Masrifatul: Paling Tepat Masuk UPI jika Ingin Menjadi Pendidik

MASRIFATUL Hajaroh lahir 24 Juli 1993 di Seputih Banyak, Lampung Tengah. Ia adalah lulusan terbaik Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Serang angkatan 2011 yang diwisuda 10 September 2015 dengan yudisium cumlaude dengan IPK 3,92. Masrifatul lulus dari SMAN 1 Seputih Banyak, Lampung Tengah tahun 2011. Dia memang bertekad melanjutkan ke perguruan tinggi. Usaha yang dilakukan adalah mengikuti program bimbingan belajar di salah satu lembaga jasa bimbel di Kota Metro, Lampung selama satu bulan. Mendekati hari pendaftaran SNMPTN, para mentor saling mengarahkan universitas dan prodi yang diminati.

Tanya jawab pun dimulai. “Saya menjawab pada saat itu ingin menjadi guru (pendidik). Mentor pun mengarahkan ke UPI dengan alasan ini tahun pertama UPI membuka Kampus Daerah dengan jalur SNMPTN. Saya tertarik dan melihat kuota terbanyak ada di Kampus Daerah Serang. Saya akhirnya mengambil keputusan mengambil pilihan UPI Kamda Serang (Prodi PGSD) di pilihan kedua, karena pilihan pertama saya adalah Pendidikan Fisika UPI Bumi Siliwangi. Pendaftaran ditutup dan saya menjalani beberapa tes SNMPTN, dengan hasil saya diterima di UPI Kampus Serang,” ujar Masrifatul.Masri-1

Mengapa Masrifatul kuliah jauh, sedangkan di Lampung ada universitas negeri dan mengapa memilih kuliah di UPI? ”Saya memilih kuliah di luar Lampung karena ingin belajar lebih mandiri. Mental pemimpin akan terbentuk, dan pengalaman akan lebih luas. Apa lagi di pulau Jawa terkenal sebagai pulau pendidikan. Walau tak menutup kemungkinan di Lampung juga banyak pengalaman. Tapi saya yakin saya bisa lebih mandiri dan berkembang di luar daerah,” ujar Masrifatul.

Sebetulnya Masrifatul ingin menjadi polwan semenjak umur lima tahun sampai umur 17 tahun. Setelah menginjak umur ke-18 tahun, ia dekat dengan guru Matematika di SMAN 1 Seputih Banyak hal membuat dia ingin menjadi guru, yaitu pendidik bukan hanya pengajar. “Saya ingin sekali mendirikan sekolah seperti nature Islam. Pendidik merupakan sosok yang sangat penting dan mempunyai peranan sangat besar di masyarakat, khususnya dalam bidang pendidikan,” katanya.

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) termasuk salah satu perguruan tinggi yang sangat ternama di tanah Parahyangan, ujar Masrifatul. Sebab, banyak guru besar lahir dari UPI. Masrifatul lebih memilih UPI karena ia beranggapan di sinilah tempat yang paling tepat jika ia ingin menjadi pendidik yang baik dan berkualitas. Dengan menjadi pendidik yang berkualitas, pendidikan yang ada di masyarakat menjadi lebih berkualitas. Indonesia bahkan menjadi negara yang maju dengan pendidikan berkualitas. Dengan masuk UPI, Masrifatul berharap cita-citanya menjadi pendidik yang berkualitas bisa terwujud.

“Perkuliahan, dosen killer, tugas, IPK dan sebagainya itulah kata-kata yang saya dengar menakutkan di awal perkuliahan. Apalagi ujian semester awal, takut dan terbayang-bayang seperti apa ya jika di perkuliahan. Semalaman belajar dan membaca yang bisa saya lakukan di awal perkuliahan untuk mendapatkan nilai bagus dari dosen killer (dosen matematika, karena saya menyukai matematika dan tak menutup mata kuliah yang lain),” ujar Masrifatul.

Masrifatul sempat berpikir untuk tidak mau mengikuti satu pun organisasi kegiatan mahasiswa (UKM). Mahasiswa kakak tingkat sempat mengatakan, ada dosen muda yang jarang sekali memberikan nilai bagus apalagi A, dapet B aja sudah beruntung, dosen matematika lagi. Kata itu yang membuat Masrifatul tertantang mempelajari Matematika. Apalagi guru favorit saat di SMA juga guru matematika.

“Maka, saya selalu berusaha dan berdoa agar sewaktu nanti saya bisa mendapatkan nilai A dan dekat dengan dosen yang terbilang killer tersebut. Perkuliahan pun berjalan, sampai akhirnya hasil semester satu pun muncul. Saya mendapatkan nilai A dan berhasil dekat dengan dosen killer tersebut. Senang, bahagia, dan semua rasa senang tercampur,” kata Masrifatul.

Walau mempunyai pikiran untuk tidak mengikuti kegiatan UKM, tetapi pada kenyataannya Masrifatul mengikuti UKM Pormapi yang bergerak di bidang olahraga. Karena, salah satu hobi dia bermain bola voli. Selain Pormapi, dia pun mengikuti UKM Permata Ilmu yang bergerak di bidang pendidikan dan penelitian kualitatif dan kuantitatif.

Masrifatul mengikuti beberapa acara maupun kegiatan yang ada di kampus, tetapi dia tetap memisahkan waktu antara organisasi dan perkuliahan. Karena dia memiliki orang tua yang menunggu kebanggaan dari anaknya yang merantau. Perkuliahan berlangsung hingga dia berada di tingkat tiga. “Saya pun memasukkan diri dalam organisasi BEM Rema UPI Serang. Saya menjabat sebagai Sekretaris Kemendikroh. Dalam waktu yang tak jauh beda saya juga dilantik menjadi wakil ketua umum UKM Permata Ilmu. Banyak kegiata yang harus dilakukan sebagai kewajiban pelaksanaan program kerja,” ujar Masrifatul.

Dia berpesan kepada calon mahasiswa dan mahasiswa yang lain untuk menjadi aktivis dan mahasiswa yang baik. Tidak ada alasan tidak mau berorganisasi hanya karena takut IPK kecil. Mahasiswa harus pintar membagi-bagi waktu. “Ingatlah orang tua dalam setiap langkah kehidupan. Pengalaman berorganisasi sangatlah mahal, malah bisa dibilang tak terhingga. Dengan berorganisasi kita bisa belajar untuk menjadi masyarakat yang baik, mahasiswa yang berwawasan luas, dan masih banyak lagi keuntungan lainnya. Pengalaman yang ada di organisasi tersebutlah yang mempersiapkan diri kita untuk terjun ke dalam masyarakat setelah program perkuliahan selesai. Kita sudah siap dengan lingkungan baru.”

Masrifatul mengaku bisa membuktikan, bahwa berorganisasi tidak mengganggu proses pembelajaran dalam perkuliahan karena managemen waktu yang tepat bisa dilakukan. Dia bisa mengikuti program organisasi dalam kampus dan bisa berprestasi dalam perkuliahan. (Wakhudin/UPI)