Djamoe#5, Festival Seni Nan Eduhai

1-2FESTIVAL Djamoe#5 yang diselenggarakan Fakultas Pendidikan Seni dan Desain Universitas Pendidikan Indonesia (FPSD UPI) dilaksanakan selama tiga hari, Kamis (22/10/2015) hingga Sabtu (24/10/2015). Djamoe#5 ini pada mulanya merupakan kegiatan tahunan Himpunan Mahasiswa Seni Rupa (Himasra), namun setelah dua jurusan seni yang ada di UPI dipisahkan dari Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) menjadi FPSD, kemudian Festival Djamoe#5 “dijual” oleh Himasra kepada dua jurusan seni lain, yaitu Seni Musik dan Seni Tari dan kemudian dijadikan sebagai acara besar fakultas.

Nama Djamoe#5 ini sendiri berasal dari beberapa konten dalam acara ini, yang diibaratkan sebagai rempah-rempah dan diracik menjadi jamu. Selain itu, panitia ingin menjamu penonton dengan seni yang disajikan. Sedangkan #5 pada nama Djamoe merupakan festival seni ke-5 yang diadakan Himasra.

Selama empat acara sebelumnya, kegiatan ini hanya dibuka bagi kalangan mahasiswa UPI dan di acara kelima ini acara Djamoe#5 dibuka bagi kalangan umum dengan target 25.000 pengunjung selama tiga hari. Pada hari pertama, kegiatan Djamoe#5 berlangsung dengan sangat meriah dan jumlah penonton cukup banyak. “Saya sangat antusias mengikuti acara ini dan acara yang paling saya suka adalah video mapping Villa Isola. Karena, Villa Isola ini merupakan salah satu bangunan bersejarah yang ada di Bandung,” ungkap Reza mahasiswa Unikom.

”Festival ini bertujuan sebagai ajang perkenalan bagi dunia luar, bahwa UPI memiliki beberapa jurusan di bidang seni, selain itu sebagai ajang aktualisasi diri anak-anak seni di dunia social,” ujar Agung Bakti Persada, Ketua Panitia Acara Djamoe#5 ketika ditanya apa tujuan dari festival ini sendiri. “Saya mengharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat menjembatani komunikasi antar tiga jurusan yang berada di FPSD ini,” ujar ketua pelaksana yang akrab dipanggil Gobleh.

Acara yang dimulai dari pukul 10.00 WIB ini dibuka langsung oleh Prof. Furqon, P.hd, selaku Rektor UPI. Selain menampilkan hasil karya seni anak FPSD, dalam kegiatan ini pula diadakan seminar nasional sebagai unsur edukasi yang merupakan ciri khas UPI. Karena adanya unsur edukasi inilah, Djamoe#5 memiliki slogan “Seni Eduhai” yang merupakan gabungan dua kata, yaitu edu yang berarti edukasi dan hai yang berarti sapaan bagi orang-orang yang datang.

Berikut hasil wawancara Cindy Pratisca Siahaan, Desy Mariana Sagala, dan Grace Ruth Cecilia, mahasiswa Ilmu Komunikasi, FPIPS UPI dengan Agung Bhakti Persada selaku Ketua Pelaksana Djamoe#5:

Boleh jelasin dulu ngga apa itu acara Djamoe#5 ini?

Djamoe#5 ini sebenernya adalah festival pendidikan seni dan budaya. Ini merupakan acara yang kelima,yang pertama sampai yang keempat atas nama Himasra. Cuma karena kita bukan FPBS lagi acara ini dijadikan acara fakultas bersama jurusan seni musik dan seni tari.

Nama Djamoe#5 sendiri dipilihnya kenapa?

Nah kalo Djamoe#5 ini sebenarnya adalah merupakan ajang untuk eksistensi diri atau sebagai aktualisasi diri di medan sosial seni. Kita intinya mengeluarkan semua kesenian kita makanya kita “menjamu” temen-temen yang datang kesini.

Kalau maskotnya, bisa diceritain nggak kenapa dipilih Mas Ja dan Mba Mu?

Sebenernya itu adalah lucu-lucuan kita, sebagai ikon lucu-lucuan intinya.

Adakah arti khusus bagi mereka?

Nggak ada arti khusus sebenernya, tapi waktu Djamoe satu sampai empat logonya masih botol. Tapi kalau zaman sekarang, botol kan identiknya dengan miras, jadi logonya kita ganti jadi tumbukan jamu. Tumbukan jamu sendiri kita ibaratkan sebagai wadah dan enam konten dan banyak subkonten kita anggap sebagai rempah-rempah yang si jamu ini merupakan kesimpulan nama dari kita.

Berapa lama persiapan untuk acara Djamoe#5 ini?

Untuk waktu persiapannya sudah setahun.

Hambatan dan suka duka yang dialami selama persiapan apa saja?

Hambatan pasti selalu ada, terutama soal dana, apalagi ini acara mahasiswa. Tapi Alhamdulilah bisa ke-handle kalau masalah dana.

Awalnya yang kita dengar akan ada artis ibu kota di acara ini, tapi kemudian batal. Alasannya kenapa?

