Imort Mengajari Ibu-Ibu Muda Membuat Lampion

Kriya-1

Bandung, UPI

Kelompok Isola Morth Art (Imort) bekerja sama dengan Unit Kegiatan Mahasiswa Belajar Alquran Intensif  Universitas Pendidikan Indonesia (UKM Baqi UPI) melakukan pelatihan bagi ibu-ibu muda di Kelurahan Isola, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung, membuat seni kriya berupa pernik-pernik hiasan. Mereka belajar membuat berbagai macam jenis lampion dengan motif kaligrafi dan mulai memasarkannya di masyarakat. Direktur Kemahasiswaan UPI Dr. Syahidin, M.Pd. membuka acara pelatihan di RT 05 RW 06 Kelurahan Isola, Senin (20/10/2014).

3Ketua Pelaksana Suyanto (mahasiswa Departemen Geografi, FP IPS UPI) menjelaskan, pelatihan tersebut dibiayai Ditjen Pendidikan Tinggi Kemdikbud untuk waktu lima bulan.

“Para ibu-ibu muda diajari mengubah kain perca menjadi produk yang bermanfaat. Caranya, Kelompok Isola Mort Art bekerja sama dengan mahasiswa Fakultas Pendidikan Seni dan Desain (FPSD). Para ibu-ibu ini belajar Alquran terlebih dahulu sebelum belajar seni kriya,” ujar Suyanto.

Menurut dia, sebetulnya para mahasiswa secara individu selama dua tahun terakhir sudah memproduksi berbagai macam kerajinan yang terbuat dari kain perca. Mereka adalah Sari Apriliani, Erlin Herliani, dan Dimas Zulfadly dari FPSD. Keterampilan mereka kemudian ditularkan kepada para ibu-ibu muda, sehingga mereka semakin produktif dengan kegiatan entrepreuneurship.Kriya-2

Direktur Kemahasiswaan UPI Dr. Syahidin, M.Pd. saat meluncurkan acara ini berharap,  pelatihan yang dilakukan Kelompok Isola Morth Art bisa bermanfaat bagi masyarakat, khususnya ibu-ibu di Kelurahan Isola. Pelatihan ini merupakan kegiatan yang luar biasa dan jarang dilakukan. Dari 560 praproposal yang masuk ke Ditjen Dikti dari kampus seluruh Indonesia, hanya 160 kelompok yang kemudian diizinkan membuat proposal lengkap dan diundang untuk melakukan presentasi. Dari hasil presentasi, hanya 80 kelompok yang didanai. Dua kelompok UPI yang lolos adalah Kelompok Isola Mort Art (UKM Baqi) dan LEPPIM.

Suyanto mengemukakan, program yang diajukan merupakan kombinasi antara pengajaran Alquran dengan pelatihan seni kriya dari bahan sisa yang tidak terpakai. Mereka mengupayakan pemasaran dari hasil pelatihan kriya tersebut nantinya.2

“Sebelumnya, kita melakukan pelatihan kepada masyarakat. Kenyataannya, masyarakat sudah pandai memproduksi barang. Problemnya, adalah tidak ada tindak lanjut bantuan pemasaran. Kita menyadari, kendala dari proses pelatihan adalah pemasaran, untuk itu kelompok kami akan mengupayakan program jangka panjang dari pelatihan ini yaitu memasarkan produksi ibu-ibu yang telah mendapatkan pelatihan oleh kelompok kami. Kelompok kami berupaya menjadikan tempat pelatihan menjadi sentral oleh-oleh pariwisata khas kota Bandung,” kata Suyanto.

Pelatihan yang dilakukan bukan hanya sekadar membuat seni kriya, tetapi juga pembelajaran membaca dan ilmu tahsin Alquran. Para peserta wajib mengikuti pelatihan ini sebagi penunjang dan bekal pemahaman dan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Peserta pelatihan harus memiliki kemampuan membuat seni kriya dan mahir mengaji. Kriya-3

“Tiga keuntungan yang akan mereka peroleh yaitu dari segi agama mereka bisa pandai membaca Alquran dengan kaidah tahsinya, yang kedua mereka memiliki keahlian dibidang seni kriya. Terakhir, peserta dapat menambah penghasilan keluarga serta mengurangi kebiasa menganggur mereka,” ujar Suyanto.

Imort menggunakan teknologi ramah lingkungan dan sederhana. Mereka menggunakan peralatan sederhana namun menghasilkan karya yang luar biasa dengan biaya yang minimal. Ramah lingkungan karena mereka menggunakan bahan bekas/sisa produksi yang tidak dimanfaatkan, waluapun ada beberapa bahan yang merupakan bahan yang masih utuh. (WAS)