Muda, Potensial, dan Berpengaruh

1-2“Berikan aku seribu orang tua, maka aku akan mencabut pohon dari akarnya. Berikan aku sepuluh pemuda, maka aku akan mengguncangkan dunia.” – Soekarno. Begitu yang disampaikan sang proklamator besar Republik Indonesia tentang bagaimana berpengaruhnya peran pemuda untuk mencapai perubahan besar. Bukti nyatanya sering kita saksikan akhir-akhir ini bagaimana generasi muda bisa ‘berjaya’ di berbagai bidang. Pengusaha muda, aktivis muda, sarjana muda, hingga dokter muda. Semangat yang dimiliki para pemuda mungkin adalah alasan yang membuat mereka bisa berhasil dalam membawa suatu perubahan.

Berbicara pemuda dan perubahan, saat ini terdapat banyak isu lokal dan global yang memerlukan perhatian dari pemuda, tak terkecuali di Bandung. Sebagai kota yang memiliki populasi cukup banyak, yakni sekitar dua juta orang (menurut data BPS tahun 2013), tidak mungkin Bandung tidak terlepas dari permasalahan yang belum bisa diatasi. Seperti pendidikan yang belum merata, lingkungan yang belum terbebas dari polusi yang berpengaruh pada kesehatan masyarakat Bandung, dan lain sebagainya.

Dalam mengatasi berbagai masalah tersebut, peran pemuda sangat dibutuhkan untukmembangun sinergi dengan berbagai pihak. Dengan potensi yang dimilikinya, para pemuda bisa menjadi mitra pemerintah dalam melakukan pembangunan. Seperti yang dilakukan oleh AIESEC, sebuah organisasi kepemudaaan internasional yang ada di dunia salah satunya di Bandung. AIESEC merupakan akronim dari Association Internationale des étudiants en sciences économiques et commercialesatau Asosiasi Mahasiswa Sains dan Ekonomi Internasional yang berdiri sejak 1948. Seiring berjalannya waktu, organisasi ini tak hanya diperuntukkan bagi mahasiswa Ekonomi dan Sains saja, melainkan untuk semua mahasiswa.  Organisasi ini menjadi wadah bagi para pemuda untuk menggali dan mengembangkan potensi mereka agar dapat memberikan kontribusi yang positif untuk masyarakat. AIESEC yakin bahwa inti dari permasalahn semua isu-isu tersebut merupakan kepemimpinan dalam pemuda (youth leadership).

NET
NET

“Dengan mengembangkan kepemimpinan pada pemuda, AIESEC Bandung yakin permasalahan yang akan berkembang dengan zaman dapat teratasi oleh pemimpin-pemimpin handal yang mengetahui apa yang harus diubahnya. Bandung yang semakin lama akan semakin berkembang membutuhkan pemuda dan calon penerus yang mumpuni pula untuk menjadi solusi isu-isu lokal yang ada maupun isu global yang terus berkembang mengikuti perkembangan jaman.” begitu pendapat Nadia Risky Putri, Local Committee President (LCP) ofAIESEC Bandung mengenai pentingnya keberadaan AIESEC sebagai organisasi kepemudaan dan kepemimpinan di Bandung.

Menurut Nadia, AIESEC Bandung terus berkontribusi untuk memberikan peluang kepada para pemuda di Bandung untuk mendapatkan kesempatan cross cultural exchange dan pengembangan kepemimpinan (leadership development) secara praktikal di aktivitas operasional AIESEC. “Cross cultural exchange yang AIESEC lakukan berupa mengirimkan pemuda Bandung untuk melakukan volunteering dan internship ke 128 negara dan teritori di dunia, dan juga menerima pemuda mancanegara untuk melakukan volunteering atau internship di Bandung. Setiap tahunnya, rata-rata AIESEC Bandung melaksanakan kurang lebih 500 exchanges, dan merupakan kontributor pertukaran mahasiswa terbesar di AIESEC Indonesia.” ujar mahasiswi yang telah bergabung dengan AIESEC kurang lebih tiga tahun ini.