Ya wajarkan ya di sini kita sebagai EO memiliki banyak plan, mulai dari plan A sampai plan Z mungkin. Dan dari paln ini kita belum sanggup untuk mewujudkannya, mulai dari budgetingnya yang belum cukup sampai ke manajerialnya yang juga belum mampu mewujudkan sampai ke sana.1-1

Apa harapan ke depannya untuk acara Djamoe ini?

Harapannya acara ini sebagai sarana komunikasi antar tiga jurusan terus semoga ini menjadi metode yang baik sebagai wadah apresiasi seni bagi pelajar.

Kita juga mau tanya, ini lokasinya sengaja dipisah apa bagaimana ya?

Iya lokasi sengaja kita pisah. Cara ini kita lakukan untuk “mengaburkan” si apresiator yang hadir. Jadi si apresiator akan diam berjam-jam di titik yang dia suka.

Jadi dalam acara ini terdapat berapa titik?

Ada enam titik yang kita miliki saat ini

Titik lokasinya di mana saja?

Titik lokasinya ada di Taman Bareti, Dorm, parkiran atas, Partere, Amphiteater, dan di FPSD.

Rangkaian acara yang dimiliki apakah sekedar seni? Bukannya ada acara seminar?

Iya ada seminar nasional juga di auditorium FPBS lantai 4.

Jadi acara ini ada apa saja?

Ada seminar, workshop, pameran, performance art, konser edutaiment, lomba , dan banyak lagi yang semuanya berbau seni.

Berapa banyak jumlah panitia yang terlibat dalam acara ini?

Jumlah panitia sendiri ada dua ratus lebih panitia yang ikut terlibat.

Bagaimana akang bisa dipilih sebagai ketua panitia? Apakah karena Anda adalah ketua himpunan?

Bukan saya bukan kahim. Saya angkatan 2011 yang kebetulan memang dipilih sebagai ketua panitia dalam acara ini. Alasan pemilihannya adalah pencarian orang yang bisa memanage semuanya dengan baik, sehingga dipilihlah saya oleh anak-anak yang lain.

Kenapa acara ini akhirnya menjadi acara fakultas?

Awalnya acara ini cuma intern seni rupa aja, tapi kurang seru kalau yang mengalami kegembiraan ini hanya anak seni rupa yang kemudian kita jual ke anak seni musik dan seni tari, baru kemudian ke fakultas. Kan jamu sendiri identik dengan barang dagangan, jadi kenapa kita menjual acara ini supaya makin besar dan semakin banyak yang ikut “tanam saham” untuk acara ini.

Bagaimana dengan adanya stiker line yang dijual?

Stiker itu sebenernya adalah gimik. Pasti kan semua event harus ada gimiknya, ya aneh aja kan kalau nggak ada gimiknya. Maaf sebelumnya ya kalau menyinggung perasaan, kampus ini itu cenderung lupa sama gimiknya. Kaya misalnya kemarin kita adu tendem ke sponsor dari beberapa jurusan, kalau yang lain targetnya cuma 300 sampai 500, kalau kita targetnya sampai 25.000 pengunjung.

Jadi bagaimana cara dapat memenuhi target pengunjung tersebut?

Kita pakai sosmed sebagai ajang promosinya. Di sosmednya kita edanin dan kita geber terus selama 24 jam.

Buat acaranya sendiri apakah ditujukan buat UPI saja? Kalo media patnernya gimana?

Kita media patner banyak sekali yang dari luar karena acara ini memang ditujukan untuk luar kampus UPI. Karena di sini ada pameran internasional juga, tapi ya untuk peserta pamerannya sendiri berasal dari LKTK, atau lembaga tinggi yang menaungi kampus eks-IKIP yang memiliki jurusan seni.

Serangkaian acara ini berlangsung selama tiga hari, apakah ada tema khusus di tiap harinya?

Nggak kita digabungin aja. Kita emang karena konsepnya festival yang nggak mungkin satu hari, makanya berlangsung tiga hari. Kalau satu hari namanya fair kan.

Apa yang membedakan acara ini dengan pasar seni?

Cara ngebedainnya karena kita memasukkan konten edukasi ke dalamnya, seperti di slogan kami yaitu eduhai, di mana edu adalah edukasi dan hai adalah sapaan. Edukasi seni kita harus sapa lagi karena dirasakan saat ini gairahnya sedang menurun jadi kita menaikkan lagi akan kembali bergairah.

Kenapa Anda berani mengeluarkan acara besar seperti ini, yang di mana UPI sendiri hampir tidak ada acara besar seperti ini?

Berawal dari sedih aja melihat kampus kita yang tidak dikenal. Waktu itu teman saya mengikuti kompetisi seni dan karyanya berhasil masuk kurasi. Seharusnya kurator itu tahu asal kampus setiap peserta yang lolos, tapi kurator itu tidak tahu bahwa ada kampus UPI dan ada jurusan seni di sana. Yang lebih miris lagi saya lihat di instagram info bandung, ada orang Bandung yang tanya UPI itu di mana. Jadi saya harap melalui acara ini UPI dan jurusan seninya bisa lebih dikenal oleh masyarakat luas.