Socius Gelar Kajian Kepemimpinan dalam Perspektif Islam

1-1Bandung, UPI

Social Religius (Socius), wadah yang menaungi alumni Bina Kader 19 dan 21 di Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, menyelenggarakan kajian perdana bertema “Kepemimpinan dalam Perspektif Islam”, Senin (28/9/2015), di Kampus UPI Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung. Dakwah kampus yang dikemas dalam bentuk talk show interaktif ini menghadirkan narasumber seperti Galih Kurniawan (Ketua Umum LDK UKDM UPI), Rizka Rudiansyah (Ketua Umum Tutorial PAI-SPAI DPU UPI) dan Suryadi Wahid H (Ketua UKM BAQI UPI).

Galih Kurniawan, dalam kesempatan itu menjelaskan, kepemimpinan sangat penting, khususnya bagi umat Islam. Dengan menukil hadits yang mengatakan bahwa, “Apabila kalian berangkat hijrah, maka pilihlah satu orang untuk menjadi pemimpin”. Ia juga mengatakan bahwa pemimpin adalah khodimu ummah atau pelayan umat/masyarakat, begitupun dalam konteks organisasi, pemimpin harus senantiasa melayani anggotanya. Ketika seseorang menjadi pemimpin, ia harus siap dengan konsekuensi apa pun yang akan diterima, baik ataupun tidak baik.

Ketika diajukan pertanyaan tentang pemimpin yang ideal menurut pandangan Islam, Suryadi Wahid mengatakan bahwa ada syarat utama yang harus dipenuhi yaitu, pertama pemimpin tersebut harus orang Islam karena Allah berfirman dalam Alquran yang artinya, “Janganlah orang beriman menjadikan orang kafir sebagai pemimpin, melainkan orang-orang beriman. Barang siapa berbuat demikian, niscaya dia tidak akan memperoleh apa pun dari Allah, kecuali karena (siasat) menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu dari (siksa)-Nya, dan hanya kepada Allah tempat kembali”.1-2

Kedua, kata Suryadi, pemimpin harus mempunyai ilmu, karena tidak mungkin bisa seseorang memimpin tanpa ilmu. Ketiga teladan, seorang pemimpin harus menjadi teladan atau contoh bagi yang lainnya.

Menjawab pertanyaan mengenai bagaimana jika mayoritas Muslim dipimpin oleh seseorang yang non-Muslim, Rizka Rudiansyah menjawab, dalam memilih pemimpin sangat berat, sebagaimana dulu ketika Rasulullah Saw meninggal, saat itu Rasulullah belum dimakamkan sebelum terpilih khalifah pengganti beliau. Oleh karena itu, memilih pemimpin itu tidak sembarangan.

“Ketika mayoritas Muslim harus dipimpin non-Muslim, hemat saya jika itu untuk posisi yang tertinggi tentu sangat tidak setuju karena bertentangan dengan Alquran, tetapi jika posisi pemimpin itu bukan posisi yang tertinggi atau posisiya lebih rendah, itu saya kira tidak masalah. Kita juga harus tetap patuh selama pemimpin tersebut tidak menyeru kepada perbuatan maksiat terhadap Allah,” tutur Suryadi.

Adapun statement dari ketiga nara sumber mengenai seorang pemimpin, menurut Rizka Rudiasyah, pemimpin adalah teladan dan kebijaksanaan. Sedangkan menurut Suryadi, pemimpin adalah ilmu dan ikhlas. Serta menurut Galih Kurniawan pemimpin adalah cinta dan amanah. (Heni Lestari, Sekretaris Umum Social Religius)1-3