Kue Putu Begal, Kuliner Masa Kini

1-1TERKADANG kita sulit mencari tukang jualan kue putu yang saat ini sudah jarang ditemukan. Tetapi ketika tukang kue putu lewat di mana pun kita berada kita pasti tahu bahwa itu adalah tukang kue putu melalui suara khas yang keluar dari pipa untuk mengukus kue putu tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Bagus Pamasta Adjie “Kita Tidak Kemana-Mana Tapi Kita Ada Dimana-Mana”kalimat tersebut adalah untuk mewakili para tukang kue putu tradisional yang biasa berjualan keliling.

Bagus Pamasta Adjie adalah mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Management Resort and Leisure yang memulai usaha jualan kue putu yang dinamainya “Kue Putu Begal”tujuh bulan yang lalu bersama keempat rekannya yaitu Arif A. Putra, Genta Fajarudin, Damayanti Indah, dan Dendi Suhardiman. Usaha yang bertempat di Jalan Setiabudhi, Bandung (sebrang STPB Enhai) ini adalah usaha yang dirintis karena melihat peluang dibidang kuliner dan sekaligus ingin mengangkat makanan tradisional menjadi modern dan melestarikannya.1-2

Maka dari itu agar makanan tradisional ini menjadi trandia memodifikasi dengan menambahkan varian rasa yang saat ini digemari oleh banyak orang seperti green tea, red velvet, bubble gum, coffee latte, taro, original, dan rasa lainnya. Mengenai modal usaha, Kue Putu Begal ini juga telah mendapatkan suntikan biaya bisnis dari Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial sebesar Rp. 9.000.000 untuk mengembangkan usahanya.

Ide membuat usaha ini muncul pada kesukaannya makan kue putu, dan juga melihat usaha kuliner yang maju seperti kue cubit greentea, kue surabi dengan varian rasa dan lainnya, untuk itu Bagus mencoba membuat usaha kue putu begal.Arti kata begal ini sendiridiambil bukan dari sebutan sekelompok geng motor yang melakukan tindakan kejahatan yang ramai dibicarakan, namun begal adalah sebuah singkatan dari “Berani Gagal”. Nama itu juga yang memotivasi sang pemilik usaha agar dalam setiap kegiatan usaha, kita harus mampu dan siap menerima sebuah kegagalan. Apalagi untuk pemula yang belum tahu bagaimana perjalanan kedepannya.1-4

Dari awal kemunculannya yaitu pada tanggal 27 April 2015 hingga saat ini Bagus mengatakan dalam membangun usaha ini telah mengalami banyak susah maupun senang “Satu bulan pertama ada beberapa kendala seperti mulai membagi waktu untuk kuliah, usaha dan juga mengerjakan tugas-tugas, tapi pada bulan kedua semua itu dikelola sendiri oleh kita dari mulai pembelian bahan baku, pembuatan, hingga pemasaran” ungkap Bagus. “banyak kejadian-kejadian seperti ada beberapa barang yang hilang waktu mau dipake untuk jualan, gerobak yang terbalik, sampe ada preman yang memalak” lanjutnya.

Tetapi tak hanya duka, kesenangan pun hadir ketika tempat usahanya dikunjungi oleh seorang artis yaitu Ade Rai dan Vega Darwanti ”… yaa senangnya waktu bulan pertama jualan kue putu begal sudah ada artis yang datang untuk membeli, waktu itu kita kedatangan Ade Rai, ganyangka binaragawan seperti Ade Rai mau jajan dipinggir jalan seperti ini, terus baru-baru ini juga kita kedatangan Vega Darwanti co-host Bukan Empat Mata.Itu semua juga bisa terjadi karena kekuatan social media, dan mereka memang tau kue putu begal itu dari socmed” ujar Bagus Pamasta Adjie.1-5

Mengenai makanan tradisional penulis juga mewawancarai salah satu dosen jurusan Tata Boga Universitas Pendidikan Indonesiayaitu Dra. Atat Siti Nurani, M.Si yang berpendapat sangat mendukung ketika ada orang yang mau melestarikan makanan tradisional seperti kue putu namun tetap ada yang harus diperhatikan yaitu originalitas rasa dari makanan itu sendiri.

“kalau untuk kebutuhan komersil sah-sah saja kalau mau jualan kue putu seperti itu dengan modifikasi rasa yang mengikuti trend masa kini supaya tidak bosan dengan rasa atau bentuk yang seperti itu-itu saja tapi harus disediakan juga rasa asli dari kue putu tersebut agar tidak lupa dan menghilangkan rasa originalnya, dan supaya pembeli nanti taunya tidak hanya kue putu green tea, atau kue putu taro dan lainnya tetapi juga tahu bahwa rasa originalnya seperti itu.” Ujar Dra. Atat.

Dosen Tata Boga yang saat ini sedang melakukan penelitian mengenai makanan tradisional ini mengatakan bahwa tidak semua makanan dapat dimodifikasi rasa, tergantung hasil modifikasi dari makan tersebut disukai atau tidak oleh masyarakat, karena pasti selalu ada bayang-bayang dari rasa aslinya.1-3

Dengan usaha yang Bagus dirikan ia juga mengatakan bahwa ia tidak malu untuk berjualan kue putu begal di pinggir jalan, disamping statusnya saat ini yang masih mahasiswa semester lima di UPI. Malah dengan apa yang ia lakukan dan rekan-rekannya tersebut ia ingin menginspirasi mahasiswa lain agar mulai membuka pikiran mereka untuk melihat peluang-peluang usaha yang ada disekitar kita. Ada beberapa target terdekat saat ini yang ia harapkan yaitu, ia ingin membuat hak paten Kue Putu Begal bersama UPI, membuat asosiasi putu Indonesia dan sejauh ini baru 10 orang dibandung yang terjaring yang akan tergabung dalam asosiasi tersebut dan nantinya setelah asosiasi tersebut resmi terbentuk, semua tukang kue putu akan memakai seragam asosiasi tersebut sebagai tanda bahwa mereka sudah tergabung dan diakui.

Selanjutnya ia ingin menjadikan kue putu begal sebagai salah satu icon kuliner Kota Bandung berikutnya, ia juga berharap Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) untuk kue putu begal yang ia ajukan ke Dikti bisa tembus, dan terakhir ia ingin membuat Kue Putu Peduli yaitu salah satu program yang akan dilakukan dari pihak kue putu begal untuk mengajar yang sudah dilakukan beberapakali di salah satu rumah yatim di Jalan Cemara. Pada akhir perbincangan Bagus berpesan “hidup itu bukan hanya bekerja keras dalam sebuah keinginan, tapi hidup itu berpikir cerdas dalam menentukan sebuah pilihan”. (Erlin Herliyana/Mahasiswa Ilmu Komunikasi FPIPS UPI)