Indonesia Belum Siap Hadapi AFTA 2015

Bandung, UPIDSC_0770

Kurang dari dua bulan lagi ASEAN Free Trade Area (AFTA) akan diberlakukan. AFTA adalah perdagangan bebas di mana sembilan negara yang termasuk anggota ASEAN telah menyepakati bahwa perdagangan bebas ini dimulai tahun 2015. Para kepala pemerintahan negara ASEAN menyepakati ini karena perekonomian akan meningkat. Diperkirakan, tahun 2020 ASEAN dapat melampaui pendapatan Jepang.

“Apakah Indonesia sudah siap menghadapi persaingan di pasar bebas? Dalam persiapan AFTA 2015, Indonesia menempati peringkat ke-4 terbawah dalam segi persiapan,” kata Alifia, Menteri Pendidikan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM Rema) Universitas Pendidikan Indonesia, di Kampus UPI Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung.

Menurut mahasiswa yang aktif dalam organisasi persiapan AFTA 2015 ini, Indonesia menghadapi 2015 belum siap. Karena pemerintah tidak serius membina masyarakat, terutama para pebisnis agar produk yang dihasilkannya dapat bersaing dengan produk asing. Alifia menegaskan, pendidikan adalah aspek utama dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Karena pendidikan yang baik menghasilkan tenaga kerja yang baik dan dapat bersaing dengan tenaga kerja dari luar negri.

AFTA, kata dia selanjutnya, sangat menguntungkan bagi negara yang benar-benar siap dalam pelaksanaannya. Jika Indonesia tidak siap dalam pelaksanaannya,bukan untung yang didapat tetapi buntung. Oleh karena itu, peran masyarakat, pemerintah, dan produsen sangat penting. Pemerintah harus mendukung penuh produsen, produsen harus memperbaiki kualitas barang agar mampu bersaing di pasar, dan masyarakat harus mencintai produk dalam negri agar pengusaha Indonesia tidak gulung tikar. Dengan persiapan yang matang dan dukungan dari berbagai pihak Indonesia dapat menjadi negri yang sukses di gelaran AFTA. (Rully Rahmayani, Mahasiswa Ilmu Komunikasi FPIPS UPI)