Mahfud, Menertibkan Sekaligus Menghibur

1

Bogor, UPI

Tubuhnya bergerak bagaikan penari, meskipun dilakukan di tengah ruas jalan Kota Bogor. Di perempatan Hotel Salak ia beraksi. Sesekali terdengar suara peluit yang ia tiupkan sembari terus awas. Sebuah pemandangan yang tak lazim dari seorang pengatur lalu lintas. Namun inilah cara ia bekerja, mengatur sambil memberikan sedikit bingkisan hiburan, disertai simpul senyum bagi siapa saja yang memandang.

Dialah Mahfud, tukang parkir yang memiliki penampilan berbeda dari tukang parkir lainnya. Ia biasa juga dipanggil Kang Mahfud. Selama 13 tahun ia lakoni pekerjaan sebagai relawan lalu lintas dengan gaya yang eksentrik. Maksud Mahfud sangat sederhana, pengendara kendaraan yang mumet, cemberut dan keras kepala ingin dibuatnya berubah. Bermodalkan gerakan seperti Kung Fu, pencak silat dan sedikit sukses membuat pengguna jalan tertawa.

Pria kelahiran 4 September 1972 ini memulai aksi yang tak biasa sejak pukul 08.00 pagi hingga 12.00 WIB. Seorang bapak yang mempunyai empat anak tersebut mendapatkan penghasilan Rp 20.000-30.000 dari para pengguna jalan yang merasa puas atas pelayanannya mengatur lalu lintas dengan tekknik unik dan menarik. Dari hasil keringatnya ia dapat mengumpulkan uang hingga Rp100.000 dalam sehari. Keramahan juru parkir seperti Mahfud ternyata membuahkan hasil yang cukup manis, karena tak jarang juga ia mendapatkan uang dengan nominal besar dari pengguna jalan.

Atas kegigihannya membantu melancarkan arus lalu lintas, beberapa penghargaan berhasil ia sabet. Seperti penghargaan Disiplin dan Tertib Lalu Lintas dari Pemerintah Kota Bogor tahun 2004 dan 2007. Sampai-sampai, ia pun diberikan seragam layaknya petugas pengatur lalu lintas sesungguhnya.

Merasa tak cukup dengan hanya menjadi relawan pengatur lalu lintas, Mahfud kini tengah merintis usaha kecil-kecilan dengan membuka warung gorengan di depan rumahnya di Desa Cijujung, Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor. Bersama sang istri ia mengisi pundi rezeki lain demi menghidupi keluarga. Sebelum berangkat Mahfud membantu istri bersiap menjajakan jualannya. Setelah itu ia melangkah memulai aktivitasnya sebagai juru parkir.

Mahfud sadar bahwa ia takkan selamanya menjadi juru parkir. Di usianya yang telah menginjak 38 ini ia bercita-cita memiliki toko. Bila dirinya berhenti menjadi juru parkir, ia bisa tetap menghidupi keluarganya dengan berdagang. Walaupun untuk sementara waktu pekerjaan sementaranya ini masih sanggup menghidupi empat buah hatinya.

Mahfud dan istri memiliki empat orang jagoan. Ada si sulung yang sekarang duduk di bangku SMK kelas 11, jagoan keduanya duduk di bangku SMP kelas 9, jagoan ketiga tengah duduk di bangku SD kelas 5, dan si bontot yang duduk di bangku SD kelas 3. Keempatnya adalah anugerah bagi Mahfud yang tak ternilai harganya. Warisan kehidupannya bersama sang istri tercinta.

Mahfud berharap, ketika anak-anaknya besar, tak sedikitpun terlintas di benaknya jika jagoannya nanti sampai mengikuti jejaknya menjadi polisi cepe. Mahfud mengidamkan, kelak mereka merasakan pendidikan tinggi hingga mendapatkan gelar sarjana dan memiliki pekerjaan yang lebih baik dari dirinya. (Shabila Hidayati, Mahasiswa Ilmu Komunikasi FPIPS UPI)