Pancasila Dapat Mengeliminir Konflik

PIC-00001

Bandung, UPI

Dosen Madya Seskoad Kolonel CZI Drs. Burlian Sjafei mengemukakan, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Pancasila yang di dalamnya terdapat nilai budaya bangsa Indonesia diharapkan mampu mengeliminir konflik bila kita memahami esensinya, filosofinya, dan maknanya. Nilai budaya yang ada berfungsi sebagai perekat.

“Ekonomi dan pembangunan tidak bisa menjadi perekat, peraturan agama tidak mampu, syariah agama pun tidak bisa, sementara kekuatan budaya dapat menjadi perekat yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya karena bisa lintas budaya dan lintas sektoral,” katanya dalam seminar pendidikan nasional, Rabu (19/11/2014), di Auditorium Lantai V Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung.

Dikemukakan, sesungguhnya Pancasila adalah intisari atau saripati budaya. Lima butir Pancasila merupakan kumpulan berbagai macam adat istiadat yang berasal dari seluruh pelosok Indonesia. Pancasila adalah senjata ampuh bangsa Indonesia yang terdiri atas kekayaan alam dan jati diri.

Kolonel Burlian mengangkat tema ”Garudaku” dalam presentasinya. Dikatakannya,”Bagaimana cara mengalahkan diri sendiri?” Strateginya adalah dengan mengobarkan semangat nasionalisme contohnya melalui Sumpah Pemuda, kemudian tahu akan sejarah agama/moral komponen bangsa budaya, memiliki pengetahuan tentang wawasan bangsa dari ideologi atau karakter yang menghasilkan pertahanan nasional/asta gatra.”

Rongrongan dan ancaman di era saat ini telah merubah karakter masyarakat yang tadinya gemar gotong royong menjadi acuh, musyawarah mufakat hilang, dan munculnya gerakan terorisme. Apakah masih bisa diselamatkan? tanyanya.

“Aku adalah perubahan, aku adalah iman, aku adalah cinta,  akulah harapan. Harapanlah yang akan membangkitkan kita dari keterpurukan. Jadi, jagalah harapan itu,” katanya.

Alur menuju Indonesia jaya dimulai dengan manusianya yang mengenal sejarah, sehingga membentuk karakter, memperluas pengetahuan tentang wawasan Nusantara, sehingga menciptakan pertahanan nasional dan akhirnya menjadi tunas bangsa.

Tujuan sejarah itu sendiri adalah untuk membentuk jati diri edukatif, inspiratif, rekreatif supaya manusia tahu dan kenal akan diri lingkungan dan kehidupan bangsanya, dan karakter bangsa Indonesia adalah garuda Pancasila.

Garuda ditakuti oleh ular, ular merupakan simbol ketamakan/iblis. Proses bangsa Indonesia menjadi Garuda dimulai dari diri. Mengenal diri sama dengan mengenal Tuhan untuk instrospeksi diri. Mengenal lingkungan melalui lima sila Pancasila, mengenal karakter (Pancasila), dan mengenal kepahlawanan nasional. Cinta tanah air dilakukan dengan melaksanakan amanah dengan jujur dan benar.

Seminar ini diselenggarakan oleh Forum Komunikasi mahasiswa SPs UPI yang menghadirkan Wali Kota Bandung yang diwakili Kadispora Kota Bandung, Dosen Madya Seskoad Kolonel CZI Drs. Burlian Sjafei, dan Dosen SPs UPI Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si., yang membahas tentang “Peranan Pendidikan Dalam Membina Karakter Generasi Muda”.

Dalam kesempatan yang sama, Kadispora Kota Bandung Edi mengatakan,”Indonesia dilirik, diperhatikan, dan disegani apabila kemiskinan dan kebodohan sudah dihilangkan, Angkatan Bersenjata/TNI harus kuat guna melindungi negara, TNI bersatu dengan rakyatnya. NKRI akan hancur bila TNI dipisahkan dari rakyatnya hal ini berdasarkan historisnya bahwa TNI adalah garda terdepan, disamping itu pemudanya harus memiliki pendidikan yang baik, idealisme generasi muda dalam mencintai negaranya. Karakter pemuda erat kaitannya dengan idealisme cinta tanah air. (Dodiangga)