Menjaga Warisan Budaya Nama “Asep”

Bandung, UPI

“Salam Asep! Sumuhun abdi Asep!” seru setiap orang yang mengaku bernama Asep saat menghadiri Konferensi Asep Asep (KAA) di De’tuick, Bojongkoneng, Bandung, Minggu (25/10/2015). Acara yang diselenggarakan Paguyuban Asep sedunia ini, mengambil jargon Ti Asep, Ku Asep, Keur Dunia (Dari Asep, oleh Asep, untuk Dunia).

Asep Kambali, Ketua Paguyuban Asep Sedunia mengatakan, tujuan konferensi untuk menginventarisasi sejauh mana kekuatan yang dimilki para Asep. Mereka nantinya dapat saling membantu antara sesama Asep. “Paguyuban Asep sedunia sebagai wadah silaturahmi dan aktualisasi diri bagi para Asep.” ucapnya. Selain itu konperensi juga bertujuan untuk menumbuhkan sikap kepercayaan diri bagia para pemilik nama Asep. Serta melestarikan Asep secara nama dan Budaya.1-1

Asep Kambali menyatakan bahwa acara konferensi ini akan menjadi agenda tahunan Paguyuban Asep. Tidak hanya bertempat di Bandung ke depannya, tapi dapat dilaksanak di kota yang lain. Karena nama Asep bukan hanya milik orang Sunda, tapi juga ada yang berasal dari kota lain, seperti Tegal, Padang, dan Bali. “Saya punya teman asli Padang, namanya Noris Asep Fransiga,” ujar Asep Kambali.

Kambali menegaskan bahwa paguyuban Asep bukanlah grup primodialis yang hanya fokus pada satu suku. Nama Asep merupakan warisan budaya, jika tidak dijaga akan terlupakan kemudian hilang. Hal tersebutlah yang menjadi kekhawatiran para anggota Paguyuban Asep. (Nurul Nurjanah/Mahasiswa Ilmu Komunikasi, FPIPS, UPI)