Bedah Film KMGP: Mendalami Produksi Film Idealis

1-2Bandung, UPI

Di tengah kepungan industri perfilman, film idealis sesuai keinginan pemilik ceritanya sulit diwujudkan. “Setidaknya dua belas rumah produksi yang menawari novel saya untuk dibuat film, tapi saya menolak semuanya demi film yang menjadi tuntunan pemuda Indonesia,” tegas Helvy Tiana Rosa. Topik itulah yang medominasi diskusi dan bedah film Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP) Jumat (16/10/2015) di Gedung Achmas Sanusi UPI, Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung.

Acara ini diselenggarakan oleh bidang rohani Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Himikasi), bekerja sama dengan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI). Dalam bedah film ini, sekaligus menghadirkan penulis novel Ketika Mas Gagah Pergi, Helvy Tiara Rosa, serta pemain film Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP) turut hadir serta menjadi pembicara dalam acara tersebut.

“Film ini dibuat dengan konsep anak muda religius yang hype dan fun. Sehingga membawa nuansa berbeda dari film religius lainnya,” Tutur Helvy.1-1

Film yang diangkat dari novel ini berawal dari tugas karangan cerita pendek Helvy saat kuliah dahulu. Ia pun menekankan kepada peserta bahwa tidak menutup kemungkinan tugas kuliah yang ada saat ini menjadi karya yang luar biasa di masa depan. “Dengan begitu, kalian pun harus sungguh-sungguh dalam megerjakan tugas kuliah.” Tutur Helvy.

Program kerja bidang rohani ini tidak hanya mengangkat tema religi saja tetapi juga memberi bekal kepada peserta untuk dapat mengambil sisi lain dari sebuah film. Acara yang tidak hanya dihadiri oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi ini mendapat respon yang bagus. Terlihat dari banyaknya jumlah civitas akademik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang datang menghadiri bedah film ini.

Fuzi Fauziyyah selaku sekretaris panitia acara ini mengatakan bahwa tujuan diadakannya bedah film ini ialah menyiarkan kebaikan, yaitu berdakwah. Di era komunikasi, banyak sekali cara untuk menyampaikan suatu hal termasuk berdakwah, sehingga dapat dengan mudah diterima oleh semua kalangan.Di era krisis moral, acara bedah film yang bernuansakan islam seperti ini mengajarkan rasa cinta dan kepedulian terhadap sesama.

“Acara yang bukan hanya sekedar talkshow biasa ini seharusnya dapat menjadi program kerja tetap bidang rohani. Karena masyarakat dapat dengan mudah menerima syiar islam melalui dakwah yang dikemas sedemikian rupa” tutur Sarah salah seorang peserta bedah film Ketik Mas Gagah Pergi.

Helvy berharap dengan dakwah yang ia sajikan dalam bentuk film ini dapat membawa perubahan yang positif bagi pesertanya. Begitupun dengan film ini, karena keuntungan dari film ini akan disalurkan untuk berbagai bentuk program kemanusiaan. (Hira Yunita, Bidang Informasi Himikasi)