Menikmati Indahnya Pantai Santolo dan Sayang Heulang

Garut, UPI

Garut dikenal dengan dodol dan domba Garut. Tidak banyak yang tahu Garut memiliki pesona alam yang indah. Salah satunya di Garut Selatan terdapat Pantai Santolo, pantai selatan ini menawarkan embusan ombak yang menantang dan pasir coklatnya yang menggoda. Perencanaan perjalanan kami mencapai pantai seksi ini terbilang cepat dan mendadak.

Kamis kami memutuskan menghabiskan hari libur kuliah. Rute perjalanan dan anggaran biaya kami bahas secara seksama. Pada Sabtu, 15 November kami bergegas pukul 06.00 WIB dengan mengendarai sepeda motor. Kami tiba di alun-alun kota Garut pukul 08.00 WIB. Kami sejenak beristirahat dan sarapan sambil menikmati perkumpulan ramai di alun-alun Kota Garut. Akhirnya, pada pukul 09.00 pagi kami melanjutkan perjalanan. Perjalanan selanjutnya menghabiskan waktu selam tiga jam untuk sampai di Pamempeuk. Di awal perjalanan menanjak bukit, kami tertegun melihat keindahan alam yang luar biasa. Hamparan bukit dan kebun teh membentang dengan sangat indah, membuat kami sadar akan kebesaran Sang Pencipta alam.

Perjalanan selanjutnya memiliki cerita yang berbeda, sebelum tiba di Pameungpeuk kami melewati Gunung Gelap. Sebenarnya Gunung Gelap ini hanyalah bukit yang menyerupai gunung. Seperti namanya Gunung Gelap memiliki kabut yang tebal sehingga membatasi jarak pandang kami. Belum lagi gerimis hujan sepanjang perjalanan di bukit dan rute perjalanan yang sangat ekstrem yaitu jalan yang berkelok-kelok dan tepat di pinnggir jalan merupakan jurang dengan pembatas yang minim.1

Semangat kami kembali menggebu saat sampai di bawah bukit. Hujan pun telah reda dan hawa panas pantai telah kami rasakan. Aliran sungai yang bermuara di pantai memacu semangat kami segera tiba di tempat tujuan kami, Pantai Santolo. Tepat pukul 12.00 WIB kami tiba di Pamungpeuk dan kami dijemput pegawai penginapan Karang Laut yang telah kami booking sebelumnya dengan harga Rp 150.00/kamarnya. Tidak memakan waktu lama, kami segera tiba di Pantai Santolo. Setelah bersiap-siap kami segera berbegas untuk bermain air, sebelumnya tak lupa kami berfoto-foto dengan berbagai pose untuk mengabadikan pesona Pantai Santolo.

Hamaparan pasir coklat dan deru ombak yang menantang membuat kami semakin merasa gemas dengan pantai di Garut Selatan ini. Kami menikamati embusan angin, desiran pasir yang lembut dan ombak yang mengguyur. Sun set-nya pun tak kalah indah dengan pantai lainnya, maskipun matahari bersembunyi di balik awan, tetap saja sun set indah nya mampu memanjakan mata kami.

Pada malam hari kami menyantap makan malam seafood di pinggir pantai. Cumi dan kangkung serta nasi sebakul membuat kami benar-benar hanyut dalam suasana liburan kami kali ini. Kami mengocek biaya Rp 25.000/orang membayar hidangan ini. Sehabis makan kami mengahabiskan waktu dengan  sekadar bercerita mengenai rencana perjalanan kami yang sangat mendadak tanpa persiapan yang matang. Perjalana pagi hingga siang hari tadi yang sangat menantang dari jarak  yang sangat jauh, waktu tempuh perjalanan yang lama dan rute perjalanan yang terbilang ekstrem.

Dipagi harinya, kami ditemani Pandi sebagai penjaga penginapan, pergi ke pasar bersama untuk membeli ikan segar di pelelangan. Kami membeli satu kilogram ikan dengan harga Rp 30.000 yang terdiri atas 6 potong ikan. Pandi membantu kami menyiapkan  segala bahan untuk mebakar ikan, memasak nasi hangat dan sambal tomat. Pagi itu, momen yang akan selalu kami kenang, makan ikan bakar bersama di pinggir Pantai Santolo.

Sehabis makan kami berbegas menuju Pantai Sayang Heulang yang berjarak 20 menit mengendarai sepeda motor dari Pantai Santolo. Setibanya kami menyaksikan ombak yang lebih kencang dari Pantai Santolo. Tidak hanya itu kami dapat menjelajah ke sisi laut, karena terdapat banyak karang di bibir pantai yang mencapai sisi laut. Ombak terbentur kencang dengan karang di sisi bibir laut sehingga kami dapat berjalan mendekati ombak. Kami kembali mengabadikan foto bersama di pantai yang berombak besar dengan karang-karangnya yang menggoda kami untuk mencapai sisi ujung laut.

Tepat pukul 12.00 pagi kami berpamit pulang dengan Pandi. Satu hal yang kami sangat apresisasi dari penginapan ini adalah pelayan prima dari Pandi yang selalu membantu dalam memenuhi segala kebutuhan kami. Kami sangat terkesan dengan kebaikan hati Pandi yang membantu kami dengan ramah dan tulus. Akhirnya, tiba waktunya bagi kami untuk mengucapkan salam perpisahan pada Pantai Santolo.

Kami tak menyangka perjalanan pulang kami jauh lebih menantang dengan hujan yang lebih deras. Lantunan doa kami panjatkan di sela perjalanan untuk keselamatan kami kembali pulang ke rumah. Melewati Gunung Gelap kembali dengan hujan yang lebih deras menjadi cerita tak terlupakan bagi kami. Pada pukul 16.00 kami tiba di alun–alun Kota Garut. Kami beristirahat dan mengisi perut yang kosong dengan nasi soto hangat di pintu masuk alun-alun.

Pada pukul 17.00 kami melanjutkan perjalanan, ternyata perjalanan harus terasa melelahkan saat sisa tenag kami justru terjebak dalam kemacetan yang cukup panjang di Kota Garut. Kemacatetan  berakhir saat tiba di perbatasan Garut. Pada Pukul 21.00 kami tiba di Universitas Pendidikan Indonesia.

Ucapan syukur kami panjatkan atas keselamatan dan kesempatan bagi kami menikamati Pantai Santolo dan Sayang Heulang. Kami tertawa kecil bersama di tengah keletihan yang kami rasakan, bagaimana tidak perjalanan panjang yang kami lalui dengan tubuh yang basah kuyup. Namun kami merasa senang dan puas kami mampu mencapai pantai indah di Garut, Pantai Santolo dan Pantai Sayang Heulang memberikan cerita baru bagi kami. Dan kami siap untuk melanjutkan dan menjalankan misi selanjutnya, menggali kembali pesona alam Indonesia yang sangat luar biasa. (Nurjannah, Mahasiswa Ilmu Komunikasi FPIPS UPI)