Kota Sukabumi Sukses Selenggarakan UN 2016

1

Sukabumi, UPI

Wakil Rektor Bidang Keuangan, Sumber Daya dan Administrasi Umum (Warek KSDAU) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Dr. H. Edi Suryadi, M.Si., didampingi tim pemantau UN dari UPI Dr. Joni Rahmat Pramudia, M.Si., dan Dra. Sudewi, M.Si., serta Kepala Dinas Pendidikan Kota Sukabumi Drs. H. Dudi Fathul Jawad, M.Pd., meninjau penyelenggaraan Ujian Nasional (UN) dan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tingkat SMA/MA/SMK Tahun 2016 di Dinas Pendidikan Kota Sukabumi, Rabu (6/04/2016).

”Alhamdulillah, penyelenggaraan UN tahun ini berjalan dengan baik, tidak ditemui permasalahan yang mengganggu pelaksanaan ujian. Ini sangat luar biasa, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh stake holder yang terlibat, seperti Kepala Dinas Pendidikan Kota Sukabumi dan jajarannya, aparat Kepolisian, tim pemantau dari UPI dan lainnya,” kata Warek.

Khusus kepada tim pemantau UN dari UPI, katanya, pihak universitas mengucapkan terimas kasih karena telah melaksanakan tugasnya dengan baik, berdedikasi dan penuh tanggung jawab terhadap kemajuan pendidikan khususnya di Jawa Barat. Tentunya tugas ini bukan perkara mudah, sangat berat karena menyangkut masa depan anak-anak Indonesia.3

Dijelaskannya,“Setelah melihat kondisi di lapangan dan mendengarkan laporan tim, Kami berharap, penyelenggaraan UN di tahun mendatang bisa sepenuhnya menggukanan sistem UNBK atau Computer Based Test (CBT) yaitu ujian yang diselenggarakan dengan menggunakan komputer.  CBT merupakan sebuah instrumen ujian di masa depan, sangat bagus untuk dikembangkan sesuai dengan kemajuan teknologi, karena dunia pendidikan harus mengikuti perkembangan jaman. Saya sangat mengggaris bawahi, CBT ini tidak hanya UN saja, namun dapat diterapkan ke seluruh aspek,” paparnya.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pendidikan Kota Sukabumi Drs. H. Dudi Fathul Jawad, M.Pd., menjelaskan,”Penyelenggaraan UN tahun ini lebih baik karena menggunakan sistem CBT. Insya Allah di tahun mendatang, Kota Sukabumi ditargetkan 80% sudah menggunakan sistem ini. UNBK lebih praktis, anak didik menjadi lebih fokus, tumbuhnya rasa percaya diri, karena anak disibukan dengan pekerjaan sendiri. Pada umumnya, UNBK sangat layak dipergunakan sebagai alat evaluasi di masa mendatang.”

Mulanya ada pemahaman yang salah dikalangan sekolah, katanya, CBT dianggapnya seperti tes TOEFL, bila salah tidak bisa dikoreksi, nyatanya CBT bisa dikoreksi. Terlepas dari pro kontra, ada harapan besar terhadap ujian dengan sistem CBT/UNBK ini. CBT membentuk karakter anak menjadi jujur tidak lagi berbohong atau menyontek, oknum guru tidak lagi menghalalkan segala cara agar anak didiknya lulus ujian. Lulus tidaknya anak didik memang berdampak pada reputasi sekolah, namun kecenderungan dengan sistem CBT, kualitas dan kemampuan anak lebih terjamin orisinalitannya.

2“Sekolah terkendala pada kondisi sarana dan prasarana yang kurang memadai. Atensi pemerintah terhadap pendidikan diharapkan lebih besar lagi. Mayoritas siswa sudah bisa mengoperasikan komputer, namun ada beberapa sekolah belum memiliki  kemampuan untuk menyediakan komputer. Kami berharap ada anak didik kami yang melanjutkan pendidikan tingginya ke UPI karena di UPI diyakini memiliki sifat disiplin/Ketepatan, metodologi pendidikan yang berkualitas, tawadhu, berkarakter,” ujarnya.