Setiap organisasi pasti memiliki impian dan tujuan yang ingin dicapai. Bagi AIESEC Bandung sendiri, impian tersebut adalah merangkul setiap pemuda di Bandung untuk merasakan kesempatan yang diberikan oleh AIESEC agar mereka dapat melihat dunia melalui perspektif yang lebih luas lagi sehingga mereka akan menjadi seorang memimpin yang mumpuni. Namun hal ini belum tercapai, sebab saat ini AIESEC Bandung baru berdiri di 6 universitas di Bandung, sedangkan terdapat puluhan universitas yang belum mengenal AIESEC Bandung sama sekali.

Selain itu, menurut Nadia, AIESEC Bandung merupakan satu dari 2 local chapter di Indonesia yang berbasiskan kota. Tidak seperti AIESEC di kota-kota di Indonesia yang pada umumnya berbasis Universitas, seperti AIESEC UI di Jakarta dan AIESEC Unhas di Makassar. “Maka dari itu, dukungan penuh dari pemerintah kota dan universitas sangat diperlukan agar tujuan AIESEC dalam menciptakan perdamaian dunia dapat terwujud di Bandung pula.”.

“Kendala terbesar yang sering di hadapi AIESEC Bandung dari sisi eksternal ada birokrasi. Sedangkan dari sisi internal, AIESEC Bandung mengalami kendala dalam pengelolaan sumber daya manusia dan keuangan dikarenakan AIESEC Bandung merupakan organisasi yang bersifat not-for profit.” lanjut Nadia, berbicara soal kendala yang dihadapi AIESEC Bandung

Pengembangan Diri

Sebagai organisasi dengan lingkup global, tentunya AIESEC memberikan global network yag sangat luas kepada anggotanya, yakni 128 negara dan teritori. AIESEC juga mengolah sumber dayanya, sistem, dan manajemen sendiri tanpa dibantu pihak dari luar AIESEC. Serta seluruh sistem ini diolah oleh pemuda berusia sekitar 18-30 tahun.

“Pengembangan yang di lakukan AIESEC kepada anggota-anggotanya bersifat practical, sehingga anggotanya dapat melakukan learning by doing yang dapat mengembangkan diri sendiri dan orang lain.”. Nadia menambahkan, AIESEC sangat mengedepankan prestasi (achievement), dan membuatnya berbeda dengan organisasi-organisasi lain yang biasanya menuntut anggotanya memiliki kemampuan atau knowledge tertentu.

Selama bergabung dengan AIESEC, Nadia menjadi lebih tahu dengan tujuan hidupnya. Ia merasa, AIESEC telah membuka mata Nadia terhadap isu-isu global dan lokal yang menjadikannya seorang masyarakat dunia (global citizen). “Saya juga menjadi sangat mengenali diri saya sendiri sehingga saya tahu bagaimana harus memposisikan diri saya di lingkungan sosial yang membuat saya lebih mudah untuk memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.” Paparnya.

Tak hanya bagi Nadia, pengembangan diri yang ditawarkan oleh AIESEC juga dirasakan oleh salah satu anggota AIESEC yaitu Arka. “Banyak pengembangan (development) yang aku dapet, banyak belajar, banyak reflect dan orang-orang di AIESEC (memberikan dampak) positif.” Ujarnya. “Development seperti mengatur waktu, mengatur emosi, kemampuan berkomunikasi, kerja sama tim, dan kepemimpinan, bagi diri aku sendiri maupun orang lain.” tambah mahasiswi Universitas Padjajaran tersebut ketika ditanya pengembangan apa saja yang ia dapat selama bergabung dengan AIESEC.

“Kalau nggak join AIESEC, mungkin aku akan fokus dengan akademik dan jadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang-kuliah-pulang). Hahaha.” tawa mahasiswi yang kini menjadi Talent Development ManagerAIESEC Bandung ini.

AIESEC hanyalah satu dari sekian gerakan kepemudaan di Bandung yang berusaha membawa perubahan baik tak hanya bagi Bandung, tapi juga bagi Indonesia dan dunia. Dengan memberi pengaruh positif dan memberdayakan masyarakat, peran pemuda akan menjadi tonggak perubahan di masa sekarang maupun masa depan. (Setianita Dyah Tsamara/Mahasiswa Ilmu Komunikasi FPIPS UPI)