiri”. (Muhammad Fauzan Irvan, Staf Departemen Syiar LDK UKDM UPI)