Ajat Suhendar, Sang Penjaga Keamanan di Kampus UPI

Bandung, UPI1

Di saat mentari masih enggan menyinari bumi yang terselimuti rasa dingin, dia telah bersiap menyambutnya. Berseragam putih dan mengenakan topi, dia berjalan menuju “medan pertempuran”. Sebuah pluit yang sedari tadi tersimpan rapi di saku baju sebelah kiri, kini telah tertanam di mulutnya. Dengan sigap dia menggerakkan kedua tangannya guna mengatur lalu lintas dan menolong sesamanya. Dia adalah sang penjaga.

Tidak banyak yang memperhatikannya selama ini. Banyak pula yang mengacuhkan atau bahkan memandang rendah mereka. Padahal mereka melakukan tugas yang sungguh mulia, menjaga dan melayani masyarakat. Ya, begitulah hidup sang penjaga atau yang lebih dikenal dengan sebutan satuan pengamanan (Satpam) ini.

Namanya Ajat Suhendar. Salah satu di antara puluhan penjaga di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Pria tinggi ini telah menjadi satpam di UPI dari tahun 2001 sampai saat ini. Dan memiliki begitu banyak cerita manis-pahit selama menjadi bagian dari sang penjaga UPI.2

Menjadi satpam yang baik bukanlah hal yang mudah. Sebelum secara resmi menjadi satpam, dibutuhkan kerja keras dan beberapa pelatihan fisik. Seorang satpam pun harus mengetahui dan menjalankan tugas pokok dan fungsinya dengan baik. “Turjawali”. Itulah tugas pokok dan fungsi seorang satpam. Hal itu merupakan kependekan dari pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli yang kesemuanya menjadi tanggung jawab penuh bagi mereka sang penjaga.

Bersama kedua temannya, Ajat menghabiskan waktunya siang itu. Sungguh siang yang teramat panas. Untunglah, Ajat bertugas di pos tiket mobil yang bagaikan oase di tengah kegersangan. Candaan serta gelak tawa seakan mendinginkan suasana siang itu. Ajat pun teringat pengalaman buruknya saat selama menjadi seorang satpam di UPI. Saat itu, dirinya masih bekerja di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Terjadi kebakaran di ruang Pembantu Dekan 2 dan nyawanya hampir menjadi korban. Tapi, Tuhan berkata lain. Dia masih bisa bergurau dengan teman-temannya saat ini dan hal itu dijadikannya sebagai pengalaman hidup yang sungguh tidak terlupakan.3

Setiap pekerjaan itu baik, tidak terkecuali menjadi seorang satpam. Meskipun sering mendapat respon yang kurang menyenangkan dari para mahasiswa, Ajat hanya mampu mengelus dada. Padahal itu bukan semata-mata salahnya, tapi juga kesalahan dari para mahasiswa.

Ada hal yang membuat Ajat merasa kurang nyaman selama ini pada mahasiswa. Kurangnya rasa tanggung jawab atas diri mereka sendiri yang selalu dilimpahkan kepada satpam. Sering kali Ajat mengingatkan mahasiswa untuk menyimpan helmnya di tempat yang aman dan tidak jarang pula dia menemukan kunci motor yang bergelantungan bebas di kendaraan para mahasiswa.

Tanggung jawab itu milik semua. Bukan hanya milik satpam. Bukan juga hanya milik mahasiswa. Dan bukan hal yang mustahil pula jika kurangnya rasa tanggung jawab itu menimbulkan kemalangan pada diri pribadi. Mahasiswa seharusnya lebih mengerti tentang tanggung jawab ini, bukannya malah menyalahkan orang lain apalagi satpam karena ketidak mampuannya bertanggung jawab. (Ira Susanti, Mahasiswa Ilmu Komunikasi FPIPS UPI)