Siswa SMP di Jawa Barat Cenderung Belum Mampu Berbahasa Inggris

Bandung, UPIendo

Pembelajaran bahasa Inggris dapat mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang tinggi jika pengembangan kurikulum dilakukan sebagaimana mestinya. SKL tinggi ditandai dari penguasaan kompetensi komunikatif sesuai yang diharapkan yang terlihat dari  keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

“Namun demikian, pada kenyataannya berdasarkan studi awal siswa SMP belum menunjukan kemampuan komunikasi bahasa Inggris sesuai dengan yang diharapkan,” kata Dr. Endo Kosasih, M.Pd. saat mempertahankan disertasi di depan sidang akademik Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Kamis (6/11/2014). Dengan disertasi berjudul, “Evaluasi Implementasi Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Inggris dalam Pencapaian Standar Kompetensi Lulusan (SKL) di Sekolah Menengah Pertama Berstandar Nasional di Jawa Barat”, Endo dinyatakan lulus dengan sangat memuaskan.

Diungkapkan,  hasil studi pendahuluan terhadap  38 orang guru bahasa  Inggris SMP di 14 kabupaten dan  kota di Jawa Barat sebagian besar  (55.3%)  siswa  memiliki kemampuan komunikasi bahasa Inggris yang rendah; 34.9% sedang; dan hanya 9.9% saja yang tinggi.  Dilihat dari hasil rata-rata UN tahun 2012 secara nasional yang sebagian besarnya menguji  keterampilan  membaca (reading skills) dalam SKL, mata pelajaran Bahasa Inggris menempati urutan terakhir dari empat mata pelajaran yang diujian-nasionalkan, yaitu: 6,80.  Sementara mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematik dan IPA rata-rata nilainya jauh berada di atas mata pelajaran Bahasa Inggris, yang masing masing mencapai nilai 8,02; 7,53; dan 7,54 (Pusat Penilaian Pendidikan, Balitbang Kemdikbud, 2012).DSC_0070

Menurut Endo, ketidakmampuan siswa di sekolah formal termasuk sekolah berstandar nasional untuk menunjukkan kemampuan berkomunikasi bahasa Inggris secara memadai sesuai dengan SKL, menandakan adanya  masalah  dalam efektivitas pembelajaran. Pembelajaran yang tidak efektif atau tidak mencapai SKL menandakan kurang atau tidak adanya efektivitas dalam pengembangan kurikulum. Keefektifan yang dimaksud dapat dilihat dari implementasinya.

Endo menjelaskan, berdasarkan temuan dan pembahasan penelitian, implementasi kurikulum mata pelajaran Bahasa Inggris di SMPN Berstandar Nasional di Jawa Barat dalam pencapaian standar kompetensi lulusan (SKL) menunjukkan, penerapan kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum dan upaya pencapaian SKL yang mencakup delapan standar pendidikan nasional berada pada kategori tinggi yang berarti sangat efektif.

“Namun demikian, terdapat beberapa hal dari sekian banyak unsur yang dievaluasi dalam penerapan standar proses pendidikan yang berpotensi menghambat pencapaian SKL yang tinggi,” kata dia.DSC_0088

Potensi hambatan tersebut, kata dia, pertama, berkenaan dengan prasyarat kegiatan pembelajaran yang menghendaki jumlah  siswa  maksimal untuk tiap rombongan belajar tidak lebih dari 32 orang. Kedua, perencanaan pembelajaran berupa silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang biasanya disusun untuk satu semester atau bahkan satu tahun ajaran tampak kurang membumi. Ketiga, minimnya pelaksanaan pengembangan profesi guru berupa pelatihan dan pendampingan guru membuat pengetahuan, keterampilan, dan sikap guru tidak mengalami  perkembangan  berarti.

Kualitas dokumen  kurikulum I dan dokumen II (Silabus  dan RPP) dalam upaya pencapaian SKL, kata Endo, secara umum tinggi yang berarti sangat baik. Kendatipun demikian, terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dokumen kurikulum lebih baik lagi yang  pada gilirannya dapat memengaruhi pencapaian SKL. Pertama, tujuan pengembangan KTSP di dokumen I hendaklah menyebutkan semua pihak yang memperoleh manfaat dari pengembangan KTSP tersebut. Kedua, visi dan misi sekolah harus menjadi acuan untuk  segala aktivitas  pendidikan di sekolah termasuk pendidikan berbasis keunggulan. Ketiga, tujuan pembelajaran pada  RPP  di  dokumen  II hendaklah memiliki pola yang jelas dengan unsur-unsur tujuan yang rinci.DSC_0087

“Kualitas penyusunan Perencanaan Pembelajaran dalam  upaya pencapaian Standar Kompetensi Kelulusan berada pada kategori tinggi yang berarti kualitasnya sangat baik. Namun demikian, sebagian guru mengandalkan pihak lain dalam menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Pengetahuan guru  tentang pendekatan, metode,  dan teknik  pembelajaran masih kurang karena terdapat kerancuan istilah dalam penyusunan perencanaan pembelajaran,” kata Endo selanjutnya.

Dikatakan, kegiatan belajar mengajar yang dikelola guru mata pelajaran Bahasa Inggris dalam upaya pencapaian SKL termasuk ke dalam kategori tinggi untuk pembelajaran kompetensi sosio-kultural, kompetensi linguistik, dan kompetensi wacana. Akan tetapi, pada pembelajaran kompetensi tindak bahasa dan kompetensi strategis termasuk dalam kategori sedang. Pemanfaatan sumber belajar oleh guru berada dalam kategori sedang.DSC_0098

Sementara itu, hasil belajar siswa menunjukkan, hanya kompetensi linguistik yang termasuk ke dalam kategori sedang, sementara kompetensi tindak bahasa,  kompetensi  sosio-kultural, kompetensi strategis dan kompetensi wacana serta pemanfaatan sumber belajar termasuk ke dalam kategori rendah. Dengan demikian, efektivitas kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris di SMPN Berstandar Nasional di Jawa Barat dalam pencapaian SKL cenderung rendah. (WAS/Dodi Angga)