KBRI Singapura-UPI Jajaki Kerjasama

a

Bandung,UPI

 

Program Pengalaman Lapangan atau PPL tidak terbatas di dalam negeri saja, kini bisa dilakukan di luar negeri. FPBS dan FPMIPA UPI telah memulainya sejak beberapa waktu lalu di Singapura. PPL merupakan media pembelajaran yang diperuntukan bagi mahasiswa calon guru untuk menjadi guru yang profesional. UPI dan KBRI Singapura sudah menjalin kerjasama sebelumnya, namun kini akan dikuatkan dengan sebuah MoU.

 

Hal ini terungkap ketika delegasi dari KBRI Singapura melakukan lawatan ke UPI terkait persiapan MoU tentang PPL Kependidikan di Singapura, Selasa (30/9/2014), di Ruang rapat Partere Bumi Siliwangi, UPI.

 

Yang sedang berjalan saat ini sudah ada beberapa mahasiswa, diantaranya 1 dari Pendidikan fisika, 1 dari Pendidikan Biologi, dan 2 Pendidikan Matematika FPMIPA, serta 3 dari Pendidikan Seni Musik FPBS. Departemen Seni Musik akan segera merambah Kuala Lumpur, Kinabalu Malaysia dan Jepang, mereka melakukan PPL sambil melakukan penelitian skripsi.

 

Rektor UPI Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd., secara resmi menerima kunjungan Wakil Kepala Perwakilan RI Ridwan Hassan dan Minister conselor (Fungsi Penerangan, Sosial, dan Budaya) Simon D.I. Soekarno.

 

Dikatakan Rektor,”Bila ini terealisasi (MoU), maka ini merupakan hal yang pertama terjadi dimana KBRI melakukan kolaborasi dengan Universitas, ini bisa menjadi model dimasa mendatang”.

 

Kerja sama ini akan dikukuhkan melalui sebuah MoU. UPI mengapresiasi terhadap KBRI Singapura yang telah memfasilitasi mahasiswa UPI untuk PPL di sekolah-sekolah di Singapura. Hal ini akan berdampak positif terhadap internasionalisasi UPI dengan melembagakan kegiatan ini, paparnya.

 

Dijelaskan,”Nanti pada saat penandatanganan MoU, Duta Besar Luar Biasa KBRI Singapura juga akan di dapuk untuk memberikan kuliah umum yang direncanakan Senin, 13 Oktober 2014, pkl 09.30 di Sekolah Pascasarjana UPI”.

 

Wakil Kepala Perwakilan RI Ridwan Hassan dalam kesempatan tersebut mengatakan,”Salah satu komponen terbesar di Singapura adalah pelajar, disamping lainnya (pekerja profesional). Segmen yang menarik adalah pelajar, yang terus bertumbuh setiap tahunnya”.

 

Ada tantangan terkait pendidikan di sana, ternyata untuk menangani bidang pendidikan tidak cukup dilakukan oleh sebuah lembaga saja, tetapi kita membutuhkan akademisi, ujarnya.

Singapura merupakan salah satu negara yang memiliki Singapore International School atau SIS yang dihuni oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Tantangannya adalah legalistic, sekolah harus berbadan hukum, secara fisik harus menyewa lahan dalam jangka waktu yang panjang.

Dijelaskan,”Proses belajar mengajar ini dianggap penting oleh KBRI Singapura. Figur akademisi yang lengkap sangat dibutuhkan untuk menguatkan budaya dan agama (Anak PPL sering diminta untuk menjadi imam sholat berjamaah). Budaya menjadi organ yang sangat penting bagi KBRI. Ini merupakan lahan kerja sama yang baik. Seting dan budaya yang spesifik. Kiprah PPL akan dilebarkan diluar SIS, seperti P3K (kursus-kursus), tenaga pengajar bagi PIRT, Cocking class dan lain sebagainya”.

bModel PPL ini sebagai kerjasama percontohan. Memberikan materi keindonesian di lokasi/sekolah-sekolah yang ada komunitas Indonesianya. Anak-anak PPL kami libatkan juga di local School, seperti di KIMS Koleg Islam muhammadiyah Singapura. Terjadnya tetesan air mata saat program berakhir mengindikasikan terdapat kedekatan antara kita (PPL) dengan lingkungan sekitar, ujar Minister conselor Simon D.I. Soekarno.

Yang sedang berjalan saat ini ada beberapa mahasiswa, diantaranya 1 dari Pendidikan fisika, 1 dari Pendidikan Biologi, dan 2 Pendidikan Matematika FPMIPA, serta 3 dari Pendidikan Seni Musik FPBS. Departemen Seni Musik akan segera merambah Kuala Lumpur, Kinabalu Malaysia dan Jepang, mereka melakukan PPL sambil melakukan penelitian skripsi. (Dodiangga)