Syakti P. Sriyansyah: Lulus Terbaik dengan Menjadi Mahasiswa Plus

S7MAHASISWA “Plus” adalah sosok makhluk unik yang memiliki segudang kesibukan –lebih tepatnya menyibukkan diri– (Plus organisasi, Plus kerja) dan seabrek tugas belajar yang kadang hampir terlewatkan. Bagi kaum mahasiswa jenis ini, tidak jarang waktu dan kesibukan menjadi alasan untuk tidak “total”dalam menyelesaikan tugas. Tapi, anehnya justru kadang “make perfect” dalam urusan kegiatan lainnya. Ya, meski tidak semuanya seperti itu, tapi namanya mahasiswa ya tetap mahasiswa.

Nah, untuk mengatasi alasan klasik ini, saya memiliki sedikit tips belajar sederhana dari pengalaman yang bisa dicoba kalau kalian termasuk seorang mahasiswa Plus,” kata Syakti P. Sriyansyah, lulusan terbaik Program Studi Magister (S2) Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Indonesia yang dikukuhkan pada Wisuda Gelombang III, di Gedung Kampus UPI Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung, Selasa dan Rabu (14-15/12/2015).S1

Sarjana (S1) lulusan Pendidikan Fisika Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat ini berdarah Jawa-Sasak dan beragama Islam. Ia gemar membaca, dan sesekali mendaki gunung. Minat risetnya adalah Educational research incognitive modeling of student understanding of physics.

Menjelaskan tentang kiatnya menjadi lulusan terbaik pada Wisuda Gelombang III/2015 ini, pemuda berusia 25 tahun berujar, luruskan niat. Segala sesuatu berawal dari niat, begitu juga belajar. Apa yang kita niatkan, itulah yang akan kita dapat setelah belajar. Jadi, luruskan niat sebelum belajar, untuk ibadah dan menuntut ilmu tentunya. Biar berkah! Satu lagi, selalu minta doa restu dari kedua orang tua.S2

“Tetapkan target dan skala prioritas. Karena mahasiswa Plus punya banyak agenda, maka sudah tentu harus diatur mana yang lebih dahulu diselesaikan. Yah, tetaplah berusaha menyusun skala prioritas meskipun kadang sulit untuk dijalani karena maklum mahasiswa “Plus” sering punya agenda mendadak dan kejar tayang pula. So, stay organized and remember “Studying” is number one!,” ujar Syakti P. Sriyansyah.

Ia menyarankan mahasiswa untuk mengabadikan segala sesuatu dalam catatan. Sebab, zaman sekarang memang serba canggih, sedikit-sedikit mahasiswa tinggal “jepret” atau Copy file, Sir!”. Padahal, salah satu alasan datang ke kelas yaitu ‘merekam’ isi kuliah di mana mencatat adalah cara terbaik. Bila perlu semua penjelasan dosen beserta titik komanya ada dalam tulisan mahasiswa, tidak peduli mau bagaimanapun rupa catatan itu. Karena, tidak semua materi ada di slide ppt. Sulit memang untuk menjadi “Noteworthy”, apalagi kalau sudah kebiasaan “jepret” atau “copy file, Sir!”. Biasanya hasil jepretan juga tidak dilihat dan ujung-ujungnya mengkopi puluhan lembar hand out saat akan ujian. Hanya untuk memberatkan isi tas atau “penenang” diri seperti kalimat “aal izz well”(Rancho’3 idiot’, 2009) bahwa ujian akan lancar dan open book.S3

“Fokus dan selesaikan pada satu waktu. The Power of Kepepet,” begitu kata Syakti menceritakan tipsnya agar menjadi lulusan terbaik. Ia lebih menekankan kepada gambaran agar mahasiswa tidak suka menunda pekerjaan. Kalau mahasiswa lebih memilih memfoto atau merekam isi perkuliahan dengan dalih untuk dicatat kembali di rumah, itu tidak efektif. Bukannya mahasiswa “Plus” biasanya punya banyak agenda, jadi berusahalah fokus dan menyelesaikan langsung pekerjaan dalam satu waktu. Ingat hindari do-overs dan all-nighters.

Dia mengingatkan mahasiswa untuk rajin membaca. Kalau yang ini, semua mahasiswa tahu dan setuju. Tapi, untuk mahasiswa “Plus” ada tips tambahan, yaitu keep a list of resources. Sebab, pemenang adalah orang yang tahu “senjata” apa yang ia butuhkan dan di mana mencarinya. Saat diberi tugas, tentu yang paling baik adalah segera menyelesaikannya. Kalau pun mesti ditunda sementara, pastikan telah kumpulkan daftar sumber bacaan dan seluruh bahan yang valid berkaitan dengan tugas kalian. Jadi, ketika mahasiswa harus menyelesaikan tugas last days–bukan last minutes, mahasiswa sudah punya sumbernya.S4

Belajarlah dari teman dan lingkungan, ujar Syakti P. Sriyansyah. Ini biasanya dengan membentuk kelompok belajar atau joint a community. Bagi Syakti, lebih sering belajar dari teman. Pasalnya, tiap teman memiliki kecerdasan masing-masing dan di situlah kesempatan untuk menimba pengetahuan dari mereka. Kejar setiap detail penjelasan yang mereka berikan mengenai suatu pengetahuan dan jangan mengabaikan setiap pertanyaan tentang ilmu pengetahuan atau materi kuliah yang mereka lontarkan.

“Meskipun saat itu kita tidak tahu jawabannya, jangan berhenti di situ. Simpan pertanyaan itu dan carilah jawabannya sampai dapat, meskipun harus bertanya secara personal kepada dosen di satu kesempatan. Ingat, teruslah mencari jawabannya sampai kalian bisa menjawab pertanyaan itu dengan jawaban yang sederhana. If you can’t explain it simply, you don’t understand it well enough. Itu kata AlbertEinstein. Intinya, keep studying anytime and anywhere,” kata Syakti.

Meski demikian, mahasiswa harus memiliki waktu privasinya. Maka, tetapkan private time. Sebagai mahasiswa banyak aktivitas itu wajar, namun kalian harus punya waktu khusus untuk diri kalian sendiri. “Beda lho, antara mahasiswa sibuk dan mahasiswa aktif-produktif. Private time bisa digunakan untuk belajar mandiri atau berkontemplasi,” ujar Syakti.S5

Evaluasi diri juga penting, katanya. Tentu evaluasi harus terus berjalan, kiranya memungkinkan do weekly review. Sejauh mana pencapaian dan apa saja kelemahannya, mahasiswa harus tahu. Agar mereka dapat terus berproses maju. Mengalir seperti air, tapi bukan berarti terbawa arus.

“Tips ini belum tentu semuanya ngefek karena tiap mahasiswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Tapi, seperti orang belajar naik sepeda, sambil mengayuh mencari keseimbangan dan menemukan gaya bersepeda sendiri,” ujar Syakti.

Mahasiswa harus terus berjalan sambil terus belajar mengkaji karakteristik diri.Mendapatkan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) tinggi dan menjadi yang terbaik tidak akan menjamin kesuksesan, tapi jelas tidak ada salahnya. “Setiap orang adalah insan terbaik bagi diri dan lingkungannya masing-masing. Hanya perlu melakukan yang terbaik, untuk tahu bahwa kita memang telah diciptakan menjadi yang terbaik. “Don’t think to be the best, just think to do the best,” kata Syakti. (WAS/Dodi)