Adang, Mengais Rezeki dari “Beban” di Pundak

Bandung, UPI1

Siapa yang ingin memiliki profesi sebagai pedagang buah pisang keliling? Berdagang dengan beban di pundak dengan usia yang sudah renta? Itulah pekerjaan yang sudah 20 tahun terakhir digeluti oleh Adang (75 tahun). Dalam seminggu, ia biasa menjual buah pisangnya selama tiga hari. Pisang yang didagangkannya pun merupakan buah milik orang lain, sehingga keuntungannya pun harus dibagi. Dengan menanggung buah pisang dipundaknya, ia berkeliling di sekitar kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung.

Beban di pundak yang ia tanggung harus ia jalani dengan penuh semangat dan keikhlasan. Pekerjaan ini tidak membuat Adang malu ataupun berkecil hati. Dengan menjual sesisir buah pisang ukuran sedang dibandrol dengan harga Rp 25.000 sedangkan satu sisir buah pisang besar dibandrol dengan harga Rp 40.000. Ia selalu tersenyum melayani pembelinya.

Selama 20 tahun berdagang ia sudah mengetahui berbagai  macam sifat dan sikap para pembelinya. Ada yang melakukan tawar menawar agar harganya dapat dipotong dan terkadang ada pembeli yang membeli buah pisangnya karena rasa simpati kemudian memberinya uang lebih.

Adang yang memiliki dua orang anak perempuan dan dua orang laki–laki ini asli orang Bandung dan tinggal di daerah Cihideung. Setelah selesai berdagang, ia menaiki angkutan kota untuk pulang ke rumahnya. Anak sulung sekarang sudah berkeluarga berusia 35 tahun dan anak bungsunya berusia 18 tahun. Keempat orang anaknya ini disekolahkan hingga lulus Sekolah Menengah Atas (SMA). Salah satu anaknya bekerja sebagai tukang bangunan. Walaupun memiliki 4 orang anak yang sudah dewasa, namun Adang tidak ingin merepotkan anak–anaknya. Selagi masih kuat menanggung dagangan buah pisangnya, ia tidak akan menyerah.

Adang di komplek kampus UPI adalah “guru” yang memberikan pelajaran kepada mahasiswa. Walaupun umur sudah renta, namun ia tidak menghalangi tetap bersemangat mencari nafkah yang halal. Apapun pekerjaan yang digeluti, dia memiliki rasa ikhlas dan sabar menjalaninya. Karena rezeki sudah Tuhan atur, manusia hanya perlu berusaha untuk mendapatkannya. (Leni Mardiani, Mahasiswa Ilmu Komunikasi FPIPS UPI)