Tim Pemantau UN untuk wilayah Kota Sukabumi dari UPI Dr. Joni Rahmat Pramudia, M.Si., dalam laporannya mengatakan,”Keterlibatan UPI di UN 2016 hanya sebagai pemantau di level kabupaten/kota saja, tidak terlibat hingga ke satuan-satuan, jadi tugasnya hanya mengawasi kehadiran naskah soal, distribusi ke titik simpan terakhir (TST), kemudian distribusi dari TST ke sekolah-sekolah, dan juga memantau lembar jawaban ujian nasional (LJUN) sampai pemberangkatannya ke pemindaian di UPI. Setiap kabupaten/kota diwakili oleh dua orang, dan untuk elayah Kota Sukabumi hanya terdapat satu TST.”

Dijelaskannya, pemantauan di titik beratkan pada Paper Based Test (PBT) saja, sedangkan CBT tidak menjadi bagian kewenangan pemantauan, tapi tetap kita lakukan pantau juga. PBT adalah ujian yang diselenggarakan secara tertulis dan menggunakan kertas. Tim diminta untuk melaporkan kegiatan setiap hari-nya  tentang pelaksanaan UN secara keseluruhan khususnya terkait absensi, keamanan, dan keberlangsungan UN. Pelaksanaan UN di Kota Sukabumi terbagi dalam 7 kecamatan, dengan jumlah peserta sebanyak 6.689 orang dari SMA/K dan MA tapi yang tidak hadir 2 orang, untuk yang Paket C sebanyak 381 orang. Perinciannya, peserta CBT sebanyak 2990 orang (4 SMA, 1 MA, 7 SMK ), peserta PBT sebanyak 3699 orang (15 SMA, 4 MA, 30 SMK), terbagi dalam 2 dan 3 sift.

“Tugas pokok tim pemantau yaitu melihat secara detil semua kegiatan perencanaan awal UN, melihat proses pelaksanaannya, mencatat permasalahan yang terjadi di lapangan, serta mencatat solusi dan memberikan rekomedasi ke panitia pusat. Kondisi UN di Kota Sukabumi bisa dikatakan lancar, ada soal yang tertukar namun bisa diatasi segera, kesalahan soal tidak ada, alokasi waktu tidak bermasalah, distribusi LJUN lancar, namun perhatian lebih ditujukan pada pelaksanaan UN Paket C, karena mulainya pukul 14.00 hingga 20.00 WIB, sehingga LJUN baru bisa dikirim pada pukul 21.00 WIB,” ungkapnya.

Pemantauan dilakukan karena kita belum yakin penyelenggaraan UN sepenuhnya jujur, khususnya di PBT, kalau CBT diyakini jujur, karena dalam display komputer hanya muncul satu soal/display, bisa mengulang ke soal sebelumnya ketika sudah selesai di nomor akhir. CBT membuat siswa lebih fokus dan kecenderungan soal lebih variatif. Sebaliknya pada PBT masih sangat mungkin terjadi kecurangan. Esensi pemantauan ada di TST yaitu dalam proses pengelolaan naskah soal dan LJUN, unsur kepolisian pun dilibatkan. Sejauh ini tidak ada pelanggaran berat. UN sekarang tidak sacral, positifnya siswa menjadi lebih rileks, dan stake holder yang terkait lebih kooperatif.

“Penyelenggaraan UN tahun ini di Kota Sukabumi dapat disimpulkan dalam kondisi aman, lancar, terkendali, tidak ada keributan tentang soal  yang terlambat, soal sudah tiba tepat waktu. Soal untuk CBT dikirim bersamaan dengan PBT hanya saja tidak bisa dibuka, karena password dikirim H-1 kepada proktor untuk admin satuan, sementara password kepada siswa diberikan 1 jam menjelang ujian. Pengguna CBT di Kota Sukabumi sebanyak 30%,” paparnya.4

Sejatinya, kami memandang ujian menggunakan sistem CBT lebih bagus, jelasnya, dengan CBT kejujuran lebih terjamin, namun dampaknya pada penurunan rata-rata perolehan hasil UN, namun perlu ada kajian lebih mendalam terkait hal tersebut, karena belum tentu hasilnya 100% seperti itu, tergantung kondisi sekolah, tapi dari segi efisiensi, CBT sangat simpel tidak ribet. Kalau siswanya pintar ya pasti akan memperoleh hasil maksimal, CBT adalah jaminan terhadap peningkatan mutu siswa.

“Secara keseluruhan penyelenggaraan CBT/UNBK cukup bagus, panitia punya integritas tinggi. CBT dapat menjadi andalan, dan kecenderungan sekolah yang belum menggunakan sistem CBT akan mengusahakan untuk menggunakannya di tahun mendatang. Yang menjadi catatan adalah pasokan listrik, sementara untuk server dapat diatasi,” pungkasnya. (Dodiangga